PISANG GORENG

4 2 0
                                    

"Sebagaimana pisang goreng hangat yang dimasak sempurna, cinta yang sejati memenuhi hidup dengan aroma kebahagiaan yang tak terlupakan"


     Putra memarkirkan mobilnya di depan Tangerine. Ia akan bertemu dengan sahabat kecilnya disana. Saat memasuki gerbang Tangerine, matanya terpukau oleh warna-warna orange buah tangerine yang sedang berbuah di suasana malam yang gelap dan dingin, tenang dan remang, dengan aroma kopi yang menyegarkan mengisi udara.

"Put, sini put!" Umay melambaikan tangan dari belakang kafe bar. Putra langsung mengenali wajah sahabat lamanya itu dan langsung menghampirinya.

"Wah, udah lama banget kita gak ketemu," Putra gembira, mereka saling bersalaman dan berpelukan.

"Wah, pak dokter!" Ucap Umay dengan tatapan kagum, senang dan bangga memegang erat kedua lengan Putra.

"Duduk dulu Put. Gue pesenin kopi ya, kopi spesial!"

"Wah, boleh, boleh, kebetulan lagi butuh yang hangat-hangat," Kata Putra. Ia lalu duduk di kursi terdekat.

Umay menghampiri Saskia memesankan kopi tubruk dengan perasan jeruk siam untuk sahabatnya.

"Yank, tolong kopi tubruk tangerine spesial kita ya satu, untuk sahabat lamaku yang duduk disitu. Dia dari Jakarta," Kata Umay menunjuk ke arah Putra.

Saskia mengangguk lalu melirik ke arah Putra.

"Oh, mau nginep disini juga? Biar ku info Nina," Kata Saskia.

"Nggak usah, dia orang sini kok. Anaknya Pak Kades." Kata Umay. Saskia membelalakan matanya tidak percaya melihat pria setampan itu adalah anak pak kades yang genit.

"Dih, kenapa mukanya begitu?" Umay tertawa melihat ekspresi wajah Saskia yang lucu. "Aku kesana dulu ya, nanti tolong antar kopinya, biar sekalian aku kenalin," Ucap Umay mengelus lengan Saskia.

"Jadi pak dokter, apa kabar?" Umay duduk di depan Putra yang sedang menikmati pemandangan kafe.

"Sehat, sehat Alhamdulillah," Jawab Putra. "Wah hebat banget sekarang udah jadi pengusaha kafe."

"Gue cuman pegawai Put, bukan punya gue," Jawa Umay.

"Ah Sorry, abis keren banget dekorasinya, gue suka banget sama pohon-pohon jeruknya. Buahnya subur-subur," Putra memuji.

"Thank you Put, ini pohon jeruk siam yang jadi khas di kafe dan penginapan kita," Umay menjelaskan bangga. "Ide yang punya nih, keren yah?!"

Putra mengangguk masih terkagum dengan buah-buah jeruk segar yang menggantung di pohon-pohon terlihat sempurna menghiasi halaman kafe.

"Kopi tubruk tangerine ready," Saskia datang meletakan 2 cangkir kopi hangat, aroma jeruknya yang khas tercium di udara bersama dinginnya angin malam.

"Put, kenalin ini cewek gue Saskia, dia yang mengelola kafe ini," Umay memperkenalkan kekasihnya. "Nah, sahabatnya yang punya penginapan ini."

"Halo, Putra!" Kata Putra menyodorkan tangannya memperkenalkan diri.

"Halo, Saskia!" Balas Saskia menjabat tangannya.

"Ayo silahkan dicicipi kopinya mumpung masih hangat," Saskia mempersilahkan Putra minum.

"Oh iya Sas, Mba Nina mana? mau aku kenalin sekalian sama sahabatku," Tanya Umay.

"Dia lagi sibuk di homestay, kayaknya ada beberapa tamu baru yang mau check in, nanti aku coba kirim wa ke dia deh," Jawab Saskia.

"Kalian gak buru-buru kan? Biar aku siapkan pisang goreng dulu ya, dingin-dingin gini belum afdol ngopi tanpa pisang goreng," Tawar Saskia.

TANGERINE (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang