Hari ini adalah hari di mana pak Wijaya akan melangsungkan kunjungan ke kota Papua. Untuk melihat secara langsung pekerjaan para pejabat pemerintah, di mana kunjungan kali ini adalah berkunjung ke setiap puskesmas, klinik, atau bagian kesehatan lainya. Dan juga pak Wijaya akan melakukan pengecekan bagian lapangan, seperti akses jalan dari desa terpencil menuju sebuah kota besar yang ada di Papua.
Beberapa ajudan yang mengawal pak Wijaya sudah menyiapkan beberapa dus obat-obatan bagi para warga yang tidak mampu, dan beberapa ratus box bahan sembako perlengkapan untuk di bagikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Akses jalan yang di buat oleh beliau ini termasuk sebuah jembatan layang yang cukup besar dan memakan dana puluhan milyar, yang mengakses dari kota A ke kota B yang di mana lautan yang menjadi penghalang akses mereka menuju kota lainya.Banyak dari warga Papua yang mengantri dan menyambut hangat kedatangan seorang nomor satu di negara Indonesia itu. Pak Wijaya di kenal dengan keramah tamahanya, kebijaksanaanya, dan memengang tanggung jawab penuh yang di berikan masyarakatnya kepada beliau. Meski begitu, beliau ini selalu saja menjadi incaran empuk oleh pembenci, karena beliau ini cukup di sayangi masyarakat dari berbagai penjuru termasuk papua sendiri.
"Pak Presiden! Terima kasih atas kunjungan anda ke desa kami." Ucap salah seorang ibu yang anaknya tengah mengalami sakit demam berdarah. Yang di mana obat-obatan khusus untuk penyakit itu sangat langkah, dan sudah habis oleh pasien lainya.
"Sama-sama bu! Ini anak ibu sakit apa? Tanya pak Wijaya. Pada seorang anak kecil laki-laki yang sesang mengalami meriang yang cukup hebat menyerang tubuhnya.
"Anak saya sakit demam berdarah pak!" Ucap lirih seorang ibu.
"Suster, tolong periksa dan obati anak ini! Pinta pak Wijaya pada seorang gadis yang berpropesi sebagai tenaga kesehatan.
"Siap, Pak!" Ucapnya. Dan langsung membawa masuk anak laki-laki itu, untuk memberi pertolongan cepat, karena obat yang di butuhkan sudah di beri para ajudan suruhan pak Wijaya.
"Buat kalian para ajudan lainya, lakukan Fogging khusus di wilayah ini, dan terutama setiap rumah, perkarangan, dan seluruh tempat berair yang terdapat telur nyamuk. Di mana setelah Fogging di lakukan, untuk para tenaga kesehatan berikan vitamin dan beberapa obat-obatan yang di butuhkan warga desa. Apa kalian paham?" Tanya pak Wijaya.
"Paham, Pak!" Ucap serentak para tenaga kesehatan.
Fogging atau yang di sebut sebagai pengasapan untuk menuntaskan telur atau berbagai macam nyamuk yang menempati kediaman, saluran air, dan perkarangan rumah lainya. Asap yang di semprotkan sudah menganduk insektisida yang dapat mengusir atau membunuh nyamuk yang menempati kawasan rumah.
Hari sudah mulai sore, di mana pak Wijaya masih berada di kota Papua untuk menyelesaikan kunjunganya. Beliau berencana untuk menginap di sebuah penginapan yang ada di sana, dengan para ajudanya. Ada beberapa warga yang menyuruh beliau untuk beristirahat atau menginap di kediaman mereka, namun karena banyaknya ajudan yang menjaga beliau ini pak Wijaya lebih memilih untuk beristirahat di sebuah penginapan di mana ajudanya dapat beristirahat dengan tenang di sana. Alasan beliau menolak tawaran warga, karena beliau tidak ingin membuat warga lainya yang menyuruhnya untuk menginap kecewa atas pilihanya pada salah seorang warga.
Tring...., tring....
Sebuah nada dering panggilan masuk ke dalam ponsel milik pak Wijaya. Tepat pada pukul 20:00 malam hari. Dengan cepat pak Wijaya langsung mengangkat panggilan itu.
"Tidak ada namanya?" Heran pak Wijaya. Dan langsung meraih ponsel miliknya untuk melihat siapa yang meneleponya melalui video call pada malam hari begini.
Sebuah panggilan video call, di mana seorang gadis cantik yang tengah di ikat dan menangis sejadi-jadinya tengah di siksa oleh seorang algojo pria bertubuh kekar milik Mr Jek.
Isi dari sebuah panggilan video call yang masuk ke dalam ponsel pak Wijaya.
Hiks..., hiks..., "Ku mohon lepaskan aku?" Mohonya dengan nada suara memohon.
"Apa kau melihat putri kesayanganmu ini, Wijaya?" Tanya pria itu. Sembari tertawa puas dengan aksi yang di lakukanya itu.
"Apa mau kalian?" Tanya pak Wijaya dengan nada amarahnya setelah melihat putrinya sedang di siksa oleh orang yang tidak di kenalnya sama sekali.
"Tuan kami menginginkan anda untuk turun dari jabatan anda. Dan menggantikan posisimu untuk ketua partai politik C yang bernama Jerry." Ancam pria itu.
"Apa maksud anda? Apa hubunganya dengan penculikan putri saya?" Tanya pak Wijaya dengan tatapan tajamnya.
"Wijaya, wijaya! Apa kau sudah cukup berani menatapku dengan tatapan tajammu itu? Hahahahah. "Ku akui, kau cukup berani dalam hal apapun itu. Tetapi apa kau sanggup melihat putrimu ini tersiksa karena keserakahanmu itu?" Ancam pria itu lagi.
"Ayah, jangan dengarkan pria brengsek itu." Akh..., sakit. Lepaskan aku.... teriak Putri saat rambutnya di jambak paksa oleh pria itu sampai kepalanya mendongak ke atas.
"Lepaskan putriku! Aku akan mengundurkan diri dari jabatanku." Ucap pak Wijaya setelah tidak tega melihat putrinya di siksa seperti seorang tawanan saja.
"Apa kau tidak berbohong, Wijaya?" Tanyanya lagi, untuk memastikan apakah jawaban Wijaya itu dapat di percaya.
"Saya akan mengumumkan pengunduran diri saya pada tanggal 22 Agustus ini jelasnya. Lagi.
"Dua minggu lagi, baguslah! Setelah dua minggu ini kau harus pergi meninggalkan kota kalimantan ini." Ancamnya lagi.
"Baiklah!" Ucap pak Wijaya.
Setelah itu panggilanpun langsung terputus oleh sepihak.
"Halo, halo. Kesal pak Wijaya.
"Maafkan ayah nak? gara-gara ayah kamu harus menderita." Ucap lirih pak Wijaya.
"Sebaiknya aku menghubungi Mayor Naura saja." Dengan cepat pak Wijaya mencari nomor ajudan pribadinya itu, dan langsung menghubunginya untuk memberitahukan semua yang di ucapkan algojo itu pada dirinya.
Tring...., tring...
"Selamat malam, Pak!" Jawab Naura saat mengangkat panggilan dari presiden Indonesia itu.
"Nak, kamu lagi di mana?" Tanya pak Wijaya.
"Naura lagi di kesatuan markas Kopassus, pak. Emangnya ada apa ya pak?" Tanya Naura saat mendengar nada suara panik pak Wijaya.
"Tadi salah seorang algojo Mr Jek menghubungi saya, mereka mengatakan saya harus turun jabatan secepatnya untuk menyelamatkan putri saya. Dan memberikan jabatan saya kepada pak Jerry, ketua partai politik C." Jelas pak Wijaya.
"Bapak tenanglah! Saya akan mencoba mencari cara untuk menyelamatkan putri anda, sementara anda tetap bertahan pada sandiwara yang kita atur sebelumnya. Bapak tidak boleh mengundurkan diri, ataupun menyerah pada musuh. Kami berjanji akan menuntaskan ini secepatnya, dan saya sebagai ajudan pribadi bapak berjanji akan membawa putri anda kembali dengan selamat kepada anda. Dan untuk Mr Jek, saya akan menangkapnya dengan tenaga dan kekuatan yang di berikan Tuhan pada saya." Jelas Naura.
"Apa kamu yakin nak?" Tanya pak Wijaya, yang merasa cemas pada ajudanya itu.
"Saya yakin seratus persen, Pak! Dan bapak beristirahatlah, saya akan kembali mengatur misi di kesatuan kami." Ucap Naura lagi.
"Baiklah nak kalau begitu, terima kasih. Ucap pak Wijaya dan langsung mengakhiri panggilan sepihak.
Panggilan sudah berakhir secara sepihak, Naura pun langsung menyibukkan dirinya di depan layar laptopnya. Untuk melanjutkan pekerjaanya kembali, dengan di temani segelas bandrek untuk menghangatkan kembali tubuhnya dan terhindar dari serangan penyakit.
Vote.
Komen.
Follow akun Author ya gais. Terima kasih.Penulis: Yuni Ashara Silalahi tubuni Br Manalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOWAD CANTIK AJUDAN PRESIDEN
ActionIngat, ini hanyalah karangan Author saja ya. cerita ini tidak nyata, dan hanya ada di imajinasi author saja. jangan salah untuk menyikapinya ya. Siapa tau bisa di jadikan film layar lebarkan, hehehehe. Menghalu dulu gais. Takdir hanya Tuhan yang tau...