SAUNG

11 4 0
                                    

"Seperti saung di tepi hutan, tempat pertemuan pertama kabar burung, di sanalah cerita-cerita bermula, menyelinap dari bibir ke bibir dengan kecepatan kilat, menciptakan jejak-jejak cerita yang tak terlupakan."


     5 tahun berlalu begitu cepat dengan keadaan bisnis yang naik turun. Mereka tidak terlalu memusingkan tentang keadaan bisnis mereka, karena bagi mereka, yang terpenting adalah dapat menjalani hidup tenang dengan bahagia dan menikmati setiap momen bersama keluarga beserta tamu-tamu yang datang silih berganti.

Kebanyakan tamu adalah pendatang dari luar kota yang ingin mendaki atau menginap karena ingin menikmati udara dingin yang segar. Signature dari Tangerine Homestay adalah pohon-pohon jeruk siam yang indah menghiasi kafe, dan racikan kopi dengan rasa dan aroma jeruk siam yang khas dan nikmat. Dengan sikap santai dan penuh kehangatan, Karenina dan Saskia menciptakan lingkungan yang menyenangkan di homestay dan kafe mereka, di mana setiap tamu merasa seperti di rumah sendiri dan dapat menikmati keindahan alam dan kehangatan dalam keramahtamahan.

Udara Pagi hari di Tangerine begitu dingin seperti biasanya, aroma jeruk segar tercium dari pohon-pohon tangerine. Pohon-pohon jeruk ini adalah kebanggaan Karenina, dimana tamu-tamu dapat menikmati pemandangan yang menakjubkan sambil menikmati buah jeruk segar yang bisa dipetik langsung dari pohonnya.

Saskia tengah sibuk menyeduh kopi untuk para tamu penginapan dengan penuh semangat di kafe. Umay yang baru saja datang langsung menghampiri Saskia dengan percaya diri dan mengecup keningnya sambil mengucap selamat pagi. 5 tahun berlalu dan mereka memang tidak pandai menyembunyikan perasaan masing-masing sampai pada akhirnya mereka pun menjadi sepasang kekasih.

Sementara Saskia sibuk dengan kopi, Karenina dengan cermat menyusun hidangan-hidangan yang indah di atas meja makan. Ia menyusun beberapa roti panggang, salad yang segar, menata potongan buah dengan rapi, dan menyajikan hidangan utama yang hangat dengan sentuhan artistik yang memikat.

Alan yang sudah berusia 7 tahun turun menuju meja makan untuk sarapan menggunakan baju sekolah yang lengkap dan rapi. Ia melahap satu buah roti panggang dan menghabiskan satu gelas susu yang telah disiapkan ibunya.

"Alan berangkat Ma," Pamit Alan begitu susu dalam gelasnya habis, dan mencium tangan Karenina.

"Dah om Umay!" Teriak Alan melambaikan tangan pada Umay. Umay membalas melambaikan tangan.

Pak Joko, sang kepala desa berjalan masuk ke dalam kafe dengan langkah yang mantap dan penuh percaya diri mengenakan pakaian dinas rapi memberi kesan bahwa ia adalah sosok yang sukses dan berkuasa. Ia melanjutkan langkahnya menuju spot favoritnya dan duduk pada sofa abu-abu yang selalu menjadi tempatnya dan tamu-tamunya berkumpul.

"Mba Nin, saya mau pesan meja untuk 6 orang makan malam nanti ya, biasa mau ngopi-ngopi sama tamu penting," Kata Pak Joko berusaha menunjukan bahwa ia adalah orang yang disukai orang-orang dengan jabatan tinggi.

"Kalo bisa, mba Nina nanti yang melayani dong, biar saya kenalkan ke mereka!" Pak Joko merayu genit. "Kan bagus juga buat membangun relasi bisnis."

"Oke pak!" Jawab karenina sambil memberikan papan menu dengan sopan. Namun, sebaliknya dari mengambil menu yang disodorkan oleh Karenina, tangan Pak Joko sengaja meraih dan mengusap pergelangan tangan Karenina dengan genit. Karenina merasa sudah tidak terkejut oleh gerakan tiba-tiba itu, dan mencoba mempertahankan senyumnya. Selama ini Pak Kades memang suka berlaku genit seperti itu dengan Karenina, walaupun Karenina selalu menghindar dan sudah seringkali menunjukan sikap yang tidak suka dengan perlakuan Pak Kades, namun Pak Kades masih saja terus berusaha menggodanya.

Pak Joko tersenyum manis, "Seperti yang biasa saja, kopi tubruk pake perasan jeruk sedikit." Sambil masih memegang tangan Karenina, ia melanjutkan, "Tapi saya pikir, kali ini saya akan memilih langsung dari menu ini. Kamu tahu, kadang-kadang kita perlu merasakan langsung apa yang ada di hadapan kita." Ia melepas genggamannya dari tangan Karenina dan dengan lembut mengambil papan menu dari tangan Karenina.

TANGERINE (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang