Bab ke 17 ~

20 4 2
                                    

Di istana, saat ini Naura telah datang dengan penyamarannya yang masih belum di ubah sama sekali. Dengan penampilanya layaknya seorang pria dewasa yang memiliki brewok di bagian dagu, dan menggunakan pakaian lusuh dan kumuh, membuat siapa saja akan jijik berdekatan denganya.

"Siapa dia?" Tanya pria parubaya yang menjabat sebagai penasihat kePresidenan yang bernama Samsul Aidin. Beliau adalah penasihat yang di percayai seorang nomor satu di negara Indonesia.

"Dia---

"Permisi pak, saya kelaparan ingin meminta makanan! Dan bapak tentara ini mengajak saya masuk ke sini untuk memberikan makanan untuk saya dan keluarga saya." Bohong Daren.

"Ya sudah, kamu beri dia makan yang banyak! Tetapi jangan sampai dia melakukan hal yang tidak baik di istana ini!" Ancam pak Samsul.

"Baik pak." Ucap prajurit TNI yang berpamgkat sebagai Kopral Rehan.

Setelah pria parubaya itu pergi meninggalkan kawasan istana, dan akan pergi entah kemana. Membuat Naura bebas dengan penyamarannya itu.

"Mengapa Mayor tidak jujur saja?" Tanya heran Rehan.

"Kamu tidak mengerti tujuan dan misiku Kopral! Sebaiknya, kamu awasi kediaman pak Wijaya. Aku akan menemui beliau dari belakang istanah." Ucap Daren dengan bersuara layaknya seorang pria.

"Baik Mayor! Berhati-hatilah." Ucap Rehan.

Kopral yang bernama Rehan, sudah kembali menjaga kawasan kediaman sang pemimpin. Dengan memperketat penjagaan di saat Naura masih ada di dalam istanah kePresidenan.

"Anda siapa? Kenapa anda ada di dapur istana?" Tanya heran koki istana saat melihat Daren berjalan mengendap-endap layaknya seorang yang mencurigakan.

"Saya ing----

"Pergilah! Dia tamuku." Ucap pak Wijaya yang kebetulan melewati dapur istana.

Sebelumnya pak Wijaya sudah mengetahui penampilan baru dari seorang Mayor Naura Silla. Karena Naura telah mengirim sebuah email yang memperlihatkan sebuah foto penyamaranya sebagai seorang pria lusuh dan kumuh.

"Mari!" Ajak pak Wijaya. Pak Wijaya pun langsung mengajak Daren masuk ke dalam ruangan pribadinya, di mana sang istri sudah ada di dalam ruangan itu.

"Maafkan saya sebelumnya, Pak? Karena saya belum bisa menangkap dalang di balik penyelundupan barang ilegal dan penghianat di negara kita ini?" Jelas Daren.

"Tidak apa nak! Kamu sudah berusaha sebaik mungkin." Ucap pak Wijaya.

"Benar, kamu sudah banyak berkorban untuk menolong dan menjaga suami saya, Nak." Ucap ibu Susi Kusuma.

Ting.

Sebuah notice pesan dari seseorang masuk ke dalam ponsel milik Naura.

"Sebentar saya lihat pesan dulu pak, Bu." Dengan membuka ponselnya Naura melihat sebuah foto yang di kirim oleh Julian rekannya.

"Apa bapa dan ibu mengenali gadis yang ada di dalam foto ini?" Tanya Naura. Sembari memperlihatkan sebuah foto, di mana seorang gadis yang saat ini sedang di sekap dengan mulut yang di sumpel kain, dan tubuh di tali di sebuah kursi kayu.

"Ini Putri, Pak." Ucap ibu Susi. Tak terasa bulir-bulir bening dari pelupuk matanya sudah membasahi pipi mulusnya. Di saat melihat seorang anak yang di sayanginya terlibat dalam penculikan yang di lakukan oleh musuh sang suami.

"Ibu yang sabar! Tenang dulu bu. "Saya berjanji akan mengembalikan putri anda dengan keadaan selamat." Ucap yakin Naura.

"Tapi putri saya pasti tersiksa di sana, Nak?" Tangisannya pun tak dapat di bendung lagi.

KOWAD CANTIK AJUDAN PRESIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang