KLINIK UMUM

3 1 0
                                    

"Walau mustahil menjadi ibu yang sempurna, namun seorang ibu pasti akan melakukan apa yang menurutnya terbaik untuk kesuksesan dan kebahagian anaknya."



     Seiring matahari terbenam di balik perbukitan hijau, seorang pria tinggi berkacamata bulat memarkirkan mobilnya di depan rumah besar berwarna coklat keemasan. Ia memasuki rumah orang tuanya dengan raut wajah gembira dan sedikit kegelisahan.

"Assalamualaikum," Sapa Putra menarik koper besarnya kedalam rumah.

"Waalaikumsalam," Jawab Bu Ambar dengan suara riang mendengar suara Putranya.

"Ya Allah nak, akhirnya pulang juga," Bu Ambar memeluk anak semata wayangnya dengan erat, ia meluapkan semua rasa kangen pada anaknya itu yang selama ini terpendam.

"Sehat kamu nak?" Tanyanya.

"Alhamdulillah sehat bu. Ibu sendiri gimana?" Putra balas memeluknya ibunya.

Bu Ambar mengangguk senang. "Ayok, ayok, makan dulu ayok! Kamu pasti sudah lapar setelah perjalanan jauh. Ibu udah masakin rawon, ada tumis buncis sama mondel juga," Ia mendorong tubuh Putra yang tinggi tegap itu ke meja makan.

Sampai di meja makan, Putra melihat Alan sedang menghabiskan makanannya.

"Siapa bu?" Tanya Putra.

"Alan, ayok salim! Ini anak Ibu, Pak Dokter Putra dari Jakarta," Bu Ambar memperkenalkan putranya dengan bangga. Alan menghentikan makannya dan mencium tangan Putra.

"Ini Alan, anaknya yang punya homestay baru di sana. Ibu suruh setiap hari makan disini biar sehat," Jelas bu Ambar sambil mengelus kepala Alan. "Alan suka kan rawonnya?" Tanya bu Ambar.

"Iya enak banget," Kata Alan menghabiskan suapan terakhirnya, lalu Alan menyeruput jus alpukat yang sudah disediakan Bu Ambar.

Putra kagum dengan ibunya, ia baru mengetahui ternyata ibunya menyukai anak-anak.

"Bu Ambar, Pak Dokter. Alan pulang dulu ya, udah mau magrib. Makasih ya bu Ambar," Alan izin pamit pulang.

"Oh iya, ini udah ibu bungkusin pie keju susu buat nemenin kamu belajar, jangan lupa mamamu dikasih juga ya!" Bu Ambar memasukan Tupperware berwarna kuning ke dalam kantong kresek dan memberikannya pada Alan.

"Wah asik pie keju lagi. Makasih banyak bu, Assalamualaikum." Alan keluar dari rumah bu Ambar dengan senang, ia menggantungkan kantong plastik itu pada stang sepedanya lalu mengayuh pulang.

     Putra menyantap makanan buatan ibunya dengan lahap, sudah lama ia tidak menikmati makanan rumahan. Sebenarnya sudah lama Putra ingin kembali ke kampung halaman, namun kesibukannya sebagai dokter bedah umum di ibu kota tidak membiarkannya libur dan mendapati istirahat yang cukup.

5 tahun yang lalu Putra mengalami kecelakaan mobil yang menyebabkan cedera pada leher dan kakinya. Setelah dirawat dan istirahat beberapa bulan, Putra pun kembali dengan kesibukannya. Namun pada akhirnya ia merasakan kembali rasa nyeri dan kesemutan pada kakinya yang sangat mengganggu, membuatnya tidak bisa berdiri lama untuk melakukan operasi pasien selama berjam-jam. Akhirnya Putra pun memutuskan kembali pulang dan membuka klinik umum di kampungnya karena tugasnya akan jauh lebih ringan.

"Assalamualaikum, Putra udah pulang ya buk?" Suara Pak Joko begitu jelas terdengar dari luar rumah.

"Waalaikumsalam, makan sini pak," Putra menjawab dari ruang makan.

"Alhamdulillah, sudah sampai dengan selamat. Sehat kamu nak?" Pak Joko meletakan tas kerjanya di kursi makan dan duduk bergabung dengan anak dan istrinya di meja makan.

TANGERINE (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang