Disini terasa dingin. Sunyi. Tak ada suara apapun. Tubuhnya terasa melayang-layang bagaikan didalam air."...!"
Kane membuka kedua matanya. Dia menoleh ke kanan kiri. Hanya ada kegelapan pekat. Dia tidak tahu ada dimana dirinya. Kegelapan pekat itu membuat Kane agaknya merasa muak. Ia berdecak kesal, lalu mengusap tengkuknya.
Kane baru menyadari. Dirinya kembali ke penampilannya yang asli.
'Prang!
Bagaikan suara pecahan kaca, kegelapan pekat itu berpecah. Hingga berganti tempat menjadi rangkaian cermin. Sosoknya seakan berganda. Kane mengamati cermin disekelilingnya. Sosok dirinya masih sama. Yaitu menggunakan seragam assassin saat melaksanakan misi yang membuat dirinya mati. Rambut hitam dan mata merahnya masih sama.
Benar, itu adalah sosoknya.
Kane berpikir. Mungkin saja jika tempat itu adalah akhirat. Tapi, sebuah tepukan dari belakang membuat dirinya terperanjat kaget.
"Kamu sangat lucu. Seperti kucing yang melompat saat sedang kaget."
Suara itu jelas Kane kenal. Dia membalikkan badan, lalu segera memberi bogem mentah untuk sosok yang tadi menepuk pundaknya.
'Bugh!
"Aw ...." Sosok itu meringis seraya memegangi perutnya yang terkena bogem mentah Kane. Tapi si empu yang memukul tak peduli, ia bersedekap kesal.
"Kau! Kyle si bajingan!"
Kyle Cameron, pria itu hanya meringis. "Kenapa kau memukulku? Itu sangat menyakitkan tau."
Kane tetap tak peduli akan gerutuan Kyle. "Kenapa aku bisa ada di tubuhmu?! Aku sudah mati! Harusnya aku pergi ke neraka!"
"Yah ... aku juga tak tahu. Jangan salahkan aku, mungkin itu takdirmu," kata Kyle setelah rasa sakitnya memudar. Kane berdecak.
"Kau pasti bisa kan, masuk lagi kedalam tubuhmu itu?"
Kyle menggeleng. Dirinya sudah mencoba, tapi tetap tak membuahkan hasil. Itu berarti memang takdirnya untuk dirinya mati, dan sosoknya tergantikan oleh Kane. Sosok yang dirinya tahu sudah mati didalam sebuah ledakan.
"Ayolah. Itu sudah takdirmu. Cukup jalani, dan aku yang pergi ke neraka."
"Enak saja! Kamu saja sana, aku muak menghadapi kakakmu itu!" kata Kane tak santai. Kyle memutar bola matanya. Dia sudah tahu kelakuan apa yang membuat Kane muak.
"Itu hanya perhatian seorang kakak kepada adiknya, Kane," katanya. Kane berdecih.
"Tapi tetap saja! Itu membuatku muak!"
Kyle mendengus pelan. Ia usak pucuk rambut hitam itu.
"Sudahlah, aku pergi dulu. Selamat tinggal!"
Kane yang hendak menepis tangan Kyle dari rambutnya mengernyitkan alisnya.
"Hei! Tidak adil kau yang ke neraka dulu!"
Kyle tak mendengarkan. Sosoknya yang menjulurkan lidah mengejek tetap menghilang. Meninggalkan Kane yang semakin naik pitam.
"KYLE BAJINGAN!!!"
❇❇❇
𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩
❇❇❇
.
.
.
'Bruk!
"Sialan!"
Sungguh siap sekali hidup seorang Kane Lennox. Sudah menjalani hidup yang pahit, bertransmigrasi ke tubuh yang kisah hidupnya sama pahitnya, dan sekarang? Jatuh dari atas kasur pula. Apalagi, ketinggian kasurnya itu terbilang tinggi. Membuat pinggangnya terasa encok.
"Sialan memang ...." Seraya bangun dan mengusap pinggang, Kane terus menggerutu. Dalam tidurnya, setelah Kyle pergi ke neraka, mimpinya menjadi kilas balik kehidupan bajingan itu.
"Huh ...." Memikirkannya membuat tambah kesal saja. Kane pergi kearah kamar mandi. Dia hendak mandi lalu akan makan.
Dua puluh menit waktu berlalu. Kane yang sudah selesai mandi dan memakai pakaian, diam sampai Logan yang datang untuk memanggil mengetuk pintu kamar.
'Tok-tok
"Tuan muda, anda sudah ditunggu oleh tuan muda Ethan."
Kane melangkah menuju pintu dan membukanya. Dia menukik alis. "Ethan? Untuk apa dia menungguiku?"
"Anda akan pergi ke vila, tuan muda," kata Logan mengingatkan Kane akan pembicaraan kemarin dimobil. Kane mengangguk. Dia dan Logan melangkah menuju ruang makan.
Saat sampai, sudah terlihat Ethan yang asik membaca sesuatu di iPad miliknya.
"Makanlah dulu, Kyle." Ethan yang menyadari keberadaan Kane tersenyum tipis, mempersilahkan sang adik untuk duduk didekatnya. Kane duduk, tapi dia tak segera makan.
"Jangan panggil aku Kyle, Ethan." Kyle sudah mati, pergi ke neraka sebelum dirinya. Kane tentu tak terima. Maka dari itu, tubuh dan harta Kyle resmi menjadi miliknya. Pokoknya itu adalah balas dendam Kane terhadap si bajingan menyebalkan itu.
"Kalau begitu aku harus memanggilmu apa?" Ethan menopang dagu, masih dengan wajah santainya. Sang adiknya ini tampak begitu lucu dalam balutan kemeja hitam dan celana panjang abu-abu itu.
"Kane. Kane Lennox," kata Kane tenang. Ethan tak merespon banyak. Bahkan, pria itu masih sangat santai.
"Hm ... baiklah, Kane."
"...?" Kane tak paham. Ethan ini terlampau tak peduli atau bagaimana. Responnya tidak seperti prediksinya.
"Kamu tidak bertanya lebih?" Keluar juga pertanyaan agar keheranannya terjawab. Ethan menggeleng pelan. Dia meminum lagi kopinya.
"Sekalipun aku bertanya, memangnya kamu mau menjawab?"
Tentu tidak. Bisa dianggap gila jika Kane benar-benar mengatakan dirinya yang bertransmigrasi. Kane menggeleng sebagai jawaban. Dia menggigit roti lapis yang sebagai menu sarapannya.
"Dan juga, uncle tidak akan membiarkan namamu yang tanpa marga Cameron."
Ah— benar juga. Kyle adalah Cameron. Dan Cameron akan selalu mengikuti namanya sekalipun telah berganti. Kane mengangguk-anggukkan kepalanya setuju dengan pemikirannya. Ethan yang melihat mendengus pelan. Tangannya terulur untuk mengusap rambut pirang pucat itu.
'Plak
"Jangan sentuh rambutku," kata Kane diselingi tatapan tajam. Lalu menikmati lagi setiap kunyahannya. Kane sungguh kesal. Apalagi setelah rambutnya yang disentuh oleh si bajingan Kyle. Ethan berdehem panjang.
Satu hal lagi yang Ethan tanamkan. Adiknya, Kane tidak suka rambutnya disentuh ataupun dielus. Dirinya akan mengingatnya.
TBC ....
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩
FanfictionKane Lennox. Seorang assassin dengan predikat produk berkualitas tinggi. Disegani akan keterampilannya dalam misi. Hasil dari pelatihan sedari kecil di organisasi. Hidupnya terasa pahit memang. Saat menjalani sebuah misi kecelakaan kecil terjadi...