BAB 25 End

8 1 0
                                    

Leon memang dekat dengan Direktur Terabig Net. Namun, kasus dengan rumah sakit, Sang Direktur tak akan ikut campur karena rumah sakit yang berurusan dengannya termasuk rumah sakit besar yang memiliki nama baik.

Kembalinya ingatan Arav, membuat Hendry, kepala divisi di Terabig Net mulai menyelidiki kasus tragedi dalam satu layanan. Dia mendapat dukungan dari beberapa kepala divisi lain, bahkan beberapa C-Suit lain pun ikut mendukungnya.

Office boy yang membantu Leon pun sudah tertangkap. Dia terpaksa melakukannya karena diancam oleh Leon. Namun, sang Office boy siap bertanggung jawab atas perbuatannya dan berharap keringanan hukuman.

"Terima kasih atas keteranganmu," ucap Hendry pada Arav.

"Sama-sama, Pak." Arav memejamkan mata sejenak, "masih sangat teringat jelas teman-temanku jatuh begitu saja. Bahkan mereka tak bisa mengucapkan selamat tinggal pada keluarga mereka," ucapnya sedih.

"Aku pun tak menyangka Leon bisa berbuat seperti ini. Hanya karena dengki, menggunakan segala cara untuk menjatuhkan orang lain. Dia sudah sangat dekat dengan Direktur. Aku akui, dia seorang penjilat yang ulung. Namun, aku tak peduli, aku hanya bekerja sebaik mungkin dan ternyata aku mendapatkan promosi kenaikan jabatan. Tetapi, ternyata hal itu membuatnya iri padaku," papar Hendry.

"Sudah jalan takdirnya kini dia dipenjara," ada ucap Dimas.

"Rencana awal adalah membuatku seolah aku otak dari insiden ini. Namun ternyata kenyataan tak sesuai. Waktu itu aku ada urusan mendadak yang mengharuskan pergi dari kantor, sehingga meminta Dimas untuk membantu beberapa pekerjaan di kantorku," jelas Hendry.

"Mungkin, itu sebuah berkat untukku karena jika Pak Hendry tak memintaku ke ruang Bapak, aku sudah pasti saat itu berada di ruang layanan dan menjadi salah satu korban. Namun, setelah itu aku sempat menjadi tertuduh tapi tak ada bukti yang bisa menjadikanku tersangka. Aku sempat heran saat pihak katering tiba-tiba menjadi tersangka." Dimas menundukan kepala. Bagaimanapun, malam itu adalah tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Namun, dia tak bisa melindungi para
bawahannya. Rasa bersalah membuatnya mengundurkan diri dari perusahaan.

"Dengan kasus ini terungkap, pihak katering bisa dibebaskan. Aku akan usahakan mereka mendapat kompensasi. Meskipun kita tahu, berapapun yang akan kita berikan tak sebanding dengan ketidak adilan yang mereka dapatkan. Setidaknya, kita sudah berusaha yang terbaik," terang Hendry.

"Apakah Pak Direktur akan terseret?" tanya Dimaas.

Hendry tersenyum kecut. "Itu akan sulit. Yang dia lakukan adalah menutup berita tragedi itu tak meluas. Agar nama baik perusahaan tak tercemar. Jika dia pemimpin yang baik, seharusnya dia mengusut kasus ini dan bukannya seolah menutup mata sehingga Leon dengan seenaknya berbuat apa pun. Tapi, sekarang dia lepas tangan terhadap Leon." Hendry menatap Arav, "bagaimana keadaanmu sekarang?"

"Sudah bertambah baik. Namun, belum diizinkan pulang, masih harus terapi."

"Oh ya, kenapa dia baru mencoba membunuhmu sekarang? Seharusnya, jika untuk menghilangkan bukti, saat kau baru terjatuh lebih mudah dilakukan," ucap Dimas.

"Mungkin, dia pikir Arav tak selamat saat itu," timpal Hendry.

"Emm, sebenarnya. Aku sudah mengenal Om Leon. Dia pernah mengganggu rumah tangga orang tuaku. Dia ... menyukai Ibuku. Namun, Ibu tak pernah memberi harapan padanya dan menikah dengan Ayahku. Tindakannya kemarin memang ingin melenyapkanku karena aku saksi dari kasus ini. Tapi, kenapa baru ia lakukan, itu karena dia ingin membuat hidup Ibuku hancur dengan melihat kondisiku yang koma. Dia tahu, Ibuku sempat depresi saat Ayahku meninggal, dia ingin menyiksa Ibuku," papar Arav.

"Benar-benar tak layak hidup!" geram Hendry.

Tak lama, ponsel Hendry berbunyi. Dia menerima panggilan telepon itu. Setelah sambungan telepon terputus, dia menatap Arav dan Dimas bergantian, "Leon kabur!"

April's Voice (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang