3. Tetesan Penyesalan.

35 1 0
                                    

Typo Bertebaran Dimana-mana!!! Harap waspada 🚨🚨🚨🚨

*******

Rara dirawat di rumah sakit selama berminggu minggu. Tubuhnya semakin melemah, dan meskipun dokter telah melakukan yang terbaik, kondisi Rara tidak menunjukkan tanda tanda perbaikan.

Setiap hari, Leonard berada di samping tempat tidurnya, namun ia jarang berbicara. Mereka berdua terperangkap dalam diam, di antara rasa bersalah dan kelelahan emosional yang memuncak.

Jefri merasa seperti seseorang yang tersesat di tengah penyesalan. Dalam kebisuan malam malam panjang di rumah sakit, ia sering menatap wajah Rara yang pucat, mencoba mencari sesuatu yang selama ini ia abaikan.

Rara dengan kekuatan yang tersisa, selalu tersenyum padanya, meskipun senyum itu tidak lagi secerah dulu. Senyum yang penuh rasa maaf dan kepasrahan.

*******

Suatu sore, ketika mereka hanya berdua di dalam kamar rumah sakit, Leonard akhirnya memecah kesunyian.

”Kenapa kamu tidak pernah meninggalkanku, Ra? Dengan semua yang aku lakukan... kenapa kamu masih bertahan...?”

Rara tersenyum lemah, matanya penuh kelembutan. ”Karena aku tahu... dibalik semua kemarahan dan dinginnya hatimu, kamu adalah orang yang baik. Aku percaya suatu hari kamu akan melihatku... sebagai diriku, bukan sebagai bayangan kak Rania.”

Leonard tertegun. Dia tidak pernah menyadari betapa dalamnya cinta dan kesabaran Rara.

Selama ini dia terlalu ternggelam dalam kesedihannya sendiri, terlalu egois untuk menyadari bahwa Rara adalah seseorang yang jauh lebih kuat dari yang ia kira. Penyesalan itu, semakin dalam menusuk ke hatinya.

”Aku bodoh,”Bisik Leonard, suaranya bergetar. ”Aku membuang begitu banyak waktu untuk membencimu, untuk menyalahkanmu atas hal yang bukan kesalahanmu. Sementara kamu... kamu selalu ada disini untukku.”

Rara menatap Leonard dengan penuh kelembutan, meskipun tubuhnya semakin lemah. ”Kita semua membuat kesalahan, Leonard. Aku tidak menyimpan dendam padamu. Aku hanya berharap... suatu hari kamu bisa menemukan kedamaian.”

Leonard menggeleng, matanya berkaca kaca. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia menangis di depan Rara.

Semua beban emosional,rasa bersalah, dan penyesalannya tumpah begitu saja.

”Aku ingin memperbaiki semunya, Ra. Aku ingin membuatmu bahagia... tapi aku takut sudah terlambat,”Kata Leonard dengan isak tertahan.

Rara tersenyum lemah. ”Tidak ada kata terlambat untuk berubah, Leonard. Yang penting adalah kamu menyadari itu sekarang.”

*******

Malam itu, Leonard tertidur di kursi samping brankar tempat tidur Rara. Ketika ia bangun keesokan harinya, ia mendapati tangan Rara masih menggenggam erat tangannya.

Tapi ada sesuatu yang berbeda—tangannya terasa dingin.

Leonard memanggil dokter dengan panik, namun di dalam hatinya ia seperti mendapat petunjuk tadi malam tentang apa yang terjadi sekarang, didepan matanya ini.

Rara telah pergi, dia telah meninggalkan dunia ini dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya, seolah olah gadis itu telah menemukan kedamaian yang selama ini dia cari cari.

Kehilangan Rara menghancurkan Leonard. Penyesalan yang dulu ia rasakan kini berubah menjadi rasa hampa yang dalam.

Semua momen yang mereka lalui, setiap kesempatan yang dia abaikan, terlintas dipirannya seperti film yang di putar ulang tanpa berhenti.

Dia berjuang menerima kenyataan bahwa wanita yang selama ini ia abaikan adalah cinta yang tidak pernah ia sadari.

                              🌹🌹🌹

                        BERSAMBUNG

Maaf kalau ada kesamaan nama tokoh, isi cerita, judul, dan karakter, karena itu merupakan ketidaksengajaan 🙏🙏🙏

Maaf kalau ceritanya jelek dan tidak menarik. Aku harap kalian suka dengan cerita yang aku buat ini 🥰🥰

Jangan lupa Like Komen dan Vote karena author butuh dukungan dari kalian semua para pembaca 🙏🥰🙏🥰🙏🥰

Jejak PenyesalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang