Cahaya pagi merayap masuk melalui jendela, menembus tirai yang tersingkap sebagian di kamar apartemen mereka. Sinar itu menyentuh wajah Vira atau lebih tepatnya, Anton yang kini menghuni tubuh Vira. Perlahan, Vira bangun dari tidurnya dengan seringai licik yang tak lazim untuk sosoknya. Kenangan dari masa lalu terus berputar dalam benaknya. Semua ingatan dari dua jiwa yang kini menyatu di tubuh Vira telah terbuka, membanjiri pikirannya.
Anton memutar lehernya, meregangkan tubuh, merasa begitu kuat dan penuh energi baru. Sosoknya sekarang terasa lebih solid, lebih berkuasa. Kegelapan dan manipulasi yang sebelumnya ada dalam ingatan Aceng kini turut memperkaya pengalaman Anton, menjadikannya lebih berbahaya dan terampil dalam mengendalikan orang di sekitarnya.
Dia mengingat semuanya dengan jelas kisah hidup Aceng, pria malang yang berpenampilan lusuh, mengemis di pinggir jalan di tengah hiruk-pikuk kota. Aceng, yang dulunya hanyalah sosok pengemis, tidak pernah menyangka akan terjebak dalam permainan takdir yang menyeretnya ke dunia kelam penuh tipu daya dan keserakahan.
---
Flashback - 10 tahun lalu, Kota di Tengah Kesibukan
Di sebuah sudut jalan yang ramai, Aceng duduk sambil menggigil kedinginan. Sudah berjam-jam dia berada di sana, meminta belas kasihan dari para pejalan kaki. Tapi pagi itu, tidak banyak orang yang peduli, bahkan untuk sekadar melemparkan uang receh ke dalam kaleng kosong di depannya.
Perut Aceng keroncongan, tapi tidak ada pilihan lain. Dengan uang receh yang terkumpul, dia melangkah pelan menuju warung pinggir jalan yang menjual gorengan. Suasana warung itu bising, penuh dengan suara penggorengan dan obrolan para pelanggan.
"Bu, minta dua gorengan aja," ucapnya sambil menyerahkan uang recehnya.
Aceng melahap makanannya dengan lahap, tak menyadari bahwa bahaya sedang mengintai. Tak lama setelah dia duduk, datanglah razia satpol PP yang menertibkan para gelandangan dan pedagang liar. Suara teriakan dan langkah kaki terdengar mendekat. Aceng langsung tersentak, panik, dan segera melarikan diri.
"Woy, jangan kabur lo!" teriak seorang petugas, mengejar Aceng yang berlari tak tentu arah.
Aceng berlari sekuat tenaga, melewati gang-gang sempit, hingga akhirnya tiba di pinggir sungai. Namun, dalam keadaan terburu-buru, kakinya terpeleset di tepi sungai yang licin. Ia jatuh dan terseret arus sungai yang deras. Kesadarannya perlahan memudar, air sungai mengalir deras membawanya ke dalam kegelapan.
Saat membuka mata, Aceng menemukan dirinya di tempat asing. Gelap, dingin, dan mencekam. Suara berbisik mengelilinginya, seperti berasal dari segala arah. Suara itu mengisyaratkan sesuatu yang mengerikan. Dengan suaranya yang menggelegar, suara itu berbicara kepadanya.
"Kau sudah mati, Aceng. Tapi... aku bisa memberikanmu kesempatan kedua. Kesempatan untuk hidup kembali... dengan syarat."
Aceng hanya bisa terdiam, menelan ludah dengan berat.
"Jika kau menerima tawaranku, aku akan memberimu kesempatan untuk hidup kembali. Tapi kau harus memenuhi keinginanku-menyesatkan jiwa-jiwa yang lemah di dunia ini. Buat mereka terjerumus, dan setiap dosa mereka akan menguatkanku."
Seketika, keserakahan dan keinginan untuk hidup membuat Aceng tak ragu-ragu menerima tawaran itu. Suara itu memberinya kebebasan untuk memilih tubuh siapa saja yang ingin dia tempati. Tanpa pikir panjang, Aceng mengingat wajah seorang wanita yang pernah dilihatnya saat masih hidup-Vira, seorang wanita muda yang terlihat anggun dan penuh pesona.
Dengan cepat, Aceng memilih tubuh Vira sebagai tempat barunya. Sosoknya melayang, mendekati tubuh Vira yang sedang berjalan di tengah keramaian kota. Tanpa perlawanan, Aceng berhasil merasuki tubuh Vira, mengendalikan semua aspek dalam kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ku seorang Pedofil
Ficção AdolescenteSari, gadis 12 tahun, dititipkan pada Tante Vira dan Om Surya saat orangtuanya pergi ke luar kota. Awalnya, semuanya tampak normal, hingga suatu malam Sari memergoki Om Surya menggendong seorang gadis kecil tak sadarkan diri. Saat Sari hendak bertan...