"Ah!"
Suara desahan Riel terdengar dari dalam ruangan itu, untungnya tidak ada orang didekat tempat itu.
"Buka kaki mu lebih lebar lagi yang mulia Riel~" Hendry mengigit pelan telinga Riel saat jarinya bergerak di dalam hole Riel.
"Mmg!" Riel meremas kuat baju dibagian pundak Hendry, dia bahkan tidak mampu menatap wajah Hendry yang sejak tadi terus memaksa untuk menyentuh Riel.
Keduanya masih berdiri didepan pintu dengan Hendry yang sejak tadi mengurung Riel bahkan menahan tubuh Riel agar tidak jatuh.
"Ah.. tidak.. hah.. sudahh.. cukup, Ah-Hah"
Hendry dengan sengaja meninggalkan jejek merah tipis dileher Riel, pria muda ini tidak menyadari hal itu.
"Sebentar lagi, kamu hampir klimaks" Hendry bisa merasakan hole Riel berdenyut begitu pula dengan p*nis Riel yang sudah mengeluarkan sedikit cairan kentalnya.
Hendry menekan titik ternikmat didalam hole Riel hingga akhirnya permaisuri raja ini berhasil keluar, tubuh Riel langsung terduduk sementara Hendry menurunkan celananya lalu menyodorkan miliknya didepan wajah Riel.
Wajah Riel memerah, dia sangat terkejut karena ini sangat tiba-tiba.
Hendry mengoc*k miliknya lalu menumpahkan cairan kental itu di wajah Riel."Hah.. hah.. hah.. " nafas Hendry terdengar berat, dia mengusap lembut cairan di pipi Riel lalu mendorong paksa jarinya masuk ke dalam mulut Riel.
"Mm.. Mmm! Mm!" Riel meremas tangan Hendry yang sekarang beralih bermain dengan rongga mulut dan lidah Riel.
Hendry hampir saja hilang kendali akan dirinya hingga suara prajurit lewat mengejutkan mereka berdua, para prajurit biasa melewati tempat itu menuju lokasi latihan berpedang.
Pada kesempatan ini, Riel mendorong Hendry agar menjauh darinya, dia memasang kembali celananya kemudian berlari keluar dari ruangan itu.
Hendry menatap pintu yang tertutup rapat, Hendry tersenyum atau lebih tepatnya seringai dibibirnya.
"Hanya tinggal menunggu waktu hingga kamu datang padaku, Riel".
.Dengan nafas putus-putus habis berlari, sialnya Riel malah bertemu dengan Tirta yang kebetulan baru keluar dari perpustakaan.
"Riel ?"
"Oh yang mulia!" Riel langsung berhenti berlari, dia tersenyum kaku.
"Kenapa kamu berlari seperti itu? Kemana para pelayan mu?" Tanya Tirta.
"Me-mereka ada kesibukan.. aku sengaja ingin sendirian" jawab Riel gugup.
Tirta tersenyum manis, dia mengusap pucuk kepala Riel.
"Ini seperti bukan dirimu, biasanya kalian tidak terpisahkan dan-" Tirta tiba-tiba berhenti bicara, dia menggeser rambut Riel.Jari telunjuk Tirta menyentuh kulit leher Riel.
"Apa kamu dari kebun? Sepertinya serangga baru saja mengigit mu" kata Tirta.Kedua mata Riel terbuka lebar, dia langsung menyentuh lehernya dan dia baru ingat Hendry sejak tadi terus saja bicara didekat leher Riel, pria muda ini yakin pasti Hendry yang sudah meninggalkan jejak dileher Riel.
Riel menganggukkan kepalanya.
"Ya yang mulia! Sepertinya memang serangga karena aku baru saja dari kebun""Apa kamu melihat pohonnya?"
Deg.
"Iya?" Riel menatap wajah Tirta.
"Pohon apel kita, akhir-akhir ini kita belum melihatnya berdua.. aku terlalu sibuk, maafkan aku ya"
Riel meremas celananya, perlahan Riel mendekat lalu memeluk Tirta.
"Tidak..." Riel mengelengkan kepalanya.
" ..yang mulia tidak perlu meminta maaf, seharusnya aku yang mengatakan itu"'Karena aku sudah mengingkari janji kita' batin Riel, matanya berkaca-kaca.
Tirta terkekeh pelan.
"Kamu bicara apa.. ah, Riel ku~" Tirta memeluk Riel balik sembari mengusap-usap punggung Riel."Aku sangat mencintaimu"
Riel semakin erat memeluk Tirta.
"Ya, aku juga paduka".
.Bersambung ...

KAMU SEDANG MEMBACA
Under the apple tree (Mpreg 18+)
Любовные романыHendry Barthtown adalah pangeran kedua dari garis keturunan Barthtown yang sekarang memimpin kerajaan Raedgus, Hendry menjabat sebagai Adipati dari daerah Selatan kerajaan Raedgus tapi suatu hari dia dipanggil ke istana oleh kakaknya yang sekarang n...