BAB 23

324 49 1
                                    

Jake tengah sibuk menatap layar laptopnya, jari-jarinya sibuk mengetik dengan cepat ketika suara pintu yang terbuka perlahan mengalihkan perhatiannya. Dia menoleh, matanya membelalak saat melihat sosok yang sangat dikenalnya berdiri di ambang pintu. "Heeseung?" panggilnya, setengah tak percaya. Seketika, Jake menghentikan pekerjaannya dan beranjak dari kursinya, langkahnya cepat menghampiri sang istri yang kini sudah duduk dengan santai di sofa besar di sudut ruang kerjanya, seolah-olah ini adalah hal biasa.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jake, suaranya terdengar was-was. "Sudah kubilang untuk di rumah saja, bagaimana kalau-" Ia menghentikan kalimatnya begitu saja saat menyadari Heeseung menatapnya dengan tatapan tajam.

Heeseung mendesah panjang, ekspresinya lelah. "Aku hanya hamil, Jake, bukan sekarat," ujarnya dengan nada menekankan setiap kata, sedikit jengkel karena suaminya selalu melebih-lebihkan segalanya. "Lagipula, aku baik-baik saja. Aku bosan di rumah terus, tidak salah kan kalau aku ingin bertemu suamiku sendiri?" Ucapnya, kali ini dengan sedikit nada manja yang jelas terdengar dalam suaranya.

Jake hanya bisa menghela napas dan terkekeh pelan, mendapati istrinya yang sedang merajuk itu terlihat begitu menggemaskan di matanya. "Baiklah, maafkan aku ya, sayang?" katanya lembut sambil duduk di sebelah Heeseung, tangannya terulur untuk mengusap lembut kepala istrinya, berusaha menenangkan Heeseung yang tampak sedikit kesal.

Heeseung mengangguk pelan, membiarkan Jake mengusap lembut rambutnya sebelum ia bersandar di bahu suaminya, menikmati momen kebersamaan mereka yang jarang terjadi belakangan ini karena kesibukan Jake di kantor. Suasana hening sesaat, hanya ditemani suara mesin pendingin ruangan yang berdesir pelan, menciptakan kedamaian tersendiri di antara mereka.

Jake kemudian menoleh sedikit, tatapannya beralih pada perut Heeseung yang mulai membesar. Dengan lembut, ia meletakkan tangannya di atas perut bulat istrinya itu, mengusapnya perlahan dengan kasih sayang yang terpancar dari matanya. "Apa dia membuatmu repot?" tanyanya dengan suara lembut, seolah berbicara tidak hanya kepada Heeseung, tapi juga pada bayi yang ada di dalam kandungannya.

Heeseung menggeleng sambil tersenyum kecil. "Tidak, Daddy. Anakmu tidak menyusahkanku sama sekali," jawabnya dengan suara yang lembut, mata Heeseung memperhatikan wajah Jake yang tampak begitu damai saat mengusap perutnya. Senyum manis terukir di bibir Heeseung saat melihat suaminya menunduk dan mengecup perutnya dengan penuh kasih sayang. "Anak pintar," bisik Jake, wajahnya begitu lembut saat ia kembali mengecup perut Heeseung, bibirnya menyentuh permukaan perut Heeseung dengan penuh cinta, seolah berkomunikasi langsung dengan anak mereka.

Jake kemudian bersandar kembali, merebahkan tubuhnya di sofa besar, dan dengan santai menggunakan paha Heeseung sebagai bantal. Kepala Jake berada tepat di pangkuan Heeseung, dan ia menolehkan wajahnya ke arah perut istrinya lagi. "Daddy tidak sabar untuk menggendongmu, sayang," bisiknya dengan lembut, memberikan kecupan-kecupan ringan di perut Heeseung seakan berbicara langsung kepada bayi mereka yang masih di dalam kandungan.

Heeseung hanya bisa terkekeh kecil melihat tingkah laku suaminya yang begitu sayang pada anak mereka yang bahkan belum lahir. "Dia pasti akan menjadi saingan terberatku," gumam Heeseung pelan, setengah bercanda, merasa bahwa perhatian Jake yang begitu besar pada bayi mereka nanti mungkin akan membuatnya merasa sedikit diabaikan.

Jake tertawa kecil mendengar itu. "Lihat mommy-mu, belum apa-apa sudah cemburu," ujarnya sambil mengusap lembut perut Heeseung, lalu menolehkan kepalanya untuk menatap wajah istrinya yang masih tersenyum. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun lebih penting daripada kalian berdua," tambahnya dengan nada tulus.

Setelah beberapa saat dalam keheningan yang nyaman, Jake mendongak, menatap Heeseung dengan ekspresi penuh perhatian. "Kamu ingin makan sesuatu? Sebentar lagi makan siang, aku bisa membelikan sesuatu di lantai bawah," katanya, mengubah topik dengan cara yang lembut namun perhatian.

From God to Me  [JAKESEUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang