BAB 15 Cinta Terlarang

45 27 16
                                    

Arav mendengarkan April yang sedang membaca puisi untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Arav mendengarkan April yang sedang membaca puisi untuknya. Sesekali dia akan tersipu malu dengan puisi yang dibuat kekasihnya itu. Puisi tentang cinta mereka yang tergolong singkat untuk menjalin sebuah hubungan. Namun, Arav tidak mempermasalahkan hal itu, yang membuat mereka dengan mudah jatuh cinta.

"Aku sulit jatuh cinta. Namun, hanya denganmu begitu mudah jatuh cinta," jelas Arav.

"Aku pun," jawab April tersenyum malu, "mau aku bacakan puisi lagi?"

"Ya. Kita memiliki waktu semalam penuh. Aku akan pergi menjelang fajar."

April tersenyum. Dia mulai membacakan puisi lagi untuk Arav.

Cinta datang tak terduga.

Dengan cara yang tak pernah disangka.

Mungkin, cinta akan membuat damai.

Namun, bukan suatu hal tak mungkin menjadi menyakitkan.

Menikmati waktu bersama, seolah hal lain menjadi tak penting.

Cinta, bisa saja membentuk ego. Seolah, hanya ada kita.

Cinta tak bisa dipaksa. Meskipun, semua menentang.

Pasir dalam genggaman. Semakin ditekan, semakin pula sulit dipertahankan. Begitu pula dengan cinta.

Cinta itu memilih. Meneruskan atau berhenti.

Hinggap di hati yang terpilih.

Bukan dalam labirin tak berujung. Namun, memilih mencari jalan atau tersesat.

Memilih ruang misteri, yang tak tahu bisa diraih atau tidak.

Puisi, obrolan ringan bahkan Arav menyanyikan sebuah lagu untuk April. Malam yang sangat membahagiakan bagi mereka. Fajar mulai menjelang, Arav bersiap meninggalkan kekasihnya.

Arav mengusap kepala April. Lalu dia turun melalui jendela kamar kekasihnya itu. Menelinap dari halaman besar rumah itu dan keluar dari gerbang.

Seorang wanita berdiri di lantai dua. Kamar yang berbeda dari April. Menatap kepergian Arav dengan mengendap.

"Bagaimana bisa dia masuk ke sini?" Brisa memicingkan mata, lalu berbalik badan dan masuk. Dia akan bicara pada anaknya.

Dia mengetuk pintu kamar anaknya. April membuka pintu untuk Brisa. "Mama."

"Kamu sudah bangun?" tanya Brisa seraya masuk ke dalam kamar anaknya. Matanya mengedar melihat sekeliling.

"Ya," jelas April berbohong. Tidak mungkin tidur jika Arav baru saja pergi meninggalkannya.

April's Voice (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang