Seperti yang Brietta katakan, dua hari kemudian, Brietta harus lembur mengerjakan desain selebaran kampanye salah seorang kandidat walikota Albany. Desain itu harus segera selesai. Tentu saja, per harinya, Brietta memiliki setumpukan tugas-tugas lainnya yang perlu Brietta kerjakan sehingga Brietta perlu menyelesaikan tugas-tugas lain yang sudah menunggu terlebih dahulu. Barulah Brietta bisa mengerjakan pekerjaan desain selebaran kandidat walikota Albany itu.
Brietta lembur sampai pukul 9 malam, menjelang pukul 22.00. Brietta tak menyangka akan lembur hingga sangat larut. Syukurlah desain kandidat walikota Albany yang dimaksud sudah selesai dibuat dan besok pagi Brietta akan mengirimnya ke klien tersebut.
Sudah lewat pukul 22.00 saat Brietta berjalan keluar dari gedung biro. Beberapa gedung pertokoan masih terlihat buka dan beroperasi, dilihat dari lampu-lampunya yang masih menyala. Mungkin itu adalah toko 24 jam. Mungkin itu juga adalah bar atau klub yang biasa buka malam-malam. Akan tetapi, trotoar tempat pejalan kaki sudah tampak sepi. Brietta mulai memikirkan apakah Kota New York benar-benar kota yang tidak pernah tidur jika tidak terlihat kehidupan manusia yang berjalan di jalanannya, tetapi manusia-manusianya hanya "hidup" dan bangun dengan berada di dalam ruangan gedung. Mungkin ini karena Brietta sesungguhnya lebih menyukai suasana luar ruangan (outdoor).
Selama beberapa saat Brietta berjalan ke stasiun bawah tanah, Brietta sepertinya melihat satu atau dua orang berjalan keluar dari sebuah gang kecil. Brietta merasa kalau orang-orang itu berjalan ke arah yang sama dengannya, berjalan mengikutinya di belakang. Brietta tiba-tiba berfirasat buruk sehingga ia mempercepat langkah kakinya. Namun, sayangnya, meskipun Brietta sudah mempercepat langkahnya, orang-orang itu dapat mengejar Brietta.
Benar saja, ada dua orang pria yang mengikuti Brietta. Satu pria merengkuh Brietta dari belakang supaya Brietta tidak bisa berjalan dan bergerak, satu pria lagi menarik-narik tas tangannya, mencoba mengambilnya. Brietta melakukan antisipasi dengan terus mengapit tas tangannya di ketiak dan menahan tarikan dengan memegangi tali tas tangannya erat-erat.
"AAAAA!" Brietta berteriak. "Lepas! Tolong! Lepaskan aku! Lepaskan!"
Brietta berusaha mati-matian untuk mempertahankan dirinya dan tas tangan untuk bekerjanya. Brietta bersiaga penuh karena kedua penjahat ini masih mengincar tas tangannya, bukan dirinya. Jika ada salah satu dari kedua pria penjahat ini menyerangnya secara fisik, terutama yang merengkuhnya dari belakang, Brietta harus mempersiapkan diri untuk menghajar mereka secara fisik pula.
Duk!
Sesuatu atau seseorang memukul kepala pria yang merengkuh Brietta dari belakang. Pegangan dan raihan pria itu mengendur, pria tersebut pun langsung terkapar. Brietta akhirnya terlepas dari pria yang merengkuhnya. Sekejap, Brietta melihat Hiro memegang tabung kertas gambar dan mengayunkannya kepada pria satu lagi yang sedari tadi menarik tas tangan Brietta; Hiro memukul pria satu lagi itu sekeras-kerasnya dan pria itu pun terjatuh.
Brietta telah terbebas dari belenggu kedua pria penjahat yang menyergapnya. "Hiro!"
"Brietta! Ayo kita lari dari sini!"
Hiro menarik tangan Brietta, lalu mereka berlari kencang bersama. Beruntungnya Brietta saat ini sedang memakai flat shoes sehingga ia masih dapat berlari dengan lancar. Mereka terus berlari beberapa meter sampai ke jalanan yang lebih ramai dengan banyak orang. Setelah mereka yakin bahwa kedua pria penjahat tadi tidak mengejar untuk mengikuti mereka, mereka terhenti di depan sebuah gedung bank, pada trotoar yang dilewati lebih banyak orang.
Napas mereka tersengal-sengal karena sehabis berlari. Hiro masih menggandeng tangan Brietta. Setelah mereka menenangkan diri, Hiro mulai berkata, "Aku tadi mendengarmu berteriak. Saat aku mencari sumber teriakan, ternyata itu adalah kau yang disergap oleh ... kedua pria penjahat tadi itu. Brietta, apakah kau tidak apa-apa?"
"Aku tidak apa-apa," Brietta tergeleng-tergeleng. "Aku ... sebenarnya sudah bersiap untuk membela diri dan membalas mereka berdua jika mereka bertindak lebih jauh untuk macam-macam denganku."
"Syukurlah, aku cepat datang untuk mengimbangi dan melumpuhkan mereka. Aku ... belum terlambat, bukan?"
Brietta menggeleng lagi. "Belum. Sepertinya, mereka menginginkan barang berharga yang ada di dalam tas tanganku, seperti dompet, ponsel pintar, dan laptop sebelum ... ya, mengambil diriku."
Hiro menghela napas. "Oh, aku bersyukur bahwa kau baik-baik saja. Kebetulan yang menguntungkan sekali, Brietta, aku menemukanmu sehingga aku bisa menyelamatkanmu."
"Terima kasih, Hiro," ucap Brietta. "Tapi, Hiro, sedang apa kau? Kau ... baru keluar dari biro? Apakah kau ... mengikutiku pulang?"
"Yah, aku baru saja menuju ke halte bus yang searah stasiun kereta bawah tanah. Aku baru selesai lembur juga, setelah mencetak selebaran dan poster seorang kandidat walikota juga, tapi yang ini kandidat walikota Buffalo." Hiro menjawab keheranan Brietta. "Di dalam tabung kertas gambar ini adalah contoh poster kampanye hasil cetakan yang akan ditunjukkan ke klien besok."
Mata Brietta berkelip-kelip. "Kau ... habis lembur? Kau yakin? Westchester itu lumayan jauh, lho. Memangnya masih ada bus menuju Westchester di jam segini?"
"Aku sedang mencarinya terlebih dahulu. Kalau sudah tidak ada, aku akan menginap di hostel atau hotel—kalau mencukupi."
Hiro melepaskan genggaman tangannya dari tangan Brietta lalu tampak memegangi kepalanya selayaknya sontak merenungi sesuatu. Tabung kertas gambar Hiro juga terjatuh ke jalan. Hiro juga tampak sedikit doyong dan limbung. Brietta menduga bahwa Hiro kelelahan setelah lembur dan menolongnya tadi. Hal itu membuat Brietta bersimpati.
"Sepertinya, kau segera pergi ke hostel atau hotel saja," kata Brietta kepada Hiro. Brietta mengambilkan tabung kertas gambar Hiro yang terjatuh tadi. "Kau terlihat lelah. Kau harus beristirahat."
"Begitu, ya? Baiklah. Aku akan ke hostel atau hotel terdekat. Bagaimana dengan dirimu? Apakah sekarang kau sudah aman? Mau kutemani ke stasiun?" tawar Hiro setelah menerima tabung kertas gambarnya kembali.
Brietta menolak, "Tidak usah. Stasiun sudah lebih dekat sekarang. Kelihatannya sudah lebih aman. Aku akan baik-baik saja."
Hiro mengangguk singkat. Setelah meyakinkan Hiro, Brietta berpisah dengannya. Jika ditanya lagi apakah Brietta mau ditemani Hiro atau tidak, Brietta seharusnya mengiakan karena sesungguhnya ia ingin ditemani Hiro. Akan tetapi, melihat Hiro yang sudah lelah membuatnya tidak tega untuk meminta Hiro sekadar menemaninya ke stasiun.
Jadi, Brietta berjalan sendiri ke stasiun kereta bawah tanah dan berharap Hiro segera menemukan hotel atau hostel untuknya menginap.
![](https://img.wattpad.com/cover/379322611-288-k326773.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heroic, New York's Simpleton
ChickLitSelama ini, Brietta Norman tinggal di Kota New York bersama kedua saudara laki-lakinya sebagaimana seharusnya dia tinggal di kota yang tidak pernah tidur itu. Bekerja keras, bekerja cepat, dan bekerja dalam gemerlapnya metropolis, itu adalah tawaran...