Chapter-9

469 71 61
                                    

.
.
.

Xiao Zhan tidak pernah mengatakan bagaimana dirinya memeluk lukanya sendirian. Bagaimana sakitnya bahkan masa kecilnya. Bagaimana ia dibesarkan dengan bentakan dan melihat kedua orang tuanya bertengkar setiap hari.

Pertengkaran antara ayah dan ibunya berhenti setelah ibunya tiada. Zhan pikir, setelah kematian ibunya, hidupnya akan jauh dari bentakan, kekerasan dan cacian. Ternyata ia salah. Ayahnya semakin menjadi-jadi ketika satu tahun kematian ibunya. Ia akui bahwa, kekerasan tersebut didapatkan karena aturan yang di buat oleh ayahnya di langgar. Zhan hanya ingin merasakan hidup seperti anak-anak pada umumnya. Bukan hidup layaknya robot yang dirakit untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keluarga Xiao.

Satu-satunya hal yang pernah di ijinkan oleh ayahnya adalah ice skating.

Dia tidak pernah tahu alasan dibalik pertengkaran ayah dan ibunya. Tidak pernah tahu alasan kekerasan dan kedisiplinan diluar batas tersebut diterapkan kepadanya. Pikirnya, mungkin itu cara ayahnya mendidik dirinya. Atau mungkin karena ibunya yang terlalu menghabiskan waktu dengan karir nya hingga tak punya waktu bersama ayahnya dan dirinya yang menyebabkan pertengkaran keduanya. Kemungkinan inilah yang ia pegang sejak kecil hingga hari ini ayahnya meruntuhkan keyakinannya.

Bukan karena itu melainkan ada seseorang yang ingin dimiliki oleh ayahnya. Bukan karena ibunya terlalu sibuk, atau disiplin melainkan dua orang dari masa lalu ayahnya. Cinta pertama ayahnya. Kekasih ayahnya dan anak yang di inginkan.

"Sementara aku dan ibu hanya untuk melanjutkan hidup." Ternyata berurusan dengan seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya sangat menyakitkan. Alasan kenapa ia, sampai kapanpun tak menginginkan cinta dalam bentuk romansa dalam hidupnya.

Wang Yibo mendengar, mencermati dan memahami tanpa menyela sejak pria itu berbicara. Genggaman pada Senduk yang hendak memasukan suapan terakhir pada pria itu mengerat hingga bengkok.

Sakit hati? Ya, Yibo sakit hati hanya dengan mendengar cerita itu. Bukan hanya Zhan yang terluka melainkan dirinya juga. Zhan mungkin tidak bisa membenci pria itu namun, tidak dengan Yibo. Kebencian nya sudah mendarah daging hingga siap menghancurkan pria itu. Aku membencinya. Sangat benci hingga rasanya aku ingin membunuhnya. Gumam Yibo dalam hati.

Diletakan nya gelas dan piring yang sudah kosong tersebut lalu mengambil obat. Zhan menerima nya.

"Jika dicintai oleh ayah adalah dengan mengembalikan cinta nya maka, akan kulakukan." Rasa kecewa dan sakitnya teramat besar namun, disisi lain ia masih ingin merasakan kasih sayang itu. Ingin merasakan bagaimana di cintai oleh seorang ayah. Ia ingin tahu bagaimana seorang Sean yang beberapa teman lamaya mengatakan kalau, ayah nya adalah pria yang lembut, ceria dan penuh kasih sayang. Ia ingin melihat senyum bahagia ketika ia memenangkan penghargaan. Bagaimana ayahnya dengan bangga mengatakan, anak itu adalah milikku. Xiao Zhan adalah putra ku.

Dibandingkan cinta apapun di dunia ini, ia hanya ingin kasih sayang seorang ayah. Itu saja.

Selama Zhan berbicara, Yibo sama sekali tidak menyelah. Ia menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi. Karena ia tahu, terkadang seseorang hanya ingin didengar tanpa membalas.

"Sudah selesai? Kalau masih ada, katakan. Aku dengar."

Xiao Zhan merasa lega. Seperti salah satu beban dalam dirinya menghilang entah kemana. Setelah merasakan lega, ia baru menyadari kalau sejak tadi ia bercerita sambil disuapi. Ia baru merasakan malu ketika semuanya sudah selesai. Tiba-tiba suasana menjadi sepi.

Teenager Of Love✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang