09

682 171 4
                                    

Hendry bangun dari tidurnya saat matahari masuk menembus tirai kamar, dia melihat ke samping dan benar Riel masih ada disana. Perlahan Hendry bangun dari tidurnya, dia mengurung Riel yang masih tertidur lelap.

Hendry meremas pelan pipi Riel, perlahan dia merendahkan tubuhnya lalu mencium lembut bibir pria manis ini.

Ciuman lembut itu lama kelamaan berubah semakin dalam, tangan Hendry bergerak menarik selimut yang menutupi tubuh Riel.

Dia membuat tubuh Riel berubah telentang, Hendry menyelipkan kedua kaki Riel dengan tangannya.

"Hah.. Mm.." Hendry merasa tidak puas, dia mengoc*k pelan p*nisnya tepat di depan hole Riel.

Hendry menyentuh bibir hole Riel dengan ujung p*nisnya.
'Hah.. lagi, aku mau lagi' batin Hendry, tanpa menunggu Riel bangun, Hendry mendorong paksa p*nisnya masuk.

"Ah..!" Dengan mata masih menutup, Riel meremas kuat seprei kasur, dia merasakan perih dibawah sana.

Hendry mengigit bibirnya saat melihat wajah Riel yang terlihat menahan rasa sakit, Hendry kembali mencium Riel hingga akhirnya Riel membuka matanya karena Hendry mulai bergerak agresif.

"Mm!!" Riel langsung tersadar, dia mencoba mendorong Hendry tapi yang ada raja muda ini malah menahan kedua tangan Riel.

"Mmm! Mm! Fuaahh-Ahhh.. ! Tidakk..! Ku mohon yang muliaahh.. Ahh! Ahh!" Tubuh Riel tidak bisa bergerak banyak, kakinya terasa mati rasa.

"Oh.. ini enak sekali.. " Hendry semakin kuat menggenggam tangan Riel sementara Riel terus menangis dibawah Hendry.

Riel tidak tahu apa yang membuat Hendry melakukan hal seperti ini padanya padahal Riel tidak bersalah, Riel hanya membela apa yang dia miliki, Riel tidak meminta harta atau kekuasaan dari Hendry tapi kenapa Hendry membalas Riel dengan cara menyiksanya.

S*x tanpa cinta tentu menyakitkan untuk Riel, dia tidak bisa merasakan kenikmatan itu bahkan Riel merasa dirinya hampir mati.

.
.

Perlahan Hendry turun dari kasur, Hendry menatap Riel yang saat ini terbaring lemah di atas kasur.

"Apa kamu ingin ku panggilkan pelayan atau aku yang mengurus mu?" Tanya Hendry.

Riel menatap langit-langit kamar, dia tidak menjawab pertanyaan Hendry. Karena Riel hanya diam, akhirnya Hendry berinsiatif sendiri.

Hendry mengangkat tubuh Riel masuk ke dalam kamar mandi, dia mengisi air di dalam bathtub kemudian keduanya masuk dengan Hendry yang memeluk Riel dari belakang.

"Aku akan memanggil tabib untuk mengobati luka mu"

Riel menatap pantulan dirinya di air.
'Aku.. tidak lebih seperti seorang pelacur' batin Riel saat melihat betapa kusutnya dirinya saat ini.

Hendry menyandarkan dagunya di bahu Riel.
"Kau tau, aku masih marah.. tidak kah kamu ingin meminta maaf?"

Riel masih saja diam hingga akhirnya Hendry menarik kasar dagu Riel agar kedua mata mereka bertemu.

"Apa kamu tuli?" Tanya Hendry.

Riel menatap wajah adik Tirta ini, wajah yang mirip tapi dengan sifat yang berbeda.

Riel membuka mulutnya untuk bicara, "Aku tidak salah" ujar Riel dengan suara bergetar.

Hendry tersenyum atau lebih tepatnya seringai dibibirnya.
"Kamu benar-benar luar biasa Riel, kamu lupa aku raja di negeri ini? Kamu adalah permaisuri ku dan kamu harus tunduk pada kata-kata ku sebagai raja dan suami mu"

Riel meremas tangan Hendry.
"Maka ceraikan aku"

Deg.

Hendry melepas tangannya dari Riel.
"Apa yang kamu katakan?"

"Kalau memang Anda terpaksa menggantikan posisi yang mulia Tirta sebagai suami, maka ceraikan aku.. biarkan aku keluar dari istana"

"Jangan bicara sembarangan!" Hendry semakin kesal, disaat seperti ini Riel masih berani padanya.

"Ini serius, kita tidak cocok.. jadi-"

Belum selesai Riel bicara, Hendry langsung berdiri, dia memasang bath robenya lalu melangkah keluar dari kamar mandi meninggalkan Riel seorang diri.

Riel memeluk kedua kakinya, buliran bening keluar membasahi kedua pipi Riel.
"Sakit.. tubuh ku sakit sekali" gumam Riel.

.
.

Bersambung ...

Under the apple tree (Mpreg 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang