Bab 7. Siapa Identitas Alya?

293 9 0
                                    

Lokasi: Kamar Sari, sore hari.

Surya, yang kini sepenuhnya menguasai tubuh Sari, duduk di kursi kayu di tengah kamarnya dengan kedua gadis kembar itu di hadapannya. Keduanya masih dalam keadaan terhipnotis, tatapan mereka kosong, seolah tak lagi memiliki keinginan sendiri. Surya menatap mereka dengan senyum licik, hatinya bergetar penuh hasrat.

"Hei, cantik-cantik," katanya sambil menyeringai. "Aku punya banyak permainan seru untuk kita mainkan."

Kedua gadis itu, Lina dan Nia, hanya menatap tanpa ekspresi, seolah terjebak dalam dunia mereka sendiri.

"Siapa yang mau mulai dulu?" tanya Surya, suara penuh godaan. "Ayo, kita main petak umpet. Tapi ingat, kalian harus mengikuti semua perintahku."

Lina dan Nia mengangguk pelan, seolah setuju tanpa ragu. Surya merasa lebih berkuasa, lebih hidup. la berdiri dan menggerakkan tangan, memberi isyarat kepada mereka untuk mengikuti. "Baiklah, kalian berdua, tetap dekat denganku. Jangan pernah jauh, mengerti?"

"Ngerti," jawab keduanya serempak, tanpa ada perlawanan.

Surya tersenyum puas. "Bagus. Sekarang, kalian berdua duduk di sini dan ceritakan padaku tentang hal-hal menyenangkan yang kalian suka."

hobi dan kesenangan mereka, sementara Surya mendengarkan dengan seksama. Dia menikmati kekuatan yang dimilikinya, membiarkan jiwa jahatnya menyatu dengan tubuh muda ini, merasakan kedamaian saat mengontrol pikiran mereka.

Selang beberapa waktu, suasana di dalam kamar menjadi lebih gelap.

"Sudah cukup, sekarang waktunya kita bersenang-senang," kata Surya, menatap kedua gadis itu dengan tatapan licik. "Aku akan menunjukkan sesuatu yang sangat spesial."

la mulai melepas pakaiannya satu persatu, hingga mereka semua tidak mengenakan apa-apa. Ekspresi mesum pada wajah Sari mulai tampak kontras dengan penampilan imutnya.

Sari mulai menjamah dan memainkan permainan jarinya dengan lihai, mulai menyentuh area sensitif yang lebih intim, membuat Kedua gadis kembar itu mengeluarkan desahan halus, hingga mereka berkeringat.

Lalu giliran mereka yang diarahkan untuk membuat sari Agar menikmati rasanya menjadi remaja wanita, mereka disuruh menjilati area sensitif kewanitaan sari
"Lebih cepat! Ayo, tunjukkan pada saya bagaimana kalian bisa bersenang-senang!" teriak Surya dengan semangat. hingga klimaksnya

Lina dan Nia, masih terhipnotis, bergerak lebih cepat. Surya merasa terpuaskan. "Kau tahu, ada sesuatu yang sangat istimewa tentang kalian berdua," ujarnya, mendekatkan wajahnya. "Kalian sangat mudah dipengaruhi. Apa kalian tahu betapa menyenangkannya bisa mengendalikan pikiran orang lain?"

Keduanya terdiam, hanya mengangguk. Surya mulai menggoda mereka lebih jauh, memanfaatkan kelebihan yang dimilikinya.

Setelah puas, ia menggerakkan tangannya lagi dan menghapus ingatan mereka tentang kejadian di kamar ini. "Sekarang, kalian tidak akan ingat apa-apa. Hanya kembali ke taman dan bermain seperti biasa.

"Sementara itu, di luar, suasana di taman terasa cerah meski mendung menggantung.

Setelah menghapus ingatan kedua gadis itu, Surya mengantar mereka kembali ke taman. la merasa puas, hatinya meluap dengan kekuasaan yang baru saja dirasakannya.

"Selamat tinggal, sayang-sayang," ucapnya sambil melambai. Lina dan Nia hanya tersenyum, kembali ke permainan mereka tanpa menyadari apa yang baru saja terjadi.

Ditempat lain
Lokasi: Lobi sebuah hotel, sore hari.

Terlihat seorang wanita berjalan yang ternyata Alya memasuki hotel dengan wajah masam, langkahnya cepat dan tegas. la merasa sangat kesal karena gagal bertemu dengan ibunya Sari, yang menyulitkan.

Di lobi, seorang pria dengan senyum lebar menunggunya. Pria itu bernama Arya, yang bersandar di dinding dengan tangan menyentuh dada.

"Eh, Alya! Gimana? Muka kamu kayak baru kena setrika, kenapa?" Arya menyapa sambil tertawa kecil, berusaha menghibur.

Alya menatapnya tajam, "Nggak lucu, Arya. Gue gagal ketemu sepupu Alya. Dia gak ada di rumah dan malah bikin Gue capek dikerjain anaknya," ucapnya ketus, wajahnya masam.

Arya menyengir, tampak tak terpengaruh dengan suasana hati Alya. "Ya ampun, jangan sedih gitu dong! Mungkin ada alasan dia nggak ada dirumah. Lagian, emang kamu pengen ketemu dia buat apa sih?"

Alya melipat tangan di depan dada. "Pengen tanya banyak hal, termasuk soal seluk beluk Identitas Alya, tubuh yang Gue tempati sekarang! Paham nggak Lo, Gua nggak suka kalau ada hal yang nggak jelas."

Arya mendekat, suaranya berbisik. "Eh, jangan-jangan itu wanita yang bakal jadi tubuh barumu nanti?"

Alya menatap Arya dengan sinis. "Jangan sok tahu, Lo. Gue cuma pengen semua ini selesai dan cepat-cepat tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Arya mengangkat bahu, berusaha santai. "Ya sudah, yang penting kita harus tetap waspada. Apa pun yang terjadi, kita harus siap."

Arya mengangkat bahu, berusaha santai. "Ya sudah, yang penting kita harus tetap waspada. Apa pun yang terjadi, kita harus siap."

Mereka berdua melangkah ke dalam hotel.

Sementara itu, di taman, Sari-yang kini dikuasai oleh Om Surya-menatap kedua gadis kembar itu yang tampak ceria. Dalam hati, ia merasa telah berhasil meraih kekuasaan yang diinginkannya. Sari-atau lebih tepatnya Om Surya-tersenyum puas, merasa tidak ada yang dapat menghentikannya sekarang.

Om Ku seorang PedofilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang