Arav masih menunggu di luar gerbang rumah April. Sudah menjelang pagi. Namun, orang tua April masih belum bersedia menemuinya.
"Apa perlu kita menemuinya?" tanya Brisa pada John. Mereka bisa melihat Arav dari jendela kaca di lantai dua rumah mereka.
"Tidak perlu. Kita tak akan berurusan dengan mereka lagi," jawab John.
"Tapi, dia masih belum mengerti situasi. Apa kita harus menolongnya?"
"Apa kau bisa melihatnya?"
"Tidak. Aku tidak bisa melihat apapun dari pria itu."
"Aku rasa, April pun tak bisa melihatnya."
"Ya, dia salah satu dari mereka. Namun, dia tak menyadarinya."
"Biarkan saja. Kita fokus pada April."
April masih belum sadarkan diri. Matahari sudah kembali tenggelam. Jingga senja perlahan memudar. Berganti bintang yang berperan. Namun, April masih belum juga sadar.
"Dia masih di sana," ujar Brisa.
John mengikuti arah pandang istrinya. "Biar aku temui."
John berjalan keluar, seketika wajah Arav cerah melihat ayah April, meskipun hatinya berdebar gugup. Bukan karena John yang tampak gagah dan kuat. Gugupnya, layaknya akan diinterogasi oleh calon mertua.
"Om," sapa Arav.
"Kau, Arav?"
"Ya. Bagaimana kondisi April?"
"Dia akan segera membaik. Namun, jika kau masih di dekatnya, kondisinya akan memburuk."
"Maksud, Om?"
John menghela napas, menatap Arav. "Keluarga kami, berbeda dari keluarga lainnya. Kami bisa terhubung dengan dunia kalian. Namun, kami mencoba menghindarinya. Dunia April berbeda dengan duniamu. Keberadaanmu, memicu perhatian kaum-mu yang akan mengancam jiwa April."
Arav semakin tak mengerti, wajahnya tampak sangat bingung. John mendekat pada Arav. Dia mensejajarkan wajah mereka.
Arav menatap mata John, masuk ke dalam netra pria paruh baya di depannya. Setelah beberapa saat, Arav langsung mundur. Wajahnya langsung pucat. Takut dan penasaran menjadi satu. Dia melihat sesuatu menyeramkan di sana.
"Kamu bahkan tidak tahu siapa dirimu. Menjauhlah dari April. Kalian tidak akan mungkin bersama!" Setelah berkata, John berbalik dan masuk ke dalam rumah.
*
*
*
Arav berjalan gontai. Kakinya terus melangkah hingga tanpa sadar dirinya berada di perpustakaan.Matanya mengedar, dia berjalan ke tempat dia dan April membuat kenangan manis. Tangannya terulur, mengambil sebuah novel yang terletak di pojok. Dia langsung membuka halaman terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
April's Voice (Segera Terbit)
RomanceKatanya, jatuh cinta itu dari mata turun ke hati. Apakah benar seperti itu? Apakah indra penglihatan mendominasi dari semua dasar cinta? Mungkin, sebagian orang jatuh cinta berawal dari mata. Namun, tidak bagi Arav. Pria muda yang berprofesi sebagai...