Bab 26 - Masih Berusaha I | 𝘚𝘵𝘪𝘭𝘭 𝘚𝘵𝘳𝘶𝘨𝘨𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘐

28 14 1
                                    

Pekan kerja berikutnya bukanlah sesuatu yang ditunggu Brietta, tetapi, toh, Brietta tetap menjalaninya seperti biasa dan Brietta merasa lebih siap.

Tuan Cowell menjadwalkan rapat divisi pada hari Jumat, dengan bonus para pegawai divisi desain boleh pulang cepat setelahnya.

"Para calon walikota dari kota lain banyak yang memakai jasa biro kita ini supaya tidak bersinggungan dengan calon walikota lain yang memakai jasa desain yang sekota dari kota asal mereka. Namun, melihat desain calon walikota setempat yang berbeda kota justru membuat mereka jadi merasa bersaing dengan para calon walikota yang tidak sekota. Kita akan membahasnya saat rapat darurat nanti." Itulah alasan rapat Tuan Cowell.

"Darurat sekali, ya, persaingan politik ini," ungkap Frieda yang tempat kerjanya dekat dengan Brietta.

"Iya, benar," tanggap Brietta yang mendengar Frieda.

Saat waktu makan siang tiba, Brietta hendak mengajak Frieda ke kafetaria, "Frieda, aku mau makan dan membeli minuman di kafetaria bawah. Kau mau ikut?"

Dengan sedih, Frieda menggeleng. "Maaf, Brietta, aku tidak bisa. Ada desain yang harus aku selesaikan dan aku serahkan ke tempat percetakan hari ini. Aku mengejar waktu sore," Frieda menjelaskan alasannya.

"Oh, baiklah. Tidak apa-apa, Frieda." Brietta pun turun ke kafetaria sendiri.

Brietta akhirnya memakan butter chicken dan naan yang tersedia di kafetaria. Setelah habis makan siangnya, Brietta memutuskan untuk membeli minum. Ada stan minuman yang Brietta baru lihat saat ini. Pada hari Senin dan Selasa kemarin, Brietta tidak ke kafetaria karena diberi bekal makan siang oleh Clarence. Oleh sebab itu, Brietta mendatangi stan minuman baru di kafetaria.

"Halo, selamat siang," sapa penjual minuman kepada Brietta. Wanita penjual minuman ini terlihat lebih muda daripada usia sebenarnya karena keramahannya.

"Selamat siang. Kalau boleh tahu, di sini ada minuman apa saja, ya?" tanya Brietta penasaran.

"Di sini ada berbagai minuman herbal yang dibuat dengan cara cold brew," terang wanita penjual minuman. "Bisa dilihat dalam kulkas ini."

Brietta mengamati botol-botol minuman herbal yang terlihat dari pintu kaca transparan kulkas pendingin. "Herbal, ya?"

"Iya, minuman semacam teh dan tisane ada di sini. Lumayan menyehatkan untuk diminum setelah bekerja. Selain teh biasa dari daun teh, ada juga teh dari bebungaan."

"Teh dari bunga?"

"Untuk saat ini, ada teh bunga lavender, teh bunga telang, teh lotus, teh kembang sepatu, dan teh bunga markisa."

Brietta ber-"oh" mafhum, mengagumi banyaknya jenis minuman herbal yang ditawarkan. Brietta tadi mendengar wanita penjual menyebutkan kembang sepatu dan bunga markisa. Hal itu membuatnya teringat pada bunga yang ada pada lantai atap rumah keluarga Mo-oka di Westchester.

"Apakah ada rekomendasi?" tanya Brietta kepada wanita penjual minuman.

"Satu minuman herbal yang paling kompleks adalah kunyit asam ini. Paling kompleks, paling enak juga," jawab wanita penjual minuman sambil menunjukkan botol berisi minuman berwarna kuning dari luar kulkas. "Yang teh biasa juga enak."

"Kalau begitu, aku mau satu botol kunyit asam."

"Baik. Ada lagi?"

"Teh kembang sepatu dan teh bunga markisa," Brietta menunjuk kedua botol teh yang dimaksud.

Wanita penjual minuman tersebut memasukkan semua yang dibeli Brietta ke dalam sebuah kantong kertas. Setelah membayar, Brietta mengucapkan terima kasih, membawa kantong kertasnya, dan kembali ke lantai atas.

My Heroic, New York's SimpletonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang