03 | Morning to

712 80 4
                                    


Kane sudah selesai mandi dan berpakaian. Ia memakai piyama abu-abu polos. Dengan memakai sandal rumah, Kane hendak pergi ke ruang makan untuk mengisi perutnya yang berbunyi karena lapar.

'Tap

'Tap

'Tap

Kediaman tentu sepi. Hanya ada beberapa pelayan dan penjaga yang berlalu lalang. Orang yang memiliki mansion juga sepertinya lebih betah berada dikamar atau pun ruang kerjanya. Kane tidak mempermasalahkan.

Saat sampai, Ethan terlihat duduk di salah satu kursi makan. Terlihat juga bahwa pria itu sedang asik mengamati layar laptop tanpa mengalihkan fokusnya. Kane duduk bersebrangan. Ia menunggu pelayan menyajikan makanan, lalu setelah selesai Kane baru mulai makan.

Kane melirik sejenak Ethan. Dirinya kira pria itu sudah akan langsung tidur, ataupun ada di ruang kerjanya. Tapi sepertinya Ethan tidak terlalu suka. Makanya pria itu menetap untuk lembur di ruang makan seraya meminum kopi hangat, ditemani oleh keheningan malam.

Jam sudah menunjukkan angka dua belas. Kane selesai makan. Sedari dari hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang berkuasa, tapi tiba-tiba Ethan berkata kepada Kane sesaat sebelum Kane pergi ke kamar lagi untuk menyambung mimpinya.

"Kyle, langsung tidur dan jangan begadang," kata Ethan seraya menatap Kane penuh perhatian. Kane melebarkan kedua matanya, merasa sedikit terkejut dengan perhatian tiba-tiba itu. Tapi ia segera mengangguk patah-patah, lalu langsung berlalu begitu saja.

Ethan yang memandangi punggung sang adik menatap rumit. Sudah dirinya duga, sekalipun dirinya memberikan perhatian Kyle tidak marah. Malah, Kyle nampak terkejut dan satu lagi, Ethan tidak tahu.

Dirinya sengaja memberikan perhatian tiba-tiba secara terang-terangan tadi, ingin melihat reaksi alami yang selalu ditanamkan oleh Kyle, sang adik pertamanya. Dan jujur, reaksi yang diberikan menurut Ethan adalah suatu hal yang sangat lucu. Kedua mata kuning yang melebar itu membuat Ethan terkekeh, merasa lebih senang dengan perubahan Kyle sang adik bajingannya itu.

Ethan menutup layar laptop, ia bangkit hendak berlalu menuju kamarnya. Lagipula, tidak ada gunanya ia terus ada disana sementara orang yang menjadi alasan Ethan tetap menetap sudah pergi meninggalkan dirinya.

Hah ... Ethan tidak sabar menjalani kehidupan dengan melihat berbagai reaksi baru- yang menurut dirinya lucu- di air muka adik laki-lakinya itu.

✭✭✭

𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩

✭✭✭
.

.

.

Mentari telah terbangun, membiarkan sang rembulan untuk tertidur. Sinar hangat dari sang mentari menerangi balkon kamar, membuat Kane yang sedang asik menonton sunrise berniat untuk masuk kedalam kamar.

Pakaian formal sudah melekat ditubuh sempurna milik Kyle. Kane pergi ke lantai bawah. Tentu saja untuk sarapan. Saat sampai di pintu masuk ruang makan, bisa terlihat empat orang sudah menghuni disana.

Empat orang itu adalah Wilder, Ethan, Clara, serta seorang gadis yang sepertinya bernama Alina. Putri kesayangan Wilder, dan putri tunggal Clara dari suami pertamanya.

Ya, Clara adalah janda sebelumnya. Lalu ia menikah dengan Wilder yang notabenenya adalah duda berbuntut satu. Ethan? Dia adalah anak angkat Wilder. Putra yang ditunjuknya sebagai pewaris segala bisnisnya nanti. Sementara Kyle, dia adalah anak terbuang yang lahir dari istri pertama Wilder.

Jadi, Wilder dulu mempunyai istri bernama Josephine dan mempunyai putra bernama Kyle. Saat Josephine meninggal, Wilder menikah lagi dengan Clara dan memiliki putri bernama Alina. Juga mengangkat seorang laki-laki untuk menjadi pewarisnya, Ethan.

Kyle menjadi seorang bajingan pun pasti karena iri dengan Alina yang merupakan anak tiri tapi bisa mendapat segala perhatian dan kasih sayang ayahnya dengan sangat mudah. Padahal dirinya adalah anak kandung, tapi setelah kematian sang ibu sang ayah malah tidak ada perhatian sama sekali pada dirinya. Makanya Kyle memilih untuk mencari perhatian dengan menjadi bajingan. Sementara Ethan, Kyle tidak tertarik dengan posisi sebagai pewaris.

Itu kesimpulan Kane.

'Dret

Ternyata tarikan kursinya berhasil menghentikan tawa disana- tawa yang hanya berisi tawa milik Wilder, Clara, dan Alina- tapi Kane tidak peduli. Ia malah menatap nyalang Ethan yang sedang menatap aneh dan tersenyum pada dirinya.

"Morning, Kyle." Ethan dengan masih senyum dan tatapan binarnya menyapa. Kane berdehem acuh tidak acuh. Alina yang semula sedang berceloteh tidak jelas tiba-tiba membuat Kane jadi merasa panas.

"Kakak kok, menjawabnya kayak gitu sih? Tidak sopan tau!" katanya dengan nada suara khas anak kecil. Kedua pipinya saja menggembung. Apalagi bibirnya yang mengerucut, serta tangannya yang bersedekap tangan. Clara juga ikut-ikutan.

"Benar kata Alina. Kyle tidak tahu berbalas sapa ya?"

'Sialan.'

Ibu anak sama saja. Berhasil membuat Kane menjadi ingin murka dan membalikkan meja makan. Tapi, itu tidak sesuai dengan rencana Kane. Yaitu menjadi pribadi yang kalem dan tidak membuat kekacauan serta menjadi bar-bar.

"Oh, ya?" Kane tersenyum tipis- setipis tisu dibelah lima. Alina mengangguk-anggukan kepalanya cepat. Mirip seperti anjing sialan. Kane tersenyum lebih tipis, lalu menatap Ethan.

"Morning to, kakak."

Kane tersenyum merekah, hingga membuat kedua matanya menyipit. Wilder tidak menyangka. Padahal dugaannya selanjutnya adalah Kyle yang akan membentak Alina, tapi senyuman merekah itu diluar prediksinya.

Ethan menopang dagu, menatap dengan senyum tipis sang adik yang duduk di seberangnya. Kyle bagaikan mendapat pencerahan, walau kenyataannya sedang menahan kesal. Kentara sekali kekesalan dibalik senyuman bak senyuman malaikat yang turun dari surga itu. Apalagi nada suara yang bagaikan musik kesukaan dirinya. Yang sebenarnya itu adalah nada suara kekesalan.

Kane tetap pada air muka merekahnya. Walau ia didalam batin dan benak sedang mengumpat keras. Pokoknya, rencananya menjadi kalem dan tidak bar-bar harus bisa terlaksana.

Seharusnya itu yang terjadi.

TBC....

𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang