BAB 4

957 115 0
                                    

Di ruang tamu yang terasa hangat, Eunji masih duduk dengan wajah penuh keterkejutan setelah mendengar penjelasan dari kakaknya, Jake. Mata gadis itu masih membelalak, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja diungkapkan.

"D-dia... sama seperti Kak Jungwon?" tanya Eunji terbata-bata, keterkejutan masih jelas terpancar dari sorot matanya. Tangan kecilnya yang semula tenang kini sedikit gemetar. Pikiran Eunji berusaha mencerna kenyataan bahwa Heeseung, pria yang baru saja menikah dengan kakaknya, memiliki kondisi yang sama dengan teman kakaknya, Jungwon, yang juga terlahir intersex.

Jake hanya mengangguk pelan sebagai jawaban, tanpa sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Meskipun ia sudah menduga reaksi seperti ini, tetap saja hati kecilnya merasa sedikit berat. Di satu sisi, ia mengerti keterkejutan Eunji, dan di sisi lain, ia juga ingin adiknya memahami bahwa keadaan ini bukanlah sesuatu yang bisa dihindari. Pandangannya sesaat beralih ke arah tangga di mana Heeseung baru saja naik ke lantai dua. Setelah perjalanan panjang, Jake telah membantu membawa koper-koper besar mereka ke kamar, tetapi interaksi di antara mereka berdua masih begitu dingin dan penuh jarak.

"Tapi dia terlihat... menyebalkan," gumam Eunji dengan nada kesal, mengingat cara Heeseung bersikap sejak mereka tiba di rumah. Tidak ada keramahan, tidak ada senyuman, hanya ketegangan dan keheningan. "Beda sekali dengan Tuan Lee Hyun Jae dan Nyonya Lee Amera," tambahnya, membandingkan Heeseung dengan kedua orang tua Heeseung yang terkenal begitu sopan dan ramah. Kekesalan di wajahnya semakin jelas saat ia mengingat kembali bagaimana Heeseung menatapnya dengan dingin tadi.

Jake terkekeh kecil mendengar komentar adiknya. "Dia hanya butuh waktu," ujarnya dengan nada lembut, berusaha meredakan kekesalan Eunji. "Kau harus bersikap sopan padanya, Eunji. Heeseung memang tidak mudah terbuka pada orang lain, tapi dia bukan orang yang jahat."

Eunji mendengus pelan, masih belum sepenuhnya puas dengan jawaban Jake. "Akan kuusahakan," jawabnya dengan nada ragu, membuat Jake menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Eunji memang dikenal keras kepala, namun Jake yakin bahwa dengan berjalannya waktu, hubungan mereka bisa mencair, meskipun ia tahu prosesnya mungkin tidak akan mudah.

Eunji tiba-tiba menunduk, wajahnya berubah muram. "Padahal aku sudah sangat berharap Kak Ningning yang akan menjadi istrimu, Kak. Dia itu sudah lama sekali menyukaimu. Sekarang bagaimana?" Suaranya bergetar, penuh rasa bersalah. "Bagaimana aku harus mengatakan padanya bahwa aku sudah memiliki kakak ipar... dan itu bukan dia?" Di bawah tatapan Jake, Eunji menunduk lebih dalam, tampak jelas rasa sedih yang menghantui pikirannya. Ia tahu bahwa Ningning, sahabatnya sekaligus gadis yang selama ini dekat dengannya dan adiknya Eunji, akan terluka begitu mengetahui kenyataan ini.

Jake terdiam, wajahnya menyiratkan kesedihan yang sama. Mendengar nama Ningning membuat perasaan bersalah yang ia pendam selama ini semakin menguat. Ningning adalah gadis yang selama ini begitu baik pada mereka-bukan hanya pada dirinya, tetapi juga pada Eunji. Gadis itu tak hanya sekadar sahabat, namun juga seseorang yang sangat berarti dalam hidup mereka. Ia tak pernah bermaksud menyakiti Ningning, tetapi takdir rupanya menuntunnya ke jalan yang berbeda. Jake menatap adiknya dengan mata penuh penyesalan. "Aku... aku tidak berniat menyakiti Ningning, Eunji," ucapnya pelan, suaranya hampir tak terdengar. "Tapi ini bukan pilihan yang bisa ku tolak. Tuan Lee Hyun Jae... dia memintaku menikahi Heeseung, dan aku harus menghormati itu."

Eunji hanya bisa menghela napas, perasaannya campur aduk antara rasa sayang pada Ningning dan kewajibannya mendukung Jake. Tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan sekarang selain menunggu reaksi Ningning.

***

Di tempat lain, di sebuah rumah besar yang juga terletak di kawasan perbukitan, Ningning berdiri di balkon rumahnya, menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Wajahnya bersinar di bawah cahaya bulan, dan senyumnya tampak begitu lebar malam ini. Rasa bahagia yang tak dapat ia sembunyikan terpancar jelas di wajahnya, meski ia mencoba untuk tetap tenang.

From God to Me  [JAKESEUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang