Sret!Di halaman gedung MEMOR, tepatnya di bawah balkon utama. Seorang lelaki menarik tangan Kathrine yang hendak masuk ke dalam gedung. Gadis itu dibuat terkejut dan kesal. Saat tahu siapa yang sedang menggenggam tangannya, ia segera melepasnya.
“Apa lagi, Kevin? Apa yang kamu mau dari aku?” tanya Kathrine.
“Maksud lo ngajak putus apa? Nggak inget apa yang gue lakuin buat lo selama bertahun-tahun? Selama ini lo takut dan nggak sayang lagi sama gue, Kathrine?” Beberapa deret pertanyaan keluar dari mulut lelaki itu.
“Karena kamu mau sesuatu dari aku. Kamu manfaatin aku… Ya kan?” Kathrine kali ini terlihat lebih berani setelah kejadian malam itu.
“Jadi lo selama ini nganggep gue apa? Cuma malam itu gue keterlaluan. Sebelumnya gue nggak pernah kayak gitu, Kathrine. Maafin gue ya? Gue nggak bermaksud ngancem lo malem itu, apalagi berurusan sama Aileen…” Kevin mengemis penerimaan maafnya pada Kathrine. Hal ini tidak biasa ia lakukan.
“Aku bakal percaya gitu? Walau hanya satu kali ini kamu punya kesalahan fatal, tapi aku nggak akan percaya lagi. Kamu berbahaya, Kevin. Nggak cuma buat aku, tapi buat MEMOR juga. Mainmu kotor,” ujar Kathrine bercampur dengan kekesalan.
“Lo beneran nggak sayang gue selama ini? Kenapa selama ini lo nggak tulus cinta gue? Apa karena gue dari Adelweys? Iya? Jadi, hubungan kita dibatasi organisasi musuh? Begitu, Kathrine?” Kevin mengacak-acak rambutnya frustrasi. Kesabarannya benar-benar diuji oleh gadis di hadapannya ini.
“Kesalahan besar kamu memang hanya satu. Tapi, coba aku balik pertanyaannya. Selama ini, kamu sayang aku karena tulus atau tuntutan pekerjaan? Atau kamu juga diancam kalau nggak mau jadi mata-mata di MEMOR, kamu bakal nggak punya pekerjaan lagi kan? Aku udah tahu semuanya, Kevin…”
Terdiam. Kevin merasa apa yang Kathrine katakan benar adanya. Namun dia tidak terima dengan perlakuannya setelah kejadian malam itu. Kevin tidak menyesal. Kesalahan itu bukan sepenuhnya karenanya. Justru pekerjaan di Adelweys membuatnya mengorbankan apapun demi nama baik organisasi.
“Terus, sekarang kamu mau apa?” Kathrine kembali bicara. Perasaan jengkelnya menggebu-gebu. Akhirnya ia tahu kebusukan Adelweys dan Kevin selama ini. Dia tidak akan percaya lagi dengan orang-orang sepertinya.
“Oke. Kalau itu mau lo. Kalau lo mau hubungan kita usai, terserah.” Kevin tampak lelah dengan sikap mantan pacarnya itu, “tapi gue mau tahu tentang Aiden yang tiba-tiba gabung Adelweys lagi. Pasti ada sesuatu kan? Apa rencana Aileen masukin Aiden ke Adelweys lagi?”
Prang!
Terdengar suara pecahan vas bunga dari balkon atas. Kevin dan Kathrine menengok ke atas. Merasa percakapan mereka didengar oleh seseorang. Tapi tidak ada siapapun di sana. Mereka berdua sama sekali tidak terlalu peduli, lantas kembali masuk dalam percakapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana dan Kristal
FantasyBerpuluh-puluh tahun hidup dalam kegelapan. Entah kapan ini akan berakhir. Seluruh manusia mempertanyakan kemana cahaya pergi. Ini tentang ketidakpastian. Persetan. Manusia berharap lebih. Tidak ada yang bisa diharapkan. Belum tentu takdir akan diub...