Bab 6. Dalam Bayang-Bayang Nafsu

275 8 0
                                    


Lokasi: Rumah Sari, siang hari, saat atmosfer terasa panas dan terik.

Setelah Bu Rina dan Pak Bima mengantar Sari kembali ke rumah, mereka memutuskan untuk menemani Tante Vira dan membantu menyelesaikan urusan pemakaman di luar rumah. Sari, yang baru saja mengunci pintu rumahnya, merasa lega karena orang tuanya sudah pergi. Namun, jauh di dalam dirinya, Surya, arwah jahat yang merasuki tubuh Sari, mulai menguasai pikiran dan tindakannya. Rumah yang sunyi itu kini dipenuhi dengan hawa yang penuh nafsu.

Sari berjalan dengan langkah gontai ke kamar tidurnya. la duduk di pinggir tempat tidur, matanya menatap kosong pada cermin besar yang ada di dinding. Sari yang sekarang berusia 12 tahun, tubuhnya mulai menunjukkan tanda-tanda kedewasaan, dan Surya-yang menguasai tubuh ini tidak dapat lagi menahan hasratnya.

Surya memandang ke sekeliling kamar Sari, lalu membuka lemari pakaian. Dengan wajah masam, ia melihat pakaian-pakaian biasa, tidak ada yang menarik perhatian-semua pakaian remaja, kasual dan sederhana. "Kenapa anak ini tidak punya pakaian yang sedikit... menggoda?" gerutunya dalam hati, tak puas dengan pilihan yang ada.

Namun, sebelum bisa melanjutkan niatnya, tiba-tiba ada suara ketukan dari luar rumah. Dengan cepat, Surya mengumpat dalam hati. la berhenti sejenak dan mengenakan kembali pakaian Sari. Langkahnya berat, namun ia menuju pintu dengan raut wajah kesal. Begitu pintu terbuka, seorang gadis cantik berdiri di depan, tersenyum ramah.

"Eh... Sari, kan?" gadis itu menyapa dengan senyum terpaksa.

Sari (Surya) membalasnya dengan senyum datar, tidak tertarik. "Iya, aku Sari. Ada apa?" tanyanya malas, berdiri dengan sedikit kebosanan.

Gadis itu terus tersenyum, namun ada kesan paksa di baliknya. "Aku Alya, teman ibumu. Aku datang untuk mencari ibumu, ada sesuatu yang penting."

Sari menggeleng malas. "Ibu? Dia keluar, nggak ada di rumah," jawab Sari dengan suara datar, berusaha menjaga sikapnya agar tidak tampak mencurigakan.

Namun, Alya tampak tidak terlalu puas dengan jawaban itu. "Oh, begitu. Tapi, ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan ibumu. Mungkin, aku bisa masuk sebentar?" Alya bertanya, berharap bisa masuk ke dalam rumah.

Surya (dalam tubuh Sari) merasa ada yang aneh. Sesuatu dalam diri Alya membuatnya waspada. Ada sesuatu yang mirip dengan energi yang pernah dia rasakan-energi yang mirip dengannya. "maaf Tante Alya. Tidak bisa sekarang. Mungkin lain kali," jawab Sari dengan cepat, tanpa memberi kesempatan Alya untuk masuk.

Alya memandang Sari dengan tatapan yang sedikit kecewa. "Ah, ya sudah. Kalau begitu, nanti saja. Terima kasih, Sari," katanya sambil berbalik pergi. Namun, saat dia berjalan menjauh, wajahnya terlihat masam, seakan menyimpan sesuatu yang tak terungkapkan.

Surya merasakan gara-gara kedatangan sosok Alya tadi sudah merusak Mod-nya untuk melanjutkan niat bejatnya, namun sesuatu dalam diri Alya membuatnya merasa cemas. "Apa dia tahu sesuatu?" pikirnya, gelisah. Mungkin ada hal yang lebih besar dari yang ia duga. Dengan perasaan tidak puas, Surya memutuskan untuk mencari mangsa di tempat lain.

Beberapa saat kemudian, Surya keluar dari rumah dan menuju ke taman yang ramai. Di sana, banyak orang bermain- baik yang tua maupun muda. Surya mengamati sekeliling, mencari mangsa yang bisa memuaskan hasratnya. Mata Sari menangkap dua gadis kembar seusianya yang sedang bermain di pinggir taman. Keduanya sedang berbicara dan tertawa bersama.

Surya mendekati mereka dengan senyum manis, pura-pura ramah. "Hei, kalian! Kenapa nggak main ke rumahku? Ada banyak hal seru di sana," tawarnya dengan cara menggoda.

Gadis-gadis itu menoleh, sedikit bingung namun tertarik dengan tawaran tersebut. "Hah? Rumahmu?" salah satu dari mereka bertanya.

"Iya, ayo! Aku jamin kalian bakal suka," jawab Surya, memikat mereka dengan senyum yang semakin lebar.

Dengan tubuh barunya, Surya dapat dengan mudah menghasut mereka Bedua tanpa susah payah. Setibanya di rumah, Surya mengajak kedua gadis itu masuk ke kamarnya. Begitu mereka berada di dalam, suasana yang sebelumnya ceria berubah. Surya dengan cepat menggunakan kekuatan hipnotisnya, memaksa kedua gadis kembar itu untuk duduk di ruang tamu. "Kalian mau dengar sebuah cerita? Cerita yang benar-benar menarik, tapi hanya untuk kalian berdua," katanya, suaranya kini bergetar penuh kuasa.

Kedua gadis itu menatapnya kosong, terhipnotis. Surya mulai memberikan sugesti kepada mereka untuk mengikuti segala perintahnya. Dalam keadaan seperti itu, keduanya tanpa perlawanan tunduk pada kehendaknya.

Om Ku seorang PedofilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang