Bab 2 - Junior & Laptop

108 61 4
                                    

Seperti biasa, Brietta sudah sampai di kantor biro pada pagi hari. Brietta menyapa beberapa rekan kerjanya yang ia lewati dengan senyuman dan ucapan "selamat pagi". Kebanyakan karyawan dan karyawati pun menyapanya balik. Brietta sampai di meja kerjanya dan duduk di kursi.

Karena Brietta memutuskan untuk melihat tulisan dari divisi editor tulisan untuk rubrik majalah yang ia urus hari ini, Brietta ingin segera mengerjakan desain tata letaknya pula setelah kemarin sepulang kerja Brietta tidak menyentuh laptopnya supaya Brietta bisa beristirahat. Brietta mengeluarkan laptop dari dalam tasnya dan memencet tombol ON/OFF pada laptop.

Akan tetapi, layar laptopnya masih berwarna hitam.

Brietta sudah menunggu semenit. Brietta akhirnya mengeluarkan kabel pengisi daya baterai laptop dari tasnya dan memasangkannya. Brietta memencet tombol laptopnya lagi. Lagi-lagi, tidak ada tanda-tanda bahwa laptopnya akan menyala; lampunya saja tidak. Kemudian, Brietta memencet-mencet lagi tombolnya beberapa kali lagi, mulai dari yang sebentar sampai yang ditahan agak lama (selama 5 detik). Laptopnya masih tidak mau menyala.

Brietta panik seketika.

Setelah berulang kali memencet tombol laptop yang tidak mau menyala itu, Brietta berjalan meninggalkan meja tempat bekerjanya. Langkah kaki cepat Brietta menyilang-nyilang saking kalang kabutnya, berharap ada yang bisa dimintai tolong olehnya. Saat Brietta tengah berjalan, ia hampir berpapasan dengan Hiro Mo-oka, karyawan percetakan yang masih baru itu. Hiro Mo-oka yang sedang berjalan sambil membawa suatu gulungan kertas pun melihat Brietta berjalan dari arah yang berlawanan. Dahi Hiro mengernyit dan ia mencoba memanggil Brietta, "Hei! Um, ada apa? Kau tampak tergesa-gesa. Mau ke mana?"

Itu berhasil menghentikan langkah Brietta. Brietta menoleh ke Hiro. Pasti jelas sudah bahwa kepanikan terpancar dari wajahnya. "Aku ... mencoba mencari bantuan."

"Bantuan?" Dahi Hiro masih mengernyit.

"Ya. Laptopku mati, tidak ingin menyala, sementara aku harus bekerja." Suara Brietta datar, tapi Brietta masih merasa panik.

Hiro manggut-manggut. "Bawa aku ke mejamu."

"Hah?"

"Bawa aku ke mejamu," ulang Hiro.

Meski masih panik dan terkejut, Brietta mengiakan Hiro. Brietta mengantar Hiro ke tempat kerjanya, laptopnya berada di atas meja kerja. Hiro mengamati laptop Brietta, melihat-lihat bagian layar dan lubang colokan kabel, dan mencoba memencet-mencet tombol ON/OFF seperti yang Brietta lakukan tadi. Sedetik, Brietta mencemaskan apa yang dilakukan Hiro pada laptopnya, tetapi Brietta berusaha tetap tenang. Hiro berpaling ke Brietta dan bertanya, "Bolehkah aku mengutak-atik laptop ini sebentar saja?"

"Mengutak-atik?"

"Aku mau melihat baterainya."

Karena merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa pada laptopnya, Brietta menyilakan Hiro lagi. Hiro melepas kabel pengisi daya baterai yang tersambung pada laptop, membalikkan laptop Brietta, lalu melepaskan bagian baterai laptop. Hiro mencermati baterai laptop di tangannya seolah-olah meneliti sesuatu yang amat kecil pada baterai laptop. Hiro juga menyelisik tempat baterai laptop. Kemudian, Hiro tampak meniup-niup tempat baterai laptop disimpan, juga bagian sambungan baterai laptop di tangannya untuk membersihkan dari debu. Hiro memasangkan lagi baterai laptop ke letaknya semula dan membalikkan kembali laptop Brietta. Setelah melepas-pasang baterai laptop Brietta, Hiro menyambungkan kembali kabel pengisi daya baterai ke laptop. "Ah, begitu rupanya."

"Ada apa?" tanya Brietta.

"Ada masalah pada sambungan di tempat baterai laptopnya. Setelahnya, itu membuat baterainya rusak juga," kata Hiro. "Kau harus mendapatkan baterai laptop baru."

My Heroic, New York's SimpletonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang