Langkah April terhenti. "Mama ...."
"Dari mana saja kamu?" tanya Ibu April mendekati sang putri.
"Hanya berjalan-jalan saja, Mah."
Ibu April mengembuskan napas pelan. "Kamu tahu kan kondisi kamu? Jangan sampai mereka menyadari keberadaanmu! Keluarga kita berbeda dari keluarga yang lain."
"Iya, April tahu."
"Ada yang mengganggumu?"
"Tidak, Mah."
Ibu April menyentuh pundak sang anak. "Tidak boleh ada yang disembunyikan dari Mama."
"Tidak ada."
"Istirahatlah."
"Baik, Mah."
April langsung menuju kamarnya sendiri. Sedikit merasa bersalah karena telah berbohong pada ibunya. Namun, dia tak ingin berpisah dari Arav. Jika ibunya tahu, sudah pasti tak akan membiarkan mereka bersama.
Teringat kembali tentang Arav. Tanpa sadar, bibirnya mengulas senyum. Biarlah kali ini sedikit egois. Biarlah dia merasakan jatuh cinta. Meskipun, dia tahu bahwa mereka tak akan mungkin bersama.
"Jatuh cinta?" gumam April.
Benarkah dia jatuh cinta? Atau hanya rasa penasaran?
***
Hati berbunga, sama seperti yang April rasakan. Sepanjang hari, Arav selalu mengukir senyum. Mereka berjanji akan bertemu kembali.
"Kak," sapa April.
"Hai!"
Mereka duduk di taman. Masih pukul delapan malam, masih banyak yang berlalu lalang. April mengeluarkan kotak makan. "Makanlah, tadi aku buat."
"Ini untukku?" tanya Arav melihat kotak makan yang diberikan oleh April.
"Ya, aku sendiri yang menyiapkan. Kakak kan kerja malam, sebelum berangkat kerja, harus isi perut dulu agar saat melayani pelanggan bersemangat, tidak lesu lagi!"
Arav tertawa. "Apa suaraku terdengar tak bersemangat saat melayani pelanggan?"
"Memang Kakak tidak merasa? Aku saja, saat pertama kali mendengar suara Kak Arav, aku pikir Kakak tidak niat bekerja!"
"Itu karena sudah sangat malam. Kamu menelepon jam 2 pagi!"
"Mau gimana lagi, jam segitu internet aku lambat sekali. Mau tidak mau aku menghubungi call center!"
Lagi dan lagi Arav tertawa kecil. "Kamu tahu tidak. Karena kebiasaanmu yang menghubungi call center pukul dua malam. Temanku berpikir kamu itu makhluk astral!"
April menoleh pada Arav, wajahnya seketika membeku. Membuat Arav salah tingkah ditatap seperti itu oleh April. Namun, sedetik kemudian April tertawa terbahak-bahak.
"Hanya karena aku menelepon jam dua pagi, aku dikira hantu? Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang memang bekerja di malam hari? Apakah mereka juga hantu?"
"Mungkin, komunitas hantu!" timpal Arav terkekeh.
Selama beberapa hari mereka bertemu di taman. Namun, tidak tengah malam bertemu. Mereka akan berjumpa dari pukul 8 hingga pukul 10. Setelah itu, Arav akan kembali ke kantor untuk bekerja.
Selama mereka bertemu, April tak pernah mengizinkan Arav mengantarnya sampai rumah.
Malam berikutnya, Arav tidak perlu bekerja. Mereka menatap bintang di taman. Taman Camar yang cukup besar, bahkan setiap akhir pekan, banyak yang mengunjungi hanya sekadar bersantai atau melepas penat.
KAMU SEDANG MEMBACA
April's Voice (Segera Terbit)
RomanceKatanya, jatuh cinta itu dari mata turun ke hati. Apakah benar seperti itu? Apakah indra penglihatan mendominasi dari semua dasar cinta? Mungkin, sebagian orang jatuh cinta berawal dari mata. Namun, tidak bagi Arav. Pria muda yang berprofesi sebagai...