Bab 23. Rencana Pembalasan

107 8 0
                                    


Pagi itu, cahaya matahari yang lembut menyusup masuk melalui jendela kamar tamu rumah Tante Vira. Sari terbangun dengan pelan, mencoba mengenali ruangan yang sudah tidak asing baginya. Aroma susu hangat menyambutnya sebelum ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Pintu kamar terbuka, menampakkan sosok Tante Vira yang masuk sambil membawa segelas susu.

"Sudah bangun?" tanyanya dengan senyum hangat, menyerahkan susu itu. "Ini, minum dulu. Sebaiknya kamu sarapan."

Di dalam tubuh Sari, Anton terkesiap. Dia mencoba menata ekspresi wajah agar tidak menimbulkan kecurigaan. "Tante... Tante yang membawaku kemari semalam?" tanyanya, menatap Vira dengan sorot penuh selidik.

Tante Vira mengangguk pelan, lalu duduk di tepi ranjang, tatapannya berubah menjadi muram sejenak sebelum memulai cerita. "Semalam, aku... tersadar di tempat yang gelap dan asing. Awalnya bingung, tapi perlahan-lahan, ingatanku kembali."

Anton yang mendengar ini berpura-pura tertarik. Namun, dalam hati, ia merasa tegang. Ia penasaran seberapa jauh Tante Vira mengetahui tentang semua hal yang terjadi.

"Aku... ingat pernah didatangi sosok bernama Aceng. Awalnya, aku mengira dia roh jahat yang hendak menguasai tubuhku. Tapi ternyata, dia menjaga dan menghormati tubuh ini." Tante Vira berbicara dengan nada sendu, mengingat saat-saat ia tidak memiliki kendali atas dirinya sendiri.

Anton mendengarkan, mencoba menyelami emosi Vira yang tercermin dalam kata-katanya. Dengan kesadaran yang perlahan pulih, Vira mulai mengungkapkan semua kejadian yang dialaminya. "Aceng ada bersamaku ketika aku bertemu dengan Surya. Awalnya, aku merasa Surya membawa kebahagiaan, tapi akhirnya aku mengerti... dia menyimpan sisi gelap yang tak pernah kusangka."

Vira menghela napas, suaranya mulai bergetar. "Selama bertahun-tahun, aku bersama Surya tanpa ikatan yang sebenarnya. Dia tak pernah menyentuhku sebagai seorang suami karena... dia terobsesi pada gadis-gadis muda. Karena itulah kami tidak pernah memiliki anak."

Anton dalam tubuh Sari berusaha menyembunyikan keterkejutan. Ia mulai memahami bahwa Vira tidak sepenuhnya menyadari penyatuan jiwanya dengan Aceng, Surya, dan dirinya.

"Sejak Alya datang, banyak hal aneh mulai terjadi," lanjut Tante Vira, menatap Sari. "Tapi, satu hal yang masih sulit kupahami... siapa sebenarnya kamu, dan apa hubunganmu dengan mereka?" Vira menyipitkan mata, seolah mencoba membaca isi pikiran Sari.

Anton yang kini dalam tubuh Sari hanya tersenyum tipis, memberikan tanggapan ringan, "Aku tidak begitu paham, Tante. Tapi mungkin suatu hari, semuanya akan menjadi lebih jelas." Dia tahu, akan lebih baik tidak terlalu banyak berbicara.

Setelah percakapan itu berakhir, Anton mengucapkan terima kasih pada Vira dan Vira meninggalkannya di ruang kamar dengan senyum.

Malam Hari

Di malam yang sunyi, Sari yang masih terbangun tiba-tiba merasakan hasrat dan gairah yang menggebu-gebu dari dalam tubuhnya, perasaan tak asing ini membuatnya bangkit dari ranjangnya dan bergegas menuju lemari pakaian terdekat, Anton yang sudah tak tahan lagi langsung melampiaskannya dengan mengeksplorasi tubuh Sari yang bisa dikatakan masih dalam masa pertumbuhan. Tubuhnya yang masih ranum entah kenapa terlihat sangat menggoda di mata Anton yang sekarang.

Ia mulai melepas pakaiannya satu persatu, hingga hanya tersisa tanktop tipis dan celana dalam berpita khas anak remaja. Seringai mesum terlihat di wajah gadis berusia 12 tahun itu, " huf... brengsek kau Surya, sifat pedofil mu sepertinya juga menyatu bersamaku." Dengan kasar Sari merobek tanktop tipis dan Celana dalam yang ia kenakan, hingga akhirnya terlihat tubuh mulus Sari dipantulan cermin tanpa busana sehelai pun. Sampai sini Anton sudah sangat berpengalaman menelusuri tiap lekuk tubuh Sari dengan jari jemari nya. Erangan halus mulai keluar dari mulut Sari, hingga desahan keras sudah tak bisa ia bendung lagi. Tak terasa 1 jam berlalu saat sari mencapai klimaks yang ke 3 kalinya.

Om Ku seorang PedofilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang