BAB 18 Jiwa Yang Tersesat

27 13 20
                                    

Apa yang tertulis, bagi Arav merupakan suatu kekonyolan. Tidak mungkin dia adalah jiwa tersesat? Dia manusia, tidak mungkin seorang arwah. Apakah April sedang becanda? Apakah April sedang membuat novelnya sendiri? Tak ingin berspekulasi sendiri. Arav membaca kembali buku diari April.

Kecewa? Ya, aku sangat kecewa. Bagaimana mungkin awal jatuh cinta, jatuh pada sebuah roh? Selama beberapa hari aku tidak berkeliaran di luar. Patah hati? Apa mungkin aku sedang patah hati sebelum menjalin hubungan?

Rindu? Aku rindu akan suaranya. Apakah dia juga merindukanku? Aku tidak bisa menahan rasa ini. Pada akhirnya aku putuskan untuk mendengar suaranya. Aku menekan nomor layanan 666. Seperti dugaanku bahwa yang menerima panggilan teleponku adalah Kak Arav. Tidak! Bukan dugaan, sekarang aku tahu bahwa line kami saling terhubung. Aku, akan selalu terhubung dengannya. Tapi kenapa? Aku pun tak tahu jawabannya.

Hanya ingin mendengar suaranya, Kak Arav mulai mengucapkan kalimat greeting. Beberapa kali bertanya dengan siapa dirinya berbicara. Tapi, aku tak berani mengeluarkan suara. Namun, sepertinya ia tahu bahwa aku yang menelepon. Dia langsung menyebut namaku. Aku panik dan langsung memutuskan sambungan telepon.

Tak disangka, keesok hari Kak Arav langsung datang ke rumahku. Bagaimana bisa dia melewati pagar rumahku? Tidak ada roh yang bisa melewatinya karena rumah ini sudah dipasang perisai dari para makhluk astral. Hal ini dilakukan orang tuaku karena aku pernah hampir mati dibawa oleh roh jahat. Roh jahat itu menginginkan jiwaku. Karena itu, kami memtuskan untuk tak pernah berhubungan dengan para makhluk astral.

Aku hanya bisa menatap punggung Kak Arav yang pergi meninggalkan rumahku dengan kecewa. Tak mungkin bukan aku membukakan pintu untuknya? Ah! Bahkan dia mengetuk pintu rumahku layaknya seorang tamu. Padahal, bisa saja dia menembus dinding. Aku bisa mengerti dengan apa yang ia lakukan. Terkadang, jiwa yang tersesat itu tak menyadari bahwa dirinya telah mati.

"Mati?" Lagi-lagi Arav semakin dibuat bingung. Kapan dia mati? Dia masih menjalankan hari sebagai manusia normal. Bagaimana mungkin dirinya tak menyadari jika sudah mati? Dia langsung membalik halaman lagi. Setiap kata dia baca baik-baik. Tak ingin mendapat informasi yang salah karena tak lengkap membaca buku harian April. Selain itu, dia juga mengaharapkan ada kata-kata yang menenangkan hati bahwa itu hanya karangan sang kekasih.

Hati ini tak terbendung merindukannya. Kak Arav tak datang ke rumahku lagi. Apa dia sudah menyerah? Atau dia sudah menyadari bahwa ternyata dirinya berbeda denganku? Aku menghubungi layanan contac center Terabig Net. Bolehkan aku egois hanya untuk mendengar suaranya? Kali ini, dia melontarkan kalimat menyentuh hati.

"Katanya, jatuh cinta itu dari mata turun ke hati. Apakah benar seperti itu? Apakah indra penglihatan mendominasi dari semua dasar cinta? Mungkin, sebagian orang jatuh cinta berawal dari mata. Namun, tidak bagiku. Nyatanya, seorang Arav jatuh cinta hanya melalui udara. Tidak selamanya jatuh cinta itu, dari mata turun ke hati. Dari suara ke hati, bukankah itu juga merupakan sesuatu yang mungkin terjadi?"

Kalimat yang terlontar darinya, dan itu membuat hatiku tersentuh hingga aku membalas kalimatnya dengan sebuah pertanyaan, "Meskipun kita berbeda?"

"Cinta tak memandang siapa dirimu, siapa diriku. Cukup, hati yang menyatukan."

Aku menangis mendengar ucapannya. Namun, aku sadar kami tak mungkin bersama. Aku langsung memutuskan sambungan telepon. Dadaku terasa sesak. Hati ini begitu sakit selolah kami sudah menjalin hubungan lama lalu putus. Bukankah aku aneh? Bisa mencintai hanya melalui suara dalam waktu singkat?

Aku memutuskan untuk mencari udara di luar. Berjalan-jalan di taman. Sejak kejadiaan naas yang hampir kehilangan jiwaku. Orang tuaku lebih protektif. Dia menutup akses agar para roh jahat tidak mendekatiku. Ya, aku mulai hidup dengan tenang asalkan aku tidak membuka diri pada dunia astral. Maka, para roh jahat tidak akan menghampiriku.

Sarang burung menjadi perhatianku, aku mengamati burung di atas pohon. Namun, suara yang sangat kukenal memecah konsentrasiku. Aku menoleh dan melihat Arav di depanku. Panik? Tentu saja, aku sudah berjanji pada ibuku untuk tak berhubungan dengan para makhluk astral. Aku ingin menghindar. Namun, saat kumundur, aku tersandung dan akhirnya terjatuh.

Pria itu menertawaiku. Tawa itu sangat manis. Aku tahu dia bukan roh jahat yang akan mengmbil jiwaku. Namun, dia masih masuk dalam golongan makhluk astral. Jiwa yang tersesat, aku tidak akan membantu jiwa yang tersesat lagi untuk menemukan jalannya. Jika aku lakukan itu, akan menarik perhatian makhluk lainnya.

Kak Arav mengulurkan tangan, aku ragu untuk meraih tangan itu. Namun, aku penasaran dengannya. Aneh bukan? Bukannya hantu yang penasaran. Tapi, aku adalah manusia yang penasaran. Aku menelisik Kak Arav. Nihil, aku tidak bisa melihat penyebab kematianya. Aku pun tak bisa menunjukan jalan agar dia tak tersesat. Baru kali ini aku melihat jiwa yang tersesat tapi tak bisa membantunya.

Membantu? Ya, aku memiliki kemampuan melihat penyebab kematian dan juga menunjukan jalan pada mereka. Beberapa jiwa yang tersesat telah kubantu. Namun, karena itu juga para roh jahat menginginkan jiwaku.

Aku menerima uluran tangannya. Tangannya hangat, tidak seperti makhluk astral lainnya yang begitu dingin. Tanganku saja tak sehangat itu.

Kami berbincang, dia sangat supel. Banyak hal yang ia ceritakan padaku. Bahkan, Kak Arav menyangka bahwa aku adalah hantu. Apa mungkin karena wajahku yang pucat dan tanganku yang dingin? Padahal itu efek dari penyakitku, kulit pucat karena tak pernah terpapar sinar matahari. Aku ingin tertawa, baru kali ini aku dikira hantu oleh hantu. Namun, jujur aku sangat nyaman berada di dekatnya. Seolah kami tak berbeda.

Arav terus membaca buku harian itu. Senang karena April menyambut cintanya. Namun, dia sulit mempercayai yang ditulis oleh April dengan cerita horor-nya.  

Arav menjambak rambutnya. Dia masih merasakan sakit. Menolak percaya dengan apa yang April tulis bahwa dirinya seorang hantu.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Hallo semua, apa kabar?
Semoga selalu diberikan kesehatan ya.
Sudah tahu siapa sebenarnya April dan Arav?
Jadi, yang hantu April atau Arav? 🤭
Kawal terus cerita ini ya. 🙏🥰🥰😘
Salam Age Nairie 🙏 🥰 🥰 😘
Salam sehat semua 🙏 😘 🥰 😘

April's Voice (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang