Mereka tiba di mall. Tujuan awal mereka adalah tempat bermain di dalam mall tersebut. April memegang sebuah pemukul, tak lama, boneka-boneka katak bermunculan secara acak dari lubang-lubang yang tersedia.
Beberapa kali April memukul tak tepat sasaran. Arav memegang tangan April, membantu April memukul katak-katak tersebut. Sesekali, pengunjung lain menatap mereka.
Mereka bermain bersama. Tempat bermain yang tak banyak pengunjung karena bukan di hari libur dan kondisi sudah malam, membuat April dan Arav bebas bermain.
Mereka tertawa dengan riang. Kini, saatnya mereka bermain mesin capit. Namun, tidak satu pun berhasil mereka dapatkan. Tak kecewa, mereka tetap riang.
Mencoba untuk memainkan permainan battle dance. Arav dan April berdiri berdampingan. Menatap layar, menunggu musik beralun.
"Aku akan mengalahkanmu!" seru April.
"Tidak mungkin. Aku pandai meniru gerakan!" sahut Arav.
"We will see!"
April melakukan peregangan, tak lama dari itu musik mulai terdengar. Gambar animasi menjadi instruktur mereka menari. Kaki maju, mundur dan kesamping secara bergantian. Tidak lupa dengan gerakan tangan.
April sangat terampil, dia sangat baik mengikuti tarian tersebut. Namun, Arav tak mau kalah, dia pun mengikuti gerakan tari itu dengan baik.
Berbagai macam permainan mereka lakukan. Hingga terakhir mereka masuk ke dalam permaian menembak zombie. Sebuah kotak yang muat dimasuki dua orang. Mereka duduk di kursi, memegang senjata yang tersedia di sana. Layar yang siap memulai permainan. Ada kain penutup hingga sebagian tubuh mereka tak terlihat.
"Aku tembak sisi kiri. Kamu tembak sisi kanan!" seru Arav.
"Tentu!"
Mereka mulai menembak zombie-zombie yang mendekat. Saling bekerja sama. Pada akhirnya, Arav kalah. Sedangkan April masih memainkan permainan.
"Jangan asal menembak. Jadi buang-buang tenaga," ucap April tanpa menoleh pada Arav. Dia sangat serius. Namun, tetap berseru riang.
Arav menatap wajah April dari samping. Bibirnya mengulas senyum, kekasihnya sangat cantik. Dia mengedipkan mata sekali. Bolehkan dia mengakui April sebagai kekasihnya?
"Apa sudah lelah?" tanya Arav setelah keluar dari permainan zombie.
"Ya. Ayo kita pulang!"
Mereka berjalan untuk keluar dari area permainan. Namun, mata Arav tertuju pada mesin foto. "Mau foto bersama?" tawarnya.
April sedikit ragu. Lalu, dia mengangguk pelan. Mereka masuk ke box photo. Duduk berdampingan dan mulai memilih bingkai foto.
"Ayo bergaya!" titah Arav.
KAMU SEDANG MEMBACA
April's Voice (Segera Terbit)
RomanceKatanya, jatuh cinta itu dari mata turun ke hati. Apakah benar seperti itu? Apakah indra penglihatan mendominasi dari semua dasar cinta? Mungkin, sebagian orang jatuh cinta berawal dari mata. Namun, tidak bagi Arav. Pria muda yang berprofesi sebagai...