"Terkadang, kembali pulang adalah seperti menemukan kembali akar-akar yang telah lama terlupakan, menyadarkan kita akan kehangatan dan kenangan yang telah membentuk kita."
Pada sore hari yang mendung, Karenina duduk bersebelahan dengan Alan di dalam kereta yang perlahan meluncur meninggalkan gemerlap kota Jakarta menuju desa yang jauh dari hiruk-pikuk. Saskia duduk di bangku yang berhadapan dengan mereka.
Pemandangan luar jendela dipenuhi hijaunya sawah dan pedesaan yang damai, namun hati karenina terasa sepi dan hampa seperti langit yang mendung. Matanya yang dulu penuh semangat kini nampak sayu. Senyum yang dulu berseri-seri, kini hanya tinggal kenangan. Karenina merasa seperti kehilangan arah, seperti kereta tanpa tujuan yang terus melaju. Saat kereta melintasi perbukitan yang hijau, Karenina menghirup dalam-dalam udara segar yang masuk melalui jendela kereta, berharap bisa membawa kedamaian dalam hatinya. Tetapi, udara segar itu hanya mampu menyentuh kulitnya, tidak mampu mengusir kabut kelam yang menyelimuti hatinya.
Pukul 07.15 mereka tiba di stasiun kereta api Kota Malang setelah menempuh perjalanan 15 jam lamanya. Untuk menuju Desa Bumiayu, mereka masih harus berkendara menggunakan mobil kurang lebih memakan waktu 2 jam.
"Mari bu! antar-jemput langsung ke tempat tujuan harga bisa ditawar!"
Mereka disambut oleh suara ramai bapak-bapak yang menawarkan kendaraan pribadinya untuk disewa.
Sambil mendorong Alan dalam kereta bayinya, Karenina menghampiri seorang bapak berkacamata dengan rambut putih berpakaian batik.
"Pak, ke Desa Bumiayu, berapa?" Karenina berniat bertanya harganya dulu sebelum memutuskan untuk menyewa mobil bapak itu.
"Mari neng, murah aja cuma dua ratus ribu di antar sampai tujuan," Jawab si Bapak sambil langsung mengambil koper yang dibawa Karenina untuk dimasukan ke bagasi.
Karenina dan Saskia saling bertatapan, menaikkan kedua alis mereka seperti sedang berbicara menggunakan telepati.
'mahal bener, dua ratus ribu Nin?!' Saskia berkata dalam hati sambil melihat wajah Karenina. Ia menaikan matanya ke atas seolah-olah Karenina bisa tahu isi hatinya.
'ya abis gimana? koper gue udah dibawa.' Karenina menjawab dalam hati juga, kepalanya dimincingkan ke arah koper kuning besarnya yang sedang didorong oleh si bapak.
"Mahal bener pak dua ratus, gak boleh kurang?" Tawar Saskia.
Bapak sopir menghentikan kakinya, lalu ia menghitung dengan jarinya "Seratus lima puluh ribu ayok deh," Jawab si Bapak menoleh sebentar ke arah Karenina dan Saskia lalu lanjut berjalan menuju mobil avanza berwarna hitam yang terparkir tepat di depan mereka.
Si Bapak membuka bagasi mobil dan menyusun barang-barang tamunya dengan rapi dan apik. Karenina mengangkat Alan dari kereta dorong bayi lalu menggendongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANGERINE (Sudah Terbit)
RomantizmHello, Salam kenal semua, ini adalah novel pertama saya. Saat ini saya sedang butuh sekali feedback, komentar, dan vote dari kalian semua pembaca setia wattpad. Semoga Kisah ku ini bisa disukai oleh kalian. Selamat membaca.. Vote dan komen kalian s...