Malam telah larut ketika Pak Bima akhirnya tiba di rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.15 dini hari, dan udara malam yang semula hangat mulai berubah dingin. Langit di luar gelap tanpa bintang, hanya diterangi oleh rembulan pucat yang sesekali diselimuti awan tipis. Suasana di dalam rumah tampak sunyi, hanya terdengar suara langkah Pak Bima yang bergema pelan di lantai kayu ruang tamu.
Begitu memasuki rumah, Pak Bima dikejutkan oleh pemandangan tak biasa-istrinya, Bu Rina, dan putri mereka, Sari, masih terjaga. Biasanya, pada jam seperti ini, mereka sudah terlelap. Sari duduk di sofa ruang tamu dengan ekspresi datar, sementara Bu Rina berdiri di dekat jendela, tatapannya kosong mengarah ke luar. Lampu di ruang tamu menyinari wajah mereka dengan cahaya kekuningan yang lembut, namun suasana ruangan terasa dingin dan tegang.
"Kalian belum tidur?" tanya Pak Bima, nada suaranya terdengar bingung. Ia menggantungkan jas kerjanya di kursi dan menatap kedua wanita di depannya.
Bu Rina, yang sebenarnya dikuasai oleh sosok Anton, segera menoleh dengan senyum kecil yang terlihat dipaksakan. "Aku menunggumu, Mas. Tadi sudah lama menunggu, jadi aku pikir akan lebih baik jika tetap terjaga sampai kamu pulang," jawabnya lembut namun ada nada dingin dalam suaranya. "Sari kebetulan terbangun, dia bilang ingin ke toilet, jadi kami sekalian menunggu."
Sari, yang sebenarnya telah dirasuki oleh jiwa Surya, hanya mengangguk singkat tanpa menatap langsung ayahnya. "Iya, Ayah. Aku terbangun, jadi sekalian menunggu Ibu."
Pak Bima, meski merasa ada sesuatu yang ganjil, terlalu lelah untuk mempermasalahkannya lebih jauh. Rasa penat setelah seharian bekerja mulai menguasai tubuhnya. "Baiklah, kalau begitu. Aku akan langsung istirahat," ucapnya sambil berjalan ke kamar tidur di lantai atas. Langkahnya terdengar pelan namun teratur, sementara Bu Rina dan Sari tetap diam di tempat mereka.
Setelah Pak Bima menghilang di balik pintu kamar, Bu Rina menoleh ke arah Sari. "Ayo, kita ke kamar. Ada banyak hal yang harus kita bicarakan," ucap Bu Rina dengan nada tegas yang jauh dari sifat keibuannya.
Sari mengangguk pelan, lalu keduanya berjalan menuju kamar Sari yang terletak di lantai dua. Malam semakin dalam, dan angin di luar mulai bertiup lebih kencang, membuat dedaunan di taman depan rumah berdesir lembut. Cahaya bulan yang tersisa menembus tirai tipis jendela kamar Sari, menambah suasana misterius di dalam ruangan.
Kamar Sari yang biasanya rapi kini tampak sedikit berantakan, dengan buku pelajaran yang berserakan di atas meja dan pakaian yang tergantung sembarangan di kursi. Bau parfum remaja yang lembut menyelimuti ruangan, tapi ada sesuatu yang tak biasa. Udara di dalam kamar terasa lebih berat dan tegang.
Setelah memastikan pintu kamar tertutup rapat, Anton yang berada dalam tubuh Bu Rina mulai berbicara. "Surya, sekarang kita bisa bicara dengan tenang. Kita berdua tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar terjadi di sini."
Surya dalam tubuh Sari menatap Anton dengan tatapan penuh tanda tanya, namun segera menyadari bahwa Anton, sama seperti dirinya, tidak lagi menjadi diri yang sebenarnya. "Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Surya sambil duduk di tepi ranjang.
Anton menarik napas dalam-dalam, berjalan pelan ke arah jendela, dan menatap ke luar, di mana lampu jalanan redup terlihat dari kejauhan. "Dulu, Gue ketua geng mafia yang cukup disegani. Hidup Gue ngga kekurangan wanita, uang, dan kekuasaan. Namun, semua itu berubah ketika Gue ngejar wanita cantik di sebuah taman. Malam itu, Gue terlalu bernafsu ngejar dia. Hingga Tanpa disadari Gue mengalami kecelakaan fatal dan tewas di tempat," ucapnya dengan nada datar, seolah kematiannya adalah bagian dari rutinitas.
Suara Anton terhenti sejenak, lalu ia melanjutkan dengan nada yang lebih rendah. "Tapi, bukannya menuju alam baka, Arwah Gue terjebak di suatu tempat gelap. Di sana, Gue dikasih kesempatan buat merasuki tubuh wanita-wanita cantik dan ngancurin hidup mereka. Gue pikir, ini adalah cara untuk bangkit kembali. Gue harus ngerusak kehidupan mereka satu per satu buat ngembali,in kejayaan Gue dulu."
Surya mendengarkan dengan seksama, wajahnya mulai menunjukkan ketertarikan. "Aku juga mengalami sesuatu yang mirip," kata Surya dengan nada lebih serius. "Malam itu, aku tertidur setelah menonton film JAV, tiba-tiba aku berada di kegelapan tanpa ujung. Ada suara menyeramkan yang berkata bahwa aku bisa mewujudkan hobi kotorku di dunia nyata, tapi dengan syarat aku harus mengorbankan banyak jiwa. Mereka bilang aku bisa menghipnotis orang dan mengendalikan mereka. Itu sebabnya aku sekarang ada di dalam tubuh keponakanku sendiri."
Anton menoleh ke arah Surya, matanya berkilat dalam cahaya samar. "Kita berdua di sini bukan kebetulan. Ada entitas yang lebih besar yang mengatur semuanya. Entitas itu membutuhkan kita untuk mengumpulkan energi gelap dari orang-orang yang kita rusak. Semakin banyak orang yang jatuh ke dalam kehancuran, semakin kuat entitas itu."
Surya mengangguk perlahan, menyadari kesamaan antara mereka. "Jadi, kita harus bekerja sama," ucap Surya dengan nada tegas.
"Benar," sahut Anton sambil menyeringai. "Tugas kita cuma merusak masa depan orang-orang di sekitar kita ke dalam kehancuran. Membuat mereka kehilangan harapan dan hidup dalam keputusasaan. Dengan begitu, entitas itu akan mendapatkan kekuatannya kembali, dan kita akan menjadi penguasa di sini."
Waktu terus berjalan. Nggak terasa Waktu sudah menunjukkan pukul 04:37, menandakan pagi hampir tiba. Pembicaraan mereka berdua telah berlangsung selama berjam-jam, membicarakan strategi dan rencana yang akan mereka jalankan.
"Baiklah," kata Anton akhirnya. "Sekarang saatnya kita istirahat. Besok, kita akan mulai langkah pertama untuk jalankan rencana nya."
Surya hanya mengangguk, lalu mereka berdua berbaring di atas ranjang yang sama. Malam itu, kamar Sari yang semula hanya dihuni oleh satu jiwa, kini menjadi saksi bisu dari persekongkolan dua sosok gelap yang merencanakan sesuatu yang jauh lebih besar. Angin malam yang sejuk kini berubah menjadi angin dingin yang menusuk, seolah alam pun merespon apa yang akan terjadi selanjutnya.
---
Keesokan harinya, fajar baru saja menyingsing. Awan kelabu mulai menyelimuti langit, membawa pertanda hujan yang segera akan turun. Hari baru telah tiba, namun di balik ketenangan pagi, ada rencana jahat yang siap dijalankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ku seorang Pedofil
Roman pour AdolescentsSari, gadis 12 tahun, dititipkan pada Tante Vira dan Om Surya saat orangtuanya pergi ke luar kota. Awalnya, semuanya tampak normal, hingga suatu malam Sari memergoki Om Surya menggendong seorang gadis kecil tak sadarkan diri. Saat Sari hendak bertan...