14 | Adam

259 37 0
                                    


"Jadi?"

Wilder santai menghisap cerutunya seraya memandangi putra bungsunya yang katanya ingin membicarakan sesuatu kepadanya.

"Aku minta izin untuk pergi ke negara xx," jawab Kane to the point. Wilder menghembuskan asap cerutu. Dia mengetuk meja secara pelan.

"Alasannya?"

"Menghadiri pesta perusahaan xx." Itu tak bisa dibilang bohong. Karena memang Kyle diundang ke pesta tersebut. Jadi Kane memanfaatkan undangan itu saja sebagai alasan yang bisa diterima Wilder. Lagipula, menyebalkan rasanya jika pergi ke negara lain saja memerlukan izin.

Wilder mengangguk saja.

"Kalau begitu saya permisi, father."

"Hm."

Kane keluar dari sana. Saat keluar, ada Lucas dan Ethan yang kekeh ingin tahu hal apa yang dibicarakan dirinya dan Wilder. Lucian pun seperti kata dirinya begitu patuh untuk tidak mengatakannya. Entah, Kane hanya tidak ingin membawa kedua pria itu. Cukup Lucian saja.

Rencananya, Kane akan pergi besok hari. Lebih cepat, lebih baik.

🜲🜲🜲

𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩

▤▤▤

.

.

.

Adam.

Organisasi yang mencakup pembunuhan, penyelundupan senjata illegal, pengedar obat-obatan terlarang. Serta organisasi yang menguasai pasar gelap didunia bawah.

Itu semua dilakukan oleh anggotanya yang disebut sebagai produk. Produk diproduksi dengan latihan dari organisasi. Produk dimulai dari anak yang berusia tujuh tahun. Anak yang notabene nya adalah buangan atau dijual oleh keluarganya. Lalu anak itu dilatih sampai menjadi produk berkualitas.

Kane salah satunya. Bagi organisasi, Kane Lennox adalah produk dengan kualitas tinggi. Dengan kemampuannya yang berada ditingkat tinggi mampu membuat kepolisian dan pemerintah tak mampu untuk sekedar menangkap ataupun mengambil secuil informasi dari organisasi.

Selain Kane, ada tiga orang lainnya. Ketiga orang itu juga sama. Yang berbeda hanya kemampuan paling dikuasai saja yang membedakan keempatnya.

Dan menurut informasi yang Kane dapat saat sebelum tidur semalam, Adam telah musnah sejak lima tahun lalu. Tepat setelah kematian dirinya yang mati dalam ledakan.

Juga dengan itu, mungkin saja Zeke dan Jethro telah lepas dari kehidupan pahit itu lalu menjalani hidup dengan normal. Atau bisa jadi kedua orang itu sudah menikah dan mempunyai anak serta memiliki keluarga yang bahagia. Maka dari itu, Kane ingin mencari kedua orang itu. Sekedar melihat dari jauh saja jika semua hal yang membahagiakan itu benar-benar terjadi.

Karena bagaimana pun, keduanya telah menjalani kehidupan pahit bersama dengan dirinya. Hal itu tentu membangun rasa akan persaudaraan. Apalagi dia. Satu-satunya orang yang begitu melindungi dirinya.

"Ingin mampir untuk makan?"

Kane menoleh, mendapati Lucian yang bertanya sebab jam sekarang sudah menunjukkan waktu siang. Waktu yang tepat untuk makan siang. Kane menggeleng, dirinya hanya butuh tidur. Terlalu melelahkan setelah dirinya melakukan perjalanan dengan waktu yang lama. Sekarang Kane merasa dirinya benar-benar lemah.

"Tidak. Aku akan langsung istirahat." Dia masuk kedalam mobil. Lucian mengerti. Dia ikut masuk dan duduk di kursi pengemudi. Mobil hitam itu melaju, meninggalkan kawasan bandara internasional itu.

Kane mengamati dari dalam mobil. Pemandangan yang khas kembali lagi kedalam penglihatannya.

Adam berdiri di negara itu. Dan di kota itu. Serta Kane yang tumbuh di sana. Dan Adam musnah di sana. Pemerintah sudah berjalan lancar tanpa ada masalah lagi. Anak-anak calon produk telah lepas dari sana. Walau begitu, para produknya masih ada dan berkeliaran. Entah kemana. Entah masih di sana. Entah sudah pergi. Atau entah sudah menjalani hidup normal.

"Hah ...."

'Dring

'Dring

'Dring

Deringan telpon membuat Kane sedikit terperanjat. Dia langsung mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Tapi sebelum itu, Kane mendengus kasar terlebih dahulunya setelah membaca nama yang tertera di layar ponsel.

"Ada apa kau meneleponku?" tanyanya sedikit ketus. Lucian melirik. Dia bisa melihat guratan ekspresi kesal di wajah adik sepupunya itu.

"Kenapa kamu pergi tidak memberi tahu?"

Suara itu adalah Lucas. Pria itu sudah tahu kepergian Kane dan Lucian dari negara tempat lahirnya. Agaknya merasa kesal karena bangun-bangun sangat adik sepupu tersayangnya sudah tidak ada lagi di kediaman.

"Benar. Ini terlalu mendadak."

Suara Ethan juga terdengar diseberang telpon sana.

"Sudahlah. Aku hanya akan menghadiri pesta bersama kak Lucian. Paling-paling hanya dua minggu aku di sini." Kane berkata seraya menopang dagu. Sedikit melirik Lucian yang asik mengemudi. Berguna sekali Lucian ini. Begitu bermurah hati untuk menjadi sopir pribadinya.

"Tetap saja. Kau bajingan Kane."

"Ya, ya, ya~"

'Tut

Kane menutup telpon secara sepihak. Dia tak peduli jika dua lawan bicaranya sudah menyuarakan kekesalannya diseberang telpon. Kane dengan santai melempar ponselnya ke kursi belakang dan lanjut mengamati pemandangan di luar jendela mobil.

"Tidak tidur? Kakak akan membangunkan." Tidak. Lucian tidak akan melakukannya jika Kane tertidur sekarang. Malah pria itu mungkin akan membawa alias menggendongnya.

"Tidak nyaman. Lebih baik nanti jika sudah sampai di mansion." Tidak nyaman tidur didalam mobil. Lebih baik jika dirinya tidur diatas kasur empuk.

"Yasudah. Bilang jika ingin apa-apa. Jarak ke mansion masih lama."

"Hm."

Keluar sudah deheman acuh tak acuh legendaris milik Kane. Lucian menandai sesuatu didalam kepalanya. Jika Kane berdehem acuh tak acuh seperti itu, maka moodnya sudah dipastikan turun hingga menjadi buruk.

Alias, Kane badmood.

TBC ....

𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang