BAB 11 Ciuman Pertama

74 42 76
                                    

April menoleh pada Arav. "Apa kamu takut, jika aku adalah hantu?"

Selangkah demi selangkah, kaki April terus menuju Arav yang membuat laki-laki itu mundur.

Setelah mundur dua langkah. Arav mengulurkan tangan dan mencubit pipi April. "Apa aku takut dengan hantu yang bisa dicubit seperti ini, huh?" Dia terkekeh, merasa konyol dengan gurauan April tentang hantu. Bagaimana mungkin dia bisa menyentuh April seperti itu.

April menepis tangan Arav yang sedang mencubit pipinya. "Ish! Menyebalkan!"

Arav hanya tertawa ringan. "Ayo kita naik bianglala."

Mereka menaiki bianglala. Mesin mulai bergerak, April melihat ke bawah saat mereka sudah berada di atas.

"Tampak begitu kecil saat kita lihat dari atas."

Arav pun ikut melihat ke bawah. "Ya, kamu benar. Sangat indah bukan? Begitu kecil, tak ada apa-apanya di luasnya semesta ini."

Mereka berdua menikmati pemandangan kota dari atas. Tak banyak yang bicara, benar-benar menikmati setiap keindahan alam.

Setelah puas bermain, mereka memutuskan untuk kembali. Arav mengantar April hingga depan rumah. Namun, April belum mengizinkan Arav untuk berkunjung.

"Sudah sampai," ucap April melirik rumahnya.

"Apa kamu lelah?"

"Tidak terlalu."

"Bagaimana dengan tubuhmu? Tidak apa bukan?" tanya Arav penuh khawatir. Meskipun hari ini matahari tidak terik. Namun, dia tetap khawatir dengan kondisi April.

April tersenyum. "Maaf, aku berbohong pada Kakak. Sebenarnya, aku tidak memiliki penyakit semenakutkan vampire disease itu. Aku hanya ada sedikit masalah imun yang harus menghindari terlalu sering terpapar sinar matahari."

"Baguslah jika seperti itu. Aku hanya khawtir padamu."

"Terima kasih, Kak."

"Ya. Sekarang, istirahatlah."

"Kakak juga."

Arav tersenyum. "Sepanjang kita di taman bermain. Kamu tak memanggilku dengan sebutan Kakak," cibirnya.

"Benarkah?"

"Iya. Tapi tidak apa. Kita hanya beda beberapa tahun. Kamu boleh panggil aku apa saja."

April mengangguk. "Baiklah."

"Jadi, kamu mau memanggilku apa?"

"Tetap saja seperti di awal. Kakak!"

"Kalau begitu, apa aku boleh memanggilmu selain April?"

"Tentu. Mau apa?"

Arav mengigit sejenak bibirnya. "My April."

April menunduk malu. Hatinya berdebar kencang. Beginikah rasanya jatuh cinta?

Arav pun menahan debaran jantung yang berdetak kencang. April adalah cinta pertamanya. Merasa gadis itu adalah satu-satunya.

"Kalau gitu, aku masuk dulu."

"Ya. Besok, kita bertemu di taman seperti sebelumnya."

"Ya. Aku akan tiba pukul 8."

"Aku akan menunggu."

"Baiklah."

"Masuklah."

"Ya. Kakak pulanglah."

"Setelah kamu masuk."

"Kakak hati-hati pulangnya."

"Iya, April tidur nyenyak, ya."

April's Voice (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang