BAB 16 666

39 26 30
                                    

"Ada apa?" tanya Arav

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada apa?" tanya Arav.

Berdiri April tak stabil. Dia hampir saja terjatuh, beruntung  di samping ada dinding yang bisa menjadi pegangannya. "Aku hanya ingin pulang."

Mata April menatap tembok kaca di depannya. Ruang layanan dengan tipe open space, hanya disekat oleh kubikel-kubikel. Ada sekitar 50 seat dalam ruangan seluas kurang lebih 220 meter persegi itu. Namun, tidak semua kubikel terisi agent call center. Hanya sekitar 10 seat yang terisi dan satu seat dengan posisi lebih tinggi. Seat yang diperuntukan bagi supervisor.

Satu persatu, para agent itu menoleh ke belakang. Menoleh ke arah April dan Arav yang masih berdiri di luar ruangan.

April menatap satu persatu para agent call center itu. Wajahnya semakin pucat. Napasnya berat, dia menoleh pada Arav. Kening April mengkerut melihat sang kekasih.

"Kamu kenapa?" tanya Arav penuh kekhawatiran.

April mencoba menarik napas dalam, dia menoleh kembali ke ruang layanan. Para agent itu mulai berdiri dan berjalan menuju mereka. Bising, mulai terdengar suara aneh di telinga April. Dia sudah tak sanggup berada di sana.

"Aku harus pergi!"

April langsung menuju lift. Arav yang khawatir mengikuti April, dia langsung menekan lift. Namun, mereka harus menunggu sampai lift itu terbuka.

April hanya bisa menundukan kepala. Suara-suara itu mengganggunya. Perlahan menoleh kembali ke arah layanan. Para agent call center itu hanya bisa menatapnya dengan gerak bibir yang seolah meminta tolong. Para agent tersebut tak keluar dari ruang layanan tersebut. Mereka seperti terjebak di dalam sana.

Lift terbuka. Arav dan April masuk ke dalam lift. Arav begitu khawatir pada April. Mereka langsung menuju rumah April. Sepanjang perjalanan, April hanya membisu. Sebelum sampai taman, langkah April terhenti. Dia mencium sesuatu yang sangat busuk. Dia mempercepat langkah dengan menggenggam tangan Arav kuat.

Arav tak mengerti dengan April. Dia hanya mengikuti sang kekasih. Hingga akhirnya mereka tiba di depan rumah April.

"Apa ada yang dirasa? Kamu tampak sangat pucat."

"Kak!" April menelisik wajah Arav dalam, lalu menggeleng pelan, "apa rekan kerjamu baik padamu?"

Arav tersenyum. "Ya, tentu. Seharusnya tadi kamu bertemu dengan mereka. Semua yang ada di sana sangat baik."

April mengedipkan mata beberapa kali. "Kak, aku ingin kita putus," ucap April menunduk. Tak berani menatap Arav.

Napas April mulai sesak, dia merasa mulai melemah. Tubuhnya kekurangan banyak tenaga.

Arav membeku di tempat. Sudah dua kali April meminta hal yang sama. Permitaan putus yang sangat tiba-tiba. Mereka baru saja bersama. Kini, sikap April berubah lagi. "Maaf, aku tidak dengar. Tadi kamu bilang apa?"

April's Voice (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang