Bab 8 || Waktu yang Berlalu

1 1 0
                                    

‘Ketua, gue bakal pulang besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

‘Ketua, gue bakal pulang besok.’ Aiden mengamati pesan yang ia kirim beberapa jam yang lalu. Belum ada balasan. Tubuhnya tergeletak di atas sofa, menunggu Mashino datang. Hidungnya mencium bau masa lalu. Ruangan yang membuat dirinya sungguh membenci Adelweys.

Aiden melihat jam tangannya. Pukul 11 malam. Melelahkan sekali. Seharian berdebat dengan sang ayah. Begitu pula Langit dan Shine. Dua manusia itu tiada henti mengusiknya. Jujur. Pekerjaannya hari ini terasa berat. Manusia-manusia licik benar-benar ingin memusnahkan gerhana dengan cara yang salah.

Tenaga Aiden terkuras saat menangani orang-orang itu. Belum ada petunjuk untuk mencari dimana kristal itu berada. Mereka tidak membicarakan projek milik Aileen. Mereka melepasnya begitu saja. Hilang.

  “Selamat datang ya, Pecundang.” Dari ambang pintu, suara itu masuk ke dalam gendang telinganya. Baru saja ia menenangkan kepalanya, makhluk tak diundang itu datang dengan arogannya.

  “Atas dasar apa lo balik ke sini setelah terang-terangan nolak bokap waktu itu? Lo nggak tahu malu.” Langit berjalan menghampiri Aiden, kemudian duduk di tangan sofa. Wajah menyebalkannya hampir membuat emosi Aiden meledak.

  “Mana babu lo itu?” tanya Aiden, bangun dari baringnya. Menatap Langit penuh dendam. Ia masih terima perihal kejadian kemarin malam.

  “Kevin?” sahut Langit sambil tertawa, “urusan lo bukan sama dia lagi sekarang. Mangsa lo yang asli ada di depan lo. Ya kan?”

Kemudian suasana terasa senyap. Aiden masih memandang wajah licik Langit. Berusaha menahan amarahnya sebisa mungkin. Kedua pasang mata saling bertatap, saling melontarkan emosi yang ada pada diri mereka.

  “Sebagai gantinya, mau gue patahin balik tangan lo?” begitulah ujar Aiden usai saling berseteru melalui tatapan. Badannya terangkat, berdiri membelakangi Langit. Lehernya sedikit menoleh, melirik ke belakang.

  “Siapapun yang berani sentuh Ketua FiMor, bakal tahu akibatnya,” lanjutnya. Aiden mengalihkan pandangannya. Hatinya teramat kesal, namun ia belum bisa mengeluarkannya. Perasaannya campur aduk sekarang.

Langit tersenyum tipis ketika mendengarnya. Ia pun bangkit, melangkah mendekati Aiden. Tangan kirinya menepuk pundak manusia itu. Menurutnya, pernyataan itu konyol. Ia memang selalu meremehkan kakak tirinya.

  “Hubungan lo sama Aileen terlalu jauh ya gue rasa? Lo balas budi sama dia? Atau lo suka sama ketua lo itu?” pertanyaan yang tak seharusnya muncul akhirnya keluar dari mulut Langit dengan penuh rasa cemburu.

Bruk!

Tiba-tiba Aiden bergerak secepat kilat membalikkan badan dan kepalan tangan ia layangkan ke arah kepala Langit. Insan itu terjatuh, badannya membentur sofa. Tak menyangka si pemilik kekuatan cahaya akan melakukan itu padanya. Padahal beberapa pertanyaan itu belum ada apa-apanya.

  “Gara-gara ulah lo, dia kehilangan semuanya.” Aiden berjalan mendekat. Badan Langit terangkat oleh kekuatan tangan Aiden. Ia menarik tangan Langit dan membiarkan wajah mereka berdekatan.

Gerhana dan KristalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang