00 | Prolog

3.4K 211 0
                                    


Tak pernah dirinya sangka akan bertemu dengan malaikat maut diusianya yang dua puluh empat tahun. Kane Lennox, assassin, akan tewas sebentar lagi.

Kenapa dikatakan begitu?

Satu, perut dan kakinya tertembak peluru. Darah mengucur dari sana. Sedangkan oksigen yang ada disekelilingnya sudah bercampur aroma racun. Dua, pergerakannya terkunci. Kedua tangannya terborgol dan tubuhnya terikat. Serta stamina yang habis. Lalu tiga, ada bom yang setia berdetak dan akan meledak dua puluh detik lagi.

"Huh ...."

Menghela nafas, pasti inilah ajalnya. Mati karena habis darah, racun, dan ledakan. Sungguh triple kill yang amazing.

Lima belas.

Kane menutup mata seraya bersandar, teringat misi yang dijalaninya dua jam lalu. Andai, kalau tidak ada kecerobohan, hal ini tidak akan terjadi, kan? Dirinya tidak akan mati hanya karena satu orang yang ceroboh menggagalkan rencana. Tapi tetap saja, itu hanyalah andai.

Sepuluh.

Oke, nafasnya tercekat. Kane tak bisa bernafas panjang. Luka diperut dan kaki pun terasa kebas. Tapi kepalanya teras ringan. Tubuhnya terasa melayang. Sekitar pun, hening tak ada suara selain detakan dari bom.

Lima.

Disaat terakhir saat ini, Kane bisa melihat, sesosok malaikat maut ada dihadapannya. Memegang sabit besar, dan berjubah hitam. Malaikat maut itu menjulurkan satu lengan besarnya, mengeluarkan rentetan berbagai macam gambar memori kehidupan dirinya. Kane ingin tertawa, tapi mulutnya terasa kelu.

Apakah ini yang orang lihat menjelang kematiannya?

Empat.

Setelah puas, lengan besar itu lurus lagi. Tinggal lengan lainnya yang memegang sabit besar. Bagaikan slow motion, Kane bisa melihat sabit itu perlahan berayun, siap mencabut nyawanya dan dibawa menuju neraka.

Tiga.

Kane tak pernah menyesal pernah lahir ke dunia, walau hidupnya penuh pahit dan petaka, tapi dia tetap bersyukur karena merasakan bahagia yang hanya sekejap mata.

Dua.

Yah, Kane berharap saja, kalau Zeke dan Jethro, rekan terpercayanya bisa hidup normal setelah kematiannya.

Satu.

'Duar!!!

Ledakan sebuah gedung prostitusi segera menarik atensi. Puing-puing gedung berserakan. Disusul jeritan orang-orang. Api yang berkobar tak berhenti menunjukkan berapa dominan dirinya. Sebagian besar orang menjauhi lokasi ledakan. Beberapa ada yang menghubungi pemadam kebakaran ataupun kepolisian. Anak-anak terlihat menangis takut karena ledakan tadi.

'Brak!

Tak jauh dari dari tempat ledakan, Zeke meninju keras pintu mobil sampai sedikit penyok. Setelahnya dia meluruh, tak bisa berkata. Dua rekannya yang melihat juga diam membisu, melihat Zeke yang dikenal dominan tak bisa menyembunyikan rasa kehilangannya.

Total ada tiga orang termasuk Zeke. Semula dua rekannya ada berdiam disana untuk memantau berjalannya misi, lalu disusul Zeke yang baru datang setelah pulang dari negara lain. Tapi datang-datang, malah kematian Kane yang menyambut.

Misi yang diterima Kane dijalankan dua orang. Kane dan satu lainnya. Dan gara-gara kecerobohan orang itu, Kane mati. Menggeram, Zeke bangkit. Hanya satu didalam kepalanya: mencari orang yang sekarang pasti sudah kabur karena terbukti gagal dalam misi serta menyebabkan salah satu produk berkualitas organisasi tewas.

"Zek! Bagaimana keadaan disana?!"

Suara ngegas Jethro terdengar dari walkie talkie. Zeke tak menjawab, dia malah pergi entah kemana. Dua rekannya tak tinggal diam. Salah satunya menjawab Jethro.

"Lapor, code K 00, tewas dalam ledakan gedung prostitusi saat menjalankan misi."

Hening, tak ada balasan lagi dari Jethro yang tadi ngegas.

"Sementara code A 13, melarikan diri saat menjalankan misi. Misi gagal, tapi tak ada informasi bocor. Sedang menunggu perintah atasan selanjutnya."

" .... "

Butuh lima detik untuk Jethro membalas.

"Laporan diterima. Perintah baru, kembali ke markas dan laporkan detailnya. Sementara itu, kerahkan beberapa anggota untuk melakukan pencarian code A 13."

"Baik. Perintah diterima."

✪✪✪

𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩

✪✪✪

.

.

.

"Ugh ...."

Sialan— seluruh tubuhnya terasa sakit. Dia Kane, mencoba duduk dan menegakkan punggungnya. Kepalanya terasa pusing. Pandangannya juga berkunang. Apalagi telinganya terasa berdengung nyaring, sangat nyaring hingga rasanya gendang telinganya ingin pecah.

'Tok-tok

'Ceklek

"Tuan muda, anda tidak apa?" Seorang pria besar yang baru memasuki ruangan segera bertanya kala Kane yang terlihat sedang menahan rasa sakit. Pria Besar mendekat, menatap khawatir Sang Tuan Muda yang tampak kesakitan.

"Saya baik-baik saja. Kau cepat pergilah keluar," kata Kane saat semua sakit itu sudah mereda. Si Pria Besar nampak sangat terkejut, tapi ia segera menurut.

"Baik. Kalau begitu saya pamit keluar terlebih dahulu." Si Pria Besar melangkah keluar, daripada dirinya tetap didalam lalu membuat Sang Tuan Muda murka. Setelah kepergian Si Pria Besar itu, Kane menghela nafas. Ia menopang dagu, lalu menatap intens pantulan dirinya yang ada di cermin yang tak jauh dari hadapannya.

Itu jelas bukan dirinya. Kane itu berambut hitam dan bermata merah, sedangkan yang ada di cermin itu berambut pirang pucat dan bermata kuning. Dan tidak ada bekas luka di sudut bibir dan di rahang. Serta tinggi dan besar tubuhnya juga tidak sesuai, terasa lebih pendek dan kecil dari dirinya yang sebenarnya.

Ditambah, apa-apaan ini?

Kane tadi sudah mati saat misi, juga seharusnya dirinya sedang melakukan sesi tanya jawab dengan malaikat. Tapi tempat itu bahkan bukan neraka, lebih mirip seperti ruang kerja.

Memang alam baka bisa berwujud perkantoran, ya?

"Ck!" berdecak keras, Kane mengusak rambutnya sedikit frustasi. Apakah ini yang namanya transmigrasi jiwa? Sungguh sial sekali hidup dirinya.

TBC

𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang