Chapter-11

383 54 26
                                    

Wang Yibo menekan tombol merah pertanda suara rekaman tersebut berhenti. Wang Yibo menenggelamkan wajahnya dibalik kedua lututnya. Cukup lama sebelum Arthur berbicara," Yibo, kau tahu hubungan kalian tidak bisa lebih dari ini, bukan?"

"Kau tahu betul alasan awal kau pindah ke sekolahnya itu. Rencana awalnya yang membuat kami berlima ikut pindah dan satu sekolah dengan mu." Yanan.

Wang Yibo masih diam dengan pikirannya sendiri. Sepertinya ia harus berhenti sebelum segalanya terlambat dan ia melewati batasan itu. Yibo mulai takut dengan perasaannya sendiri. Bagaimana jika ia tanpa sadar melewati batas tersebut? Sementara rekaman itu sudah membuktikan bahwa, rencana awalnya sudah berantakan.

"Yibo, ada banyak hal yang bisa dikendalikan oleh cinta. Tapi ada satu yang tidak bisa melibatkan cinta yaitu yang telah kau, kita ketahui bersama. Aku mendukungmu dalam segala keputusan mu namun, untuk yang satu ini, maaf tapi kami tidak bisa." Timpal Julian. Ia yang paling mengerti bagaimana batasan yang tidak bisa dilewati meskipun mencintai sekalipun. Sama seperti dirinya dan Riyu.

"Kau tahu, kami hanya melakukan yang bisa kau kami lakukan. Selanjutnya, terserah keputusan mu. Ingatlah bahwa, kami selalu berada di sisi mu." Ujar Evan. Sama seperti yang dilakukan Yibo terhadap hubungan nya dengan Levin, ia akan mendukung penuh apa yang akan Yibo lakukan. Tidak peduli melawan hukum dan norma sekalipun.

Setelah berpikir cukup lama, Yibo akhirnya pada keputusan bahwa,"Aku akan tetap pada rencana awal." Meskipun harus mematahkan hati nya sendiri. Toh, pada awalnya seharusnya dia tahu bahwa perasaan seperti itu seharusnya tidak pernah ada dan tidak boleh ada.

Dari sekian banyak orang yang menyukai nya, kenapa Yibo harus merasakan perasaan itu terhadap Xiao Zhan. Terhadap seseorang yang seharusnya tidak pernah ia berikan hatinya.

"Dari tadi kalian hanya membahas tentang Yibo. Bagaimana dengan Zhan? Tanpa menyebut namamu pun, kita tahu kalau Xiao Zhan sudah menyukai mu. Hanya saja dia tidak menyadari nya. Apa yang akan kalian lakukan dengan ini?" Neo menimpali. Ia diam dan hanya mengamati tetapi mereka hanya memikirkan perasaan Yibo tanpa memikirkan Zhan.

"Aku akan menjaga jarak dari..."

"Jangan bercanda. Kau tahu sendiri bagaimana kondisinya. Kau datang dan memberikan harapan lalu tiba-tiba kau akan menjauh. Kau pikir dia akan baik-baik saja?" Geram Neo. Dia memang paling lucu dan random diantara mereka namun ketika serius, ia bahkan lebih bijak diantara mereka.

Benar. Kenapa mereka tidak berpikir sampai kesana?

"Kalian lagi?" Sipir penjara tiba-tiba berdiri didepan mereka dan berbicara. Bukan sekali dua kali mereka bertemu namun, hampir setiap bulan mereka pasti bertemu.

"Kalian tidak punya rumah?" Mereka menjadikan penjara seperti rumah. Pergi sesuka hati dan datang tanpa takut. Masalahnya tidak jauh-jauh dari perkelahian anak sekolah. Terutama pemuda dengan mata elang tersebut.

"Punya paman, tapi disini lebih nyaman." Ujar Yibo. Kelima teman nya ikut mengangguk.

"Aku bukan paman Kalian. Panggil aku dengan sopan."

Sering bertemu hingga, ke-enam anak ini memanggil nya paman tanpa takut bahwa yang berdiri didepan nya adalah seorang polisi.

"Ck, kita sudah sering bertemu jadi anggap saja paman pengasuh kami di penjara ini." Lanjut Yanan. Ucapannya mendapatkan anggukan dari yang lainnya.

"Kalian..." Sipir penjara menahan emosinya setelah mendapatkan kedipan dari salah satu diantara mereka. Yibo melirik mendapati siapa yang berbuat demikian. Tentu saja, Neo. Sebenarnya Neo tidak ikut dalam perkelahian tersebut karena ia sedang berkabung atas meninggalnya sang nenek. Tapi mendengar berita melalui Julian, ia menyusul dan ikut menginap di hotel ini.

Teenager Of Love✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang