02 | Father? Sungguh Menggelikan

2.3K 197 0
                                    


"Selamat datang, Tuan Muda!"

Barisan orang-orang berbaju hitam nampak memenuhi lorong. Kane mengangguk, merasa biasa dengan yang namanya sambutan para orang-orang kaya. Sekarang Kane sudah ada dikediaman Cameron. Kane akui kediaman Cameron sangatlah besar. Pastinya karena bisnisnya yang terbilang sangat besar juga.

Saat sampai diruang tengah, bisa dilihat seorang pria yang berpenampilan sama dengan dirinya. Yaitu berambut pirang dan bermata kuning. Terlihat pria itu sedang asik duduk di sofa panjang seraya mengamati layar iPad. Kane tentu tahu siapa itu. Wilder Cameron, ayah dari Kyle.

Kane berniat untuk langsung melewati dan pergi ke kamar milik Kyle lalu langsung tidur, tapi sepertinya Wilder tidak membiarkan niat itu agar bisa terwujud.

"Aku dengar kau membuat masalah lagi, Kyle?" Wilder menatap Kane datar. Putra keduanya ini sejak kapan menjadi kalem? Biasanya, jika dirinya berkata seperti tadi Kyle akan langsung bertindak tidak sopan pada dirinya. Tapi, Kyle yang sekarang ini Wilder lihat tidak seperti biasanya.

Terlihat lebih tenang.

"Saya minta maaf atas masalah yang saya buat," kata Kane yang bahkan tidak tahu masalah apa. Itu salah Kyle, dia tidak mengirimi Kane ingatan. Entah mengapa Kane jadi bertanya didalam benak, dimana jiwa Kyle?

Wilder tentu terkejut, tapi ia masih menampilkan wajah datar. Tak pernah Kyle menggunakan bahasa formal. Apalagi berkata tenang layaknya tadi. Didekatnya ini benar putra keduanya kan?

"Hm. Kau bisa pergi," katanya dengan sedikit canggung. Bagaimana pun juga, tak pernah sikap kalem ini ditunjukkan oleh putra keduanya. Putra banjingannya.

"Baik, Father."

Kane melangkah pergi, meninggalkan Wilder yang sekali lagi dipenuhi oleh tanda tanya besar didalam benaknya.

'Father? Sungguh menggelikan.'

Tak pernah juga Kane memanggil seseorang dengan sebutan itu. Jadi, hal itu adalah pertama kali bagi dirinya.

✰✰✰

𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩

✰✰✰
.

.

.

Dengan bermodalkan pikiran, Kane bisa sampai dikamar. Kane agak terkejut. Kamar Kyle ini bisa dibilang termasuk golongan normal—mengingat Kyle yang merupakan seorang bajingan—dilihat dari temanya. Sesuai dengan selera milik Kane, gelap.

Jas dan sepatu sudah terlepas, hanya menyisakan kemeja putih dan celana panjang abu-abu. Kane ingin langsung tidur saja, makanya ia tanpa membersihkan diri langsung meringsek masuk kedalam kehangatan selimut. Transmigrasi ini membuat dirinya merasa sangat lelah.

Kane tertidur, bersama dengan keheningan kamar.

Sudah berapa lama ini?—Malam sudah melolong, senja sudah tenggelam. Sesosok pria jangkung berambut hitam nampak mengetuk pintu kamar. Ia mengernyit, kala setelah membuka pintu bisa terlihat sosok pria lain yang sedang asik menyelami alam mimpi didalam selimut tebal. Pria berambut hitam terkekeh, merasa lucu karena melihat hanya sembulan rambut pirang yang bisa dirinya lihat.

"Kyle bangun. Sekarang sudah larut," kata pria rambut hitam itu. Sosok yang dipanggil tidak menyahut, malah makin gencar dalam menyelami lagi alam mimpi.

Aneh.

Biasanya Kyle akan langsung menyalak marah pada dirinya. Si pria berambut hitam tidak menyerah, ia menggoncangkan tubuh didalam selimut tebal itu. Seraya memanggil-manggil, ia terus berusaha membangunkan sosok sang adik yang susah sekali dibangunkan.

"Kyle."

"Kyle."

"Eung ...."

Kane terbangun. Ia melenguh, lalu terduduk dengan nyawa yang belum terkumpul. Sungguh, hal itu benar-benar merupakan sesuatu yang baru bagi si pria berambut hitam. Kane membuka matanya. Ia menatap.

"...?"

Sial—Kane tidak menyangka akan seperti anak kecil yang susah bangun saat dibangunkan. Kane malu, ia meremas telapak tangannya dan mencoba agar tetap terlihat kalem.

"Ada apa?" tanya Kane yang tidak tahu harus berkata apa lagi selain itu. Dirinya terlalu malu hingga tidak tahu harus apa lagi. Si pria berambut hitam tambah terkejut, ia berdehem sejenak.

"Sekarang sudah larut, kau belum makan malam," katanya. Kane melihat jendela balkon. Sudah gelap. Senyaman itukah dirinya tidur? Hingga larut, padahal biasanya tidur satu jam saja tidak bisa.

"Ya. Aku akan makan setelah mandi." Kane akui tubuhnya terasa lengket sekarang. Pasti karena dirinya meringsek masuk kedalam tebalnya selimut, jadi dirinya berkeringat lebih. Ditambah Kane belum mandi.

Si pria beramb—Ethan Cameron, pria berusia dua puluh delapan tahun yang Kane tahu menjabat sebagai kakak Kyle itu mengangguk. Ia pergi keluar kamar, mungkin hendak kembali lagi ke kamarnya untuk membereskan diri. Soalnya Ethan nampak baru pulang dari kantor.

Seperti niat tadi, Kane bangkit dan pergi menuju kamar mandi. Entah kenapa mengingat kejadian tadi membuat Kane malu lagi. Pindah ke raga baru bisa memusnahkan kepekaannya ternyata.

Pokoknya, Kane akan melatih lagi kepekaannya nanti.

TBC

𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang