"Tuan muda sudah tertidur, tuan." Shin melapor pada Wilder yang tampak masih asik mengamati layar komputer. Wilder berdehem, hingga Shin memutuskan untuk pergi melanjutkan lagi pekerjaannya. Yaitu berjaga di depan pintu kamar sang tuan muda.Sekedar berjaga-jaga, kalau-kalau sang tuan muda berontak layaknya tadi.
Wilder tampak tak melepaskan pandangnya dari layar komputer. Putra keduanya, Kyle tertidur pulas karena bius terpampang jelas dilayar komputer. Entahlah, Wilder tak bisa lepas pandang dari putranya yang satu itu.
Apalagi setelah melihat pertunjukan sengit selama tiga puluh menit tadi. Membuat Wilder bertanya-tanya, sehebat itukah putranya hingga mampu menumbangkan dua puluh orang suruhannya?
Yang jelas itu adalah kenyataannya. Wilder juga melihat. Bagaimana layangan tangan kosong itu akurat dan tidak sembarangan. Seperti terlatih begitu lamanya. Tapi Wilder menyadari, kondisi tubuh yang tak terlalu bugar membuat pertarungan itu hanya berlangsung tiga puluh menit. Jika tubuh itu sangat bugar, bisa dipastikan tak ada kata henti sampai orang-orang suruhannya tumbang seluruhnya.
"Hah ...." Wilder menghela nafas. Pria itu menyandarkan punggungnya, ia harus fokus pada pekerjaan.
❅❅❅
𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩
❅❅❅
..
.
"Ugh ...."Sekarang sudah malam. Efek bius sudah lumayan memudar. Kane sudah terbangun. Ia terduduk dan memilin erat selimut hingga sangat kusut. Pakaiannya sudah berganti menjadi piyama navy blue. Awas saja kalau yang mengganti pakaiannya adalah perempuan. Wajahnya masam. Dirinya gagal makan es krim hari ini.
'Bruk
Kane menjatuhkan lagi tubuhnya ke atas kasur. Ia menggigit bantal. Sangat menyebalkan rasanya. Dasar Wilder, seenaknya saja menghukum dirinya. Dia kira Kane itu apa? Anjing yang harus dijinakkan?
Dirinya tidak akan ikut makan malam. Pokoknya Kane masih marah. Ingin rasanya menangis. Tapi image coolnya akan hilang begitu saja. Kane tetap menggigit bantal, hingga rasa kantuk menyergap lagi. Membuat Kane meringsek masuk lagi kedalam selimut tebal membuat gundukan besar ditengah kasur.
"...."
Kamar hening, hanya sampai beberapa waktu kemudian keheningan itu diisi oleh suara tapakan sepatu pantofel. Ethan yang baru masuk duduk dipinggir kasur si pemilik kamar. Ia sedikit menyibak selimut sampai terlihat wajah Kyle.
Terlihat sangat damai dan lucu kala kedua mata itu sedang terpejam.
Rasanya Ethan ingin tertawa. Padahal siang tadi adiknya itu masih menjadi singa garang, tapi malam ini sudah menjadi kucing lucu yang tidur didalam gundukan selimut tebal. Semua tindakan itu sangatlah lucu.
Yah, Ethan sudah mengetahui kejadian siang tadi.
Clara dan Alina? Ethan tentu geram. Tapi melihat Wilder yang mulai menaruh sedikit perhatian lagi pada Kyle, mungkin saja pria dingin itu akan menceraikan Clara dan mengusir Alina dan Clara dari kediaman. Bagaimana pun juga, keduanya hanyalah barang tak berguna bagi Wilder lagi.
'Tap
Baru saja dibicarakan, orangnya sudah muncul saja. Wilder, dengan menggunakan overcoat hitam, pria itu asik duduk di single sofa dan mengamati putra kandungnya itu. Membuat Ethan yang juga disana ingin sekali menuntaskan rasa penasaran miliknya.
"Uncle, sebenarnya apa rencana Uncle?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan. Wilder yang menopang dagu tampak melirik, lalu ia menjawab.
"Memangnya perlu, aku memberitahukannya padamu?" Walau suara dan posisi duduknya terkesan santai dan main-main, tapi aura pria itu sangatlah menekan dan membuat tercekik.
"Yah, saya hanya bertanya, Uncle." Ethan sadar tak memiliki hak dan otoritas yang sesuai untuk tahu hal tersebut. Maka dari itu, Ethan hanya akan menjadi penonton dalam diam saja.
"Hm ...." Wilder bangkit dari duduknya dan pergi keluar kamar. Dilihat dari penampilannya yang memakai overcoat dan sarung tangan hitam, pria itu pasti akan keluar negara. Paling-paling dua minggu hanya untuk mengurus beberapa pekerjaan.
"...."
Ethan tetap pada fokusnya. Adiknya masih pulas di hangatnya selimut. Salahkan Wilder. Pria itu memerintahkan anak buahnya untuk memberikan obat bius dengan dosis cukup tinggi.
'Rambut itu ....'
Tangan kirinya terangkat. Menepuk pelan pucuk rambut pirang pucat sangat adik dengan lembut dan hati-hati. Ethan akui dirinya sangat kaku dalam berinteraksi, tapi dengan tepukan di rambut itu kekakuannya sudah lumayan memudar bukan?
"Uh ...."
Oh— Kane, ia memberi respon. Kane mengernyitkan alisnya dan sedikit mengerucutkan bibirnya. Tangannya juga mengibas-ibas. Seakan tadi itu adalah gangguan dari seekor nyamuk.
"Pft—"
Ethan dengan cepat menutup mulutnya yang hampir saja meluapkan tawanya. Melihat respon balik sangat adik, Ethan ingin sekali tertawa kencang. Seraya mendengus pelan, Ethan tersenyum tipis.
Sejak pertama kali bertemu, yang Ethan lihat adalah Kyle yang bersembunyi dibalik tubuh seorang wanita yang bernama Freya. Pengasuh yang telah merawat Kyle sedari ibu darinya tiada. Dulu Kyle begitu lucu dengan segala tingkahnya. Tapi, sejak datangnya Clara dan Alina. Kyle, adik manisnya berubah.
Berubah menjadi sosok yang berbeda.
Tentu Ethan merasa kehilangan. Dirinya sudah terlalu bahagia dengan kehidupan barunya di Cameron. Tapi, apapun yang terjadi Ethan akan selalu menyayangi sangat adik. Tak peduli jika Kyle akan terus menyalak pada dirinya.
Dan jujur, perubahan Kyle sekarang membawa Ethan kembali pada masa lalu. Sungguh menyenangkan rasanya.
"Uh ...."
Kane meringsek lagi kedalam selimut. Dia tak tahu, ada sosok lain yang sedari tadi menatap dirinya penuh senyum. Mau bagaimana lagi, Kane terlalu mengantuk. Wilder bajingan memang.
Ethan beranjak. Jika sang adik bangun nanti, mungkin dirinya akan mengantarkan makan malam. Untuk saat ini, dirinya akan membiarkan sangat adik tertidur lelap terlebih dahulu.
TBC ....
Ini memalukan. Ley nggak tau kalo bagian akhir draft ini hilang entah kemana, padahal sebelumnya sudah perfect.
Nggak ada typo, lengkap, Ley juga ninggalin A/N diakhir. Tapi semua itu hilang. Benar-benar deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩
FanfictionKane Lennox. Seorang assassin dengan predikat produk berkualitas tinggi. Disegani akan keterampilannya dalam misi. Hasil dari pelatihan sedari kecil di organisasi. Hidupnya terasa pahit memang. Saat menjalani sebuah misi kecelakaan kecil terjadi...