17 | Rencana

288 30 0
                                    


"Tapi kamu lebih cantik."

'Bugh!

Sebuah pukulan telak berhasil mengenai sudut bibir Jerome. Dia terhuyung ke belakang. Lalu dia mendongak, mendapati wajah Kane yang benar-benar kelam sedang menatap dirinya tajam.

"Wow, adikmu luar biasa." Edward serasa melihat sebuah pertunjukkan luar biasa. Dia bangkit dan berdiri di sebelah Lucian yang sudah berancang-ancang akan memberi bogem mentah juga.

"Tutup mulutmu, brengsek." Kane berdiri. Tapi dia merasa belum puas hanya dengan satu pukulan saja. Jerome yang terbaring bangkit dengan perlahan. Lalu dia meludah darah. Rasa-rasanya, pukulan tadi benar-benar keras mengenai sudut bibirnya. Namun Jerome malah tertawa.

"Lihat? Kamu benar-benar terlihat lebih cantik jika sedang marah." Setelah berhenti tertawa, dia mengatakannya. Membuat Lucian segera maju lalu segera menuntaskan hasrat membunuhnya. Jerome dan Lucian berkelahi. Membuat Kane yang masih tak terima ingin ikut serta, tapi Edward menariknya untuk duduk di sofa.

"Aku ingin memukulnya lagi!" seru Kane geram terhadap Jerome. Perkataannya tadi masih terngiang-ngiang di dalam kepalanya. Membuat wajahnya jadi memerah karena marah. Edward menepuk-nepuk pundaknya.

"Sudah. Pukulan yang ingin kamu berikan itu lebih baik diwakili oleh kakakmu."

Walau Edward bicara seperti itu, tapi Kane masih tidak mau. Dia benar-benar ingin memberi lagi Jerome pukulan terkeras nya.

𒈒𒈒𒈒

𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩

𒈒𒈒𒈒

.

.

.

Setelah lima belas menit berlalu, akhirnya Lucian dan Jerome berhenti berkelahi. Tidak ada yang terluka, kalah dan menang, tapi penampilan keduanya kacau. Juga Kane. Dia tak pernah berhenti menatap tajam ke arah Jerome.

Ketiganya didudukkan di sebuah sofa panjang yang untungnya bisa untuk menampung tubuh besar ketiganya. Jerome duduk santai disebelah kiri. Lucian duduk tegak ditengah. Dan Kane duduk disebelah kanan seraya melirik tajam Jerome. Edward yang menjadi penengah menghela nafas lelah. Aula tempat pestanya jadi sedikit berantakan.

"Kalian ini, benar-benar ...."

Wajahnya terlihat frustasi. Setelah berdehem pelan, Edward menyuruh bawahannya untuk menggiring para tamu undangan ke ruang dansa. Sudah waktunya untuk berdansa. Edward bangkit dari duduknya untuk ikut serta. Dia tak mau peduli pada Lucian dan Jerome, dan dia hanya menarik Kane untuk ikut bersamanya.

"Kenapa aku juga harus?" Kane yang diajak (diseret) mendeliki si pelaku. Edward tak ingin menjawab. Dia hanya diam menggandeng Kane. Lucian segera menyusul, bersamaan dengan Jerome yang ikut serta. Keduanya jadi berdebat lagi.

Meninggalkan kedua pria itu, Edward dengan santai mendorong gelas berisi jus jeruk untuk Kane. Keduanya santai menonton pria dan wanita yang sedang berdansa ria ditengah ruangan.

"Kyle—"

Kane menggeleng. Dahinya mengernyit. "Kane, jangan Kyle. Dan jangan tanyakan alasannya."

Edward mengangguk. Walau diawal dia sempat terkejut. "Jadi, sudah berapa lama kamu meninggikan tinggimu?"

Kane dibuat diam. Dia tahu, Kyle dimasa lalu sangatlah pendek. Menghela nafas kasar, Kane meminum jus. Edward tertawa. Dia hanya bercanda. Sedikit bercanda, dan sedikit menggoda.

"Maaf, maaf." Edward meletakkan gelas winenya. "Jadi, bisnismu lancar?"

"Yeah ... lumayan lancar. Sejauh ini. Hanya ada beberapa gangguan kecil saja."

Edward berdehem panjang. Sekiranya dia mengerti yang namanya gangguan kecil itu. Dia meliarkan mata, asik menikmati suasana klasik di pestanya. Kane juga begitu. Sampai tengah malam menyambut keduanya.

Lucian sudah menyusul saat semua tamu undangan sudah pulang. Wajahnya tampak sedikit muram di pandangan Kane, tapi dia tak begitu peduli. Paling-paling hanya karena kalah dalam perebutan seorang wanita. Ketiga pria itu sudah ada didepan gedung sekarang.

"Lain kali, datanglah untuk bermain," katanya pada dua Cameron itu. Lucian menatapnya tajam. Dia mendengus pelan.

"Tidak akan pernah." Lalu menutup pintu mobil dengan sedikit kasar hingga menimbulkan suara keras. Edward ingin dibuat tepuk jidat karena sikapnya yang seperti anak kecil merajuk, tapi disudut benaknya dia merasa sedikit ikut bahagia. Edward tersenyum tipis pada Kane.

"Ingat untuk sesekali mampir, Kane."

Kane mengangguk. Dia masuk kedalam mobil. Setelah beberapa saat, akhirnya mobil melaju, meninggalkan gedung pesta. Edward masuk kedalam mobilnya. Dia akan langsung pulang dan beristirahat.

Didalam mobil yang dikendarai oleh Hera— dia sedari episode kemarin ada diruang khusus asisten— hanya ada keheningan. Kane tak mood bicara. Lucian tampak masih merajuk. Kane yang sempat melirik jadi membatin. Kira-kira Lucian memiliki tipe wanita seperti apa ya?

Apakah bersikap dewasa? Atau Lucian lebih menyukai tipe yang imut? Atau nakal?

Kane mengenyahkan pikiran tadi. Dia pasti sudah ngantuk, makanya pikirannya melantur kemana-mana. Tapi Kane sudah mempunyai rencana: dia tak akan tidur malam ini. Kane akan menyelinap guna mengorek sedikit informasi.

Yah, benar.

TBC

:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang