13 | Hanya Kali Ini

368 42 0
                                    


Setelah semua rasa malu itu, Kane kembali lagi ke perusahaan. Dia diantar oleh Lucian dengan mobilnya. Sementara Alex, dia kembali ke perusahaan lebih dulu dari keduanya atas perintah Lucian. Membuat Kane sempat bertanya dalam benak.

Lucian. Pria itu santai melajukan mobil mewah miliknya ditengah jalan raya itu. Dia sedikit melirik Kane yang diam seraya mengamati pemandangan diluar sana.

"Hm ... begini. Jadi, beberapa waktu lalu aku mengalami kecelakaan kecil. Nah, karena kecelakaan itu aku mengalami sedikit amnesia. Itu hanya bersifat sementara. Maka dari itu, maaf aku tidak mengingat hal itu."

Lucian tak percaya. Jika sesuatu terjadi kepada salah satu anggota keluarga Cameron secuil pun, pasti akan langsung dibicarakan dengan seluruh keluarga. Makanya Lucian yang tentu ikut juga akan mengetahui. Tapi ini tidak. Sekalipun sang adik menyembunyikan, sang kakek pasti tidak akan tinggal diam ataupun hanya bungkam. Terlebih mengingat gelar yang disandang bungsu Cameron itu.

Juga, Kyle nya. Tidak, Kane nya. Dia tidak bisa dengan kekerasan. Jika dirinya keras, malah sang adik akan semakin keras.

Berlaku lembut di depan, dan kejam dibelakang.

Hanya itu cara yang bisa membuat si kucingnya itu tetap pada jangkauannya. Sudah cukup beberapa tahun belakangan— yang terasa seperti neraka— tanpa si kucing tersayangnya. Jika harus berpisah, Lucian tidak akan mau lagi. Semua sudah cukup.

Seperti halnya kali ini.

"Aku akan pergi keluar negeri selama dua minggu."

࿏࿏࿏

𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩

࿏࿏࿏

.

.

.

"Kakak akan ikut dengan Kane." Tanpa mengalihkan pandangan, Lucian berkata. Dengan itu dirinya akan terus bersama sangat adik. Kane merenung terlebih dahulu. Haruskah dirinya membawa Lucian bersama dengan dirinya? Tapi dengan begitu, dia tidak akan begitu leluasa untuk mencari informasi mengenai organisasi. Tapi apa peduli Lucian. Saat dirinya berkata ingin dipanggil Kane pun, Lucian tak bertanya lebih.

"Kalau begitu aku akan banyak merepotkan kakak."

Lucian melirik lagi.

"Tidak apa-apa." Dengan begitu, kucingnya akan bergantung dengan dirinya, sehingga akan selalu berada dekat dengan dirinya. Lucian senang akan hal itu. Kane mendengus pelan. Padahal dirinya berkata layaknya tadi hanya agar Lucian merasa tidak senang dan membatalkan niatnya untuk ikut bersama dirinya. Tapi tak apalah. Lumayan, dirinya tak perlu mengeluarkan lebih banyak energi untuk mencari informasi.

"Huh, baiklah. Kakak boleh ikut denganku."

Lucian bersorak ria didalam hati. Dia mendapat jackpot hari ini. Pria itu tersenyum tipis. Tanpa mengalihkan pandangan, Lucian mengusap rambut pirang pucat yang duduk disebelahnya itu.

"...!"

Kane terkejut. Usapan di rambut itu terlalu mendadak dan tak pernah dirinya duga. Juga apa-apaan ekspresi wajah Lucian itu? Dari samping tampak begitu berbeda dari biasa. Terlihat lebih hidup. Kane memalingkan pandangan. Tangan Lucian masih hinggap di atas kepalanya.

Terasa begitu hangat. Hingga membuat Kane teringat seseorang yang begitu dia rindukan.

'Huh.'

Hanya kali ini saja dirinya mengizinkan. Lain kali, Kane tak akan pernah membiarkan tangan orang lain hinggap di atas kepalanya.

Saat malam, semua orang pulang ke kediaman. Termasuk Wilder. Yang menurut Ethan pulang lebih cepat dari biasanya. Dan sekarang, membuat semua orang makan malam bersama diruang makan.

Hanya suara dentingan piring dan garpu yang mengisi segala kesunyian di ruang makan itu. Selebihnya akan bersuara setelah makan malam selesai. Seperti saat ini. Saat selesai, Kane berbicara pada Wilder.

"Father. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan." Dia butuh izin dari pria yang notabene nya adalah ayah kandung dari raga yang dimasukinya.

"Sepuluh menit lagi. Datanglah ke ruang kerja." Hanya itu balasan Wilder. Pria itu bangkit dari duduknya dan berlalu untuk pergi ke ruang kerjanya. Juga seperti biasa, ada Shin yang setia mengekori sang majikannya itu.

Lucian yang sudah tahu diam. Sementara Ethan dan Lucas yang duduk diseberang keduanya menatap lekat.

"Kane, kenapa tidak bicarakan di sini saja?" tanya Ethan yang belum tahu akan izin pergi Kane dari negara itu. Lucas mengangguk-angguk. Dia juga penasaran. Tak biasanya sang adik berbicara empat mata dengan adik dari ayahnya itu.

"Aku hanya butuh izin father."

"Tapi aku kakakmu."

"Tapi aku kakakmu."

Ethan dan Lucas berkata secara bersamaan. Wajah keduanya masam, merenggut tak suka akan ucapan Kane. Membuat Kane bersedekap tangan dan menatap lebih tenang.

"Tapi father adalah ayahku." Walau tak sudi, tapi mau bagaimana lagi. Ethan dan Lucas masih saja merenggut tak suka. Lalu keduanya beralih menatap Lucian yang anteng diam tak berkata.

"Kau pasti sudah tahu, kan?" Lucas sudah terlanjur hafal segala tabiat sang adik. Lucian menganggukkan kepalanya. Lucas berdecak. Dia penasaran.

"Sudah. Aku akan pergi."

TBC ....

𝕋𝕙𝕖 𝕃𝕖𝕟𝕟𝕠𝕩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang