05 | Berontak

282 37 9
                                    


"Dasar sialan!!!"

Teriak terakhir Clara. Kane menatap tanpa ekspresi. Membuat Clara merasakan suatu hal yang asing. Biasanya, saat Clara sedang memaki Kyle. Pria itu akan ikut memaki dan berakhir dirinya menang karena sang suami, Wilder. Tapi sekarang ini? Berekspresi marah pun tidak.

"Sudah?" tanya Kane muak setelah selesai mendengar makian Clara yang sudah dirinya dengar selama lima belas menitan itu. Telinganya terasa panas, itu membuat dirinya kesal. Clara tersentak. Merasa takut akibat aura pekat yang tiba-tiba menyelimuti ruangan. Dirinya jadi merasa tercekik secara tak kasat mata.

Kane berdiri, lalu melangkah mendekat secara sangat perlahan ke arah Clara. Clara yang didatangi memundurkan langkahnya, tidak berani menghadap dengan jarak dekat pada orang yang sedari tadi telah dirinya maki.

Kane melirik, bisa terlihat Alina yang sudah tak terisak dan malah menatap takut pada dirinya.

'Tap

Kane berhenti, menatap dingin Clara yang tubuhnya bergetar ketakutan entah karena apa. Padahal, dirinya hanya diam tanpa ekspresi. Tapi lihatlah wajah yang tadi marah yang tadi memaki dirinya. Terlihat jelas bahwa wajah penuh make up tebal itu pucat pasi.

"Aku bertanya, sudah?" Suara tanpa nada itu tidak membuat rasa takut Clara dan Alina menyurut, malah rasa takut keduanya makin menjadi. Clara menelan kurva, ia harus tidak terlihat lemah di hadapan Kyle si putra terbuang suaminya.

"Me-menurutmu?!"

*...?*

Kane mengangkat alis. Dirinya kan, hanya bertanya. Kenapa malah diteriaki lagi coba?

"Yasudah," kata Kane. Aneh sekali sikap Clara ini. Padahal tadi masih marah-marah tak jelas, lalu ketakutan. Dan sekarang sudah marah-marah tak jelas lagi. Perempuan sungguh susah untuk dimengerti.

"Yasudah. Aku akan pergi." Kane berlalu pergi menuju pintu utama, membuat Shin yang sedari tadi mengawasi langsung melangkah lebar untuk menghentikan.

"Tuan muda, anda tidak diperbolehkan untuk keluar kediaman," kata Shin yang sudah berdiri menjulang dihadapkan Kane. Si empu yang dihentikan memilin ujung kaosnya, ia menatap tajam.

Ayolah, Kane hanya ingin keluar jalan-jalan dan makan es krim. Memang di mansion ada es krim vanilla, tapi jika Kane memakannya bisa hilang image keren miliknya.

"Aku hanya ingin keluar. Bukan mencoreng nama baik Cameron, sesusah itu?" Kane masih menahan. Dirinya tidak boleh bar-bar dan harus tetap terlihat cool.

"Anda bisa mengatakannya dengan tuan besar." Shin masih dengan wajah lempengnya berkata. Menghalau Kyle keluar kediaman juga adalah salah satu tugasnya. Sebagaimana titah sang majikan.

"Aku akan keluar." Kane tidak peduli, ia tetap berlalu pergi. Wilder menjinakkan seorang Kane Lennox dan membuat pria itu menurut layaknya anjing penurut? Sungguh menjijikkan.

Shin mengkode rekan-rekannya yang lain untuk mendekat.

"Bawa kembali dan kurung tuan muda Kyle di kamarnya."

Perintah tetap perintah. Shin akan menuruti segala perintah majikannya, sebagaimana sumpahnya pada empat belas tahun yang lalu. Sumpah pengabdian miliknya untuk Wilder Cameron.

٭٭٭

𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩

٭٭٭

.

.

.

"Aku bilang lepas!"

Kane berseru, kedua lengannya ditahan oleh dua orang bertubuh besar lebih dari dirinya. Dua orang itu tetap menahan, lalu menyeret Kane untuk pergi ke kamar. Kane menyentak lagi lengannya yang ditahan. Setelah berhasil terlepas, ia memberi bogem mentah untuk keduanya.

Dua orang itu terhuyung, membuat Kane memanfaatkan situasi tersebut untuk langsung berlari menuju pintu utama. Shin tidak memberi kesempatan. Dia memanggil lagi rekannya.

Terjadilah sebuah perkelahian sengit antara orang suruhan dan seorang tuan muda. Kane tidak henti-hentinya melayangkan bogem mentah, membuat orang berbaju hitam dan bertubuh besar itu tumbang beberapa juga ada yang cepat bangkit. Orang-orang itu terus berdatangan atas perintah Shin.

Sial— Kane terus memukul, menangkis, hingga pakaiannya ternoda oleh darah. Kane tidak bisa memikirkan apapun lagi selain memukul. Amarahnya tak kunjung reda. Orang-orang itu juga tak kunjung berhenti. Shin tidak menurunkan perintah berhenti. Semua karena Wilder. Kane hanya ingin jalan-jalan dan makan es krim. Tapi karena pria itu, Kane jadi tidak bisa.

Menyebalkan.

Kane melampiaskan kemarahannya.

Tiga puluh menit berlalu. Clara dan Alina yang menonton ikut bersitegang. Kyle, orang yang selalu keduanya jadikan kambing hitam ternyata se menyeramkan itu. Ibu dan anak itu memilih pergi daripada kena serta.

Tak henti-hentinya Kane terus melayangkan bogem mentah pada bawahan Wilder itu. Tapi di sisi Kane, ia mulai merasa lelah. Pasti karena Kyle yang jarang berolahraga. Kane merutuki tubuh lemah Kyle dalam hati.

Shin menyadari. Setelah menghela nafas lelah akan sifat keras kepala sang tuan muda, ia akhirnya menurunkan perintah berhenti. Sang tuan muda tidak boleh terluka. Shin mendekati Kane. Bisa ia lihat nafas yang tersengal dari Kane.

"Tuan muda, anda harus masuk ke dalam kamar," kata Shin membuat amarah Kane jadi ingin meledak lagi. Tapi tubuhnya sudah terlalu lelah. Nafasnya juga tersengal-sengal. Detak jantungnya berdetak sangat cepat.

"Tidak mau," kata Kane tetap pada keras kepalanya. Shin ingin menghela nafas lelah lagi. Sang tuan muda dihadapannya ini begitu kekeh untuk keluar.

"Tolong, tuan muda." Shin ingin rasanya berserah diri saja. Kane menggeleng. Ia tetap pada tatapan tajamnya.

"Kalau begitu, mari kita pergi ke ruang kerja tuan besar dulu."

Shin melangkah terlebih dahulu, membuat Kane yang lengah karena lelah terfokuskan padanya.

'Jleb

'Bruk!

Sungguh, Kane benci pada yang namanya perintah untuk menurut. Dari pandangnya yang berkunang, bisa terlihat Shin yang menangkap tubuhnya setelah kena bius dileher. Rasanya kesadaran Kane makin menipis. Membuat Kane ingin cepat tertidur.

Sial sekali hidup seorang Kane.

TBC ....

𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang