BAB 3 Jatuh Cinta

59 37 2
                                    


Arav melempar asal ponselnya. Menyerah menghubungi April. Sudah beberapa kali menghubungi. Namun, nomor telepon tetap tak terdaftar.

"Bodoh! Mencatat nomor telepon saja tak becus!" gerutunya lalu tertidur di sofa ruang tamu.

***

Pukul 7:30 malam, dia sudah berdiri di depan gedung tempatnya bekerja. Gedung yang disewakan untuk perkantoran. Termasuk Terabig Net menyewa satu lantai untuk layanan contac center mereka. Arav menekan lift dengan tidak bersemangat, menunggu lift terbuka.

Dia masuk ke dalam lift, tak lama, ada dua pegawai dari perusahaan lain berlari mengarahnya. Sontak, Arav menekan tombol open agar lift tetap terbuka. Dua orang pegawai itu masuk ke dalam lift.

"Untung masih terbuka," ucap salah satu wanita yang masuk ke dalam lift.

Arav hanya melirik dua wanita yang masuk ke dalam lift tanpa berterima kasih padanya yang telah menahan lift. Gedung perkantoran yang berisi beberapa perusahaan yang menyewa, tidak membuat mereka akrab satu sama lain. Tak saling kenal dan tak saling menyapa.

"Semoga belum pada pulang ya," timpal perempuan satu lagi.

"Lagian sih, pake ketinggalan segala. Itu dokumen kan harus dibawa ke nasabah."

"Iya, maaf."

"Kalau sampai ketinggalan, matilah kita. Tau kan Pak Dani bos kita itu galaknya minta ampun!"

"Dia mah emang rese! Nih ya, nasabah gua beli satu produk asuransi. Eh, gua disuru untuk nawarin produk lagi. Marah lah nasabah gua, soalnya premi per bulannya udah besar banget nominalnya!"

"Kalau gua, yang bikin kesel, masa gua disuru pakai rok pendek kalau ketemu nasabah cowok! Gila bener kan? Emang setan, tuh orang!"

"Hush! Jangan sembarangan kalau ngomong. Apalagi bilang setan."

"Ah, bodo amat."

Arav tak tertarik dengan pembicaraan dua wanita yang berdiri di depannya. Namun, telinganya masih berfungsi untuk mendengar dua wanita karyawan salah satu perusahaan asuransi itu bergosip tentang bosnya.

Ting! lift terhenti di lantai Arav bekerja. Dia maju, tetapi dua wanita di depannya tak memberi jalan. Kesal dengan dua wanita yang masih asik mengobrol, Arav langsung berjalan mendahuluinya. Tanpa sengaja pundaknya menabrak pundak salah satu wanita itu. Lalu Arav keluar dari dalam lift tanpa peduli dengan reaksi wanita yang ia tabrak tersebut.

Arav memasuki ruang layanan menuju kabin-nya dan mulai duduk di kursinya, ada sekitar 50 seat dalam ruangan seluas kurang lebih 220 meter persegi tersebut, sambil menyalakan komputer, memasang headset di telinganya, membenarkan posisi microfon lalu bercermin sekilas dan tersenyum untuk menyalurkan semangat pada dirinya sendiri. Namun, hal itu ternyata tak banyak berguna. Rasa malas tetap menjadi temannya.

"Nggak rame?" tanya Arav pada teman samping kabinnya.

"Ya, belum ada penelepon."

Malam ini, tak banyak penelepon. Para agent menyibukan diri sendiri. Ada yang sambil menonton film sembari menunggu penelepon. Ada juga yang bermain game di komputer. Sedangkan Arav, dia hanya menatap layar ponsel yang tertera nomor telepon April.

Pukul 2 malam. Satu pelanggan terhubung langsung ke line milik Arav. "Terabig Net. Selamat malam. Dengan Arav. Ada yang bisa dibantu?"

"Kak Arav."

"April."

"Iya, ini April."

Mimik wajah Arav langsung berganti cerah. Suara April pun terdengar bahagia.

April's Voice (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang