Bab 14. Transisi liar dan permainan pikiran

215 11 2
                                    

Lokasi: Sebuah apartemen kumuh di pinggiran kota, di mana langit malam tertutup awan kelabu yang menggantung berat, menandakan hujan akan segera turun. Di luar, suasana sunyi hanya sesekali dipecah oleh deru kendaraan yang melintas di jalanan basah, mencerminkan cahaya lampu jalan yang suram. Di dalam apartemen yang berantakan, suara bising dari kota terasa jauh, seolah menegaskan isolasi tempat itu dari hiruk-pikuk dunia luar.

Anton, yang kini sepenuhnya mengendalikan tubuh Bu Rina, tampak berdiri di depan cermin besar yang tergantung di dinding kamar. Cahaya lampu neon yang redup dari langit-langit apartemen menyinari tubuhnya yang sedang bertransisi secara drastis. Proses perubahan ini tidak terjadi dalam satu malam, melainkan melalui serangkaian tindakan yang penuh perhitungan.

Beberapa minggu sebelumnya, Bu Rina-atau lebih tepatnya Anton dalam tubuhnya-memulai rencana transformasinya. Awalnya, Bu Rina adalah sosok yang sederhana, selalu mengenakan daster atau pakaian sehari-hari khas ibu rumah tangga yang bersahaja. Rambut hitamnya panjang dan selalu disanggul rapi, memberikan kesan wibawa dan kelembutan.

Namun, setelah Anton mengambil alih, segalanya mulai berubah. Langkah pertama adalah rambut. Anton membawa tubuh Bu Rina ke salon kumuh di ujung kota, di mana suasana salon terasa panas dan sumpek dengan aroma bahan kimia pewarna yang memenuhi udara. Para pekerja salon yang tidak curiga hanya mengikuti instruksi Anton tanpa banyak bertanya.

"Potong rambut ini pendek. Gue mau warna pirang terang," perintah Anton dengan suara tegas, yang keluar dari bibir Bu Rina yang biasanya lembut.

Tanpa banyak bicara, penata rambut mulai bekerja. Rambut panjang Bu Rina yang dulu hitam legam, mulai dipangkas. Satu persatu helaian rambut jatuh ke lantai, meninggalkan potongan pendek yang liar dan acak-acakan. Anton menatap cermin dengan tatapan dingin, melihat bagaimana sisa-sisa identitas Bu Rina memudar bersama rambutnya. Setelah itu, proses pewarnaan dimulai. Warna pirang terang menyelimuti rambutnya, membuatnya tampak kontras dengan kulitnya yang sudah mulai keriput karena usia.

Penampilan Bu Rina yang dulu lembut, berubah dalam sekejap menjadi sosok yang lebih liar dan berani. Tidak berhenti di situ, Anton melanjutkan dengan perubahan gaya berpakaian. Ia membuang jauh-jauh daster dan baju rumah tangga Bu Rina yang lama, menggantinya dengan pakaian yang lebih provokatif dan mencolok.

Pada suatu malam, Anton memutuskan untuk mengenakan tank top mini yang terbuat dari bahan tipis, warnanya mencolok, hampir transparan, memperlihatkan lekuk tubuh Bu Rina yang sudah mulai kehilangan kekencangannya. Bawahannya adalah legging ketat berwarna hitam, yang menonjolkan pinggulnya yang melebar karena usia, namun Anton tampak tidak peduli. Baginya, yang penting adalah pesan dominasi yang ia tunjukkan.

Perubahan tak hanya pada rambut dan pakaian. Anton ingin memastikan bahwa setiap orang yang melihatnya merasakan intimidasi. Maka, proses penambahan tindikan dan tato dimulai. Ia pergi ke sebuah studio kecil yang berada di dalam gang sempit kota, di mana bau logam dan tinta memenuhi ruangan. Di sana, Anton menambah tindikan di hidung, bibir, dan telinga Bu Rina, memberikan kesan yang lebih liar dan kasar.

"Tato?" tanya sang seniman tato dengan nada sedikit ragu saat melihat tubuh Bu Rina yang sudah tidak muda lagi.

Anton mengangguk tanpa ragu. "Lengan, punggung, dan paha. Gue mau desain yang mencolok," ucapnya dingin.

Proses pengerjaan tato dimulai dengan cepat. Jarum mesin tato menusuk kulit Bu Rina yang keriput, meninggalkan jejak tinta yang membentuk berbagai pola. Lengan Bu Rina kini dipenuhi tato tribal berwarna hitam yang menyelimuti sebagian besar kulitnya. Di punggungnya, terpampang tato besar bergambar tengkorak dengan bunga mawar, simbol kematian dan kekuasaan. Di pahanya, tato ular besar melingkar, tampak menakutkan dan agresif.

Om Ku seorang PedofilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang