"Takdir menghubungkan kita dengan kebenaran yang tersembunyi. Pertemuan yang diatur oleh alam semesta membawa kita pada pencerahan yang seharusnya terungkap."
Pak Joko tiba dirumah pukul 8 malam. Tubuhnya terlihat letih dan mengantuk. Ia baru saja selesai berbincang dengan Bayu di kantornya mengenai pekerjaan.
Bu Ambar yang melihat suaminya pulang langsung menyodorkan beberapa pertanyaan tentang Bayu.
"Pak, Calon legislatif itu gimana orangnya?" Tanya Bu Ambar.
"Wah, orangnya baik bu. Gak pelit. Setiap perjamuan selalu ia yang bayar. Dan belum jadi caleg saja, ia sudah banyak ngurusin fasilitas dan pelayanan di puskesmas," Cerita Pak Joko bangga.
"Dan katanya bu, jika ia terpilih menjadi caleg disini, berobat di puskesmas bisa gratis, pendidikan sekolah negeri gratis, setiap bulan akan ada pembagian sembako gratis, serta bonus setiap 2 bulan sekali untuk para pegawai kecamatan dan kelurahan," Lanjut Pak Joko semangat.
"Ah masa sih pak?" Tanya Bu Ambar ragu.
"Makanya, Ibu bantuin saya untuk sebarin berita ini ke ibu-ibu lain pas arisan ya bu! Kalau Pak Bayu yang terpilih, kan ibu juga yang senang toh, dapat uang bonus dari bapak," Kata Pak Joko meyakinkan.
"Ya kalo terpilih toh pak, kalo gak terpilih?! Semua itu gak jadi?" Tanya Bu Ambar. "Harusnya kalau memang mau bagi-bagi sembako ya buktikan aja dulu sekarang, kenapa harus tunggu terpilih? ambil hati warga desa dengan tindakan dong pak! bukan hanya janji. Itu pamrih namanya!" Jelas Bu Ambar dengan sedikit kesal.
"Ah kamu ini bu," Sahut Pak Joko kesal.
"Makin gak suka saya sama si Bayu, Bayu itu. Mau peduli tapi kok pamrih. Baguslah Karenina ninggalin dia dulu," Kata Bu Ambar
"Karenina?" Tanya Pak Joko. "Apa hubungannya Karenina dengan Pak Bayu toh Bu? Makin gak nyambung saja ibu ini."
"Eh pak, saya kasih tau ya, Bayu itu mantan suaminya Karenina. Hubungan mereka gak direstui sama Ibunya Pak Bayu. Karenina diusir dari rumahnya, dipaksa cerai, dikasih duit lalu disuruh pergi yang jauh!" Bu Ambar menjelaskan dengan jengkel. "Jahat toh pak!"
"Astagfirullahaladzim." Pak Joko terkejut mendengar cerita itu. "Masa si bu, jangan gosip lagi ah bu."
"Ya Allah ya Rabb, siapa yang gosip sih pak! Orang Kareninanya sendiri yang cerita," Kata Bu Ambar. "Makanya, jangan sampe Karenina ketemu sama Pak Bayu. Biarkan hubungan Karenina dan anak kita tenang dan lancar tanpa gangguan."
"Karenina sama Putra berhubungan bu?" Pak Joko kembali terkejut tidak percaya. Dia merasa malu sekali atas perbuatannya dulu.
"Iya! Makanya jangan sampai anak kita tau kamu pernah nyamain Nina sama perempuan-perempuan lain yang pernah kamu genit-genitin itu." Kata Bu Ambar jengkel mengingat saat itu.
"Ya jangan sampai tau lah bu. Malu saya. Lagipula saya kan sudah minta maaf ke Ibu dan Ke Karenina," Jawab Pak Joko malu.
"Wis tobat lah pak, mau apa lagi sih yang dicari di dunia ini!" Wejangan-wejangan dari mulut Bu Ambar mulai keluar tanpa henti seperti biasa saat ia sedang berdebat dengan suaminya. "Rumah wis bagus, kerjaan bapak wis bagus, punya anak wis jadi dokter sukses, punya istri cantik dan sabar, mau apa lagi toh pak?! Sekarang itu waktunya kita banyak-banyak ibadah..."
Sementara itu disaat Bu Ambar masih bicara tanpa henti, Pak Joko mengendap-ngendap meninggalkan ruang makan menuju keluar rumah.
"Bu, tak ngopi dulu ke rumah Cak Bagus, Assalamualaikum!" Teriak Pak Joko pamit dari depan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANGERINE (Sudah Terbit)
RomanceHello, Salam kenal semua, ini adalah novel pertama saya. Saat ini saya sedang butuh sekali feedback, komentar, dan vote dari kalian semua pembaca setia wattpad. Semoga Kisah ku ini bisa disukai oleh kalian. Selamat membaca.. Vote dan komen kalian s...