Saat ini Kapten Yuda dan rekan prajuritnya sudah sampai di sebuah bangunan kecil, yang di sewanya untuk menjadi tempat berlindung sementara waktu dari ancaman king mafia itu.
"Kapten, sepertinya Mayor mengalami luka berat di bagian bahunya?" Jelas seorang prajurit yang berpangkat sebagai Serda.
"Kau benar! Sebaiknya kalian keluarlah, aku akan mengobati lukanya." Pinta Yuda pada rekan prajuritnya.
"Siap, kapten!" Ucap serentak mereka, dan segera keluar dari dalam ruangan itu untuk membiarkan Yuda mengobati sahabat sekaligus atasanya di petinggi jabatan TNI.
Setelah para prajurit meninggalkan ruangan itu, Yuda langsung membuka kemeja yang di kenakan Naura, dan melihat ada sebuah luka lebam di bagian punggung dekat dengan leher, hal itu yang membuat Naura pingsan dengan cepat akibat hantaman yang cukup kuat.
"Maaf. Aku bukan bermaksud melecehkan atau menodaimu, Mayor! Tapi aku ingin mengobati luka mu ini." Ucap Yuda sembari melepaskan seluruh kemeja yang di kenakan Naura.
Deg..
Jantungnya kini seakan Ingin berhenti berdetak secara tiba-tiba akibat pemandangan yang dapat membuat jiwa seorang pria bergejolak. Dimana Yuda tengah memberi salep pada bagian luka lebam yang ada di pundak Naura, hal yang membuat Yuda gelisah dan deg-degan karena melihat pundak Naura yang putih mulus secara langsung. Selama ini, Naura tidak pernah membuka kemeja atau kaos TNI nya di depan laki-laki. Naura selalu saja berpakaian tertutup, dan tidak terlalu menyukai pakaian wanita, seperti gaun ataupun pakaian terbuka lainya.
Tenang Yud. Jangan biarkan fikiran kotor merasukimu! Ingat dia sahabatmu, meski kamu menyukainya." Batin Yuda.
"Sepertinya lukanya cukup serius? Tapi syukurlah tidak mengenai tulang punggungnya. Jadi dalam waktu dekat ini lukamu akan sembuh." Setelah mengobati luka Naura, Yuda langsung memasang kembali kemeja milik Naura dan memberikan selimut agar tubuh gadis itu tidak kedinginan.
"Bagaimana dengan keadaan Mayor, Kapten?" Tanya prajurit saat melihat Yudah telah keluar dari ruangan.
"Keadaanya saat ini sedang tidak sadar. Mungkin beberapa menit lagi Mayor akan pulih dari pingsanya!" Jelas Yuda.
"Syukurlah!" Ucap serentak rekan TNI Yuda.
"Dimana Serda Julian dan Putri pak Presiden?" Saat Yudan melihat seluruh ruangan, atensinya tidak melihat kedua orang yang di tolongnya berada di sana.
"Mereka ada di ruangan sebelah, Kapten. Jawab salah seorang Serda.
"Obati mereka! Dan setelah itu, antar putri presiden ke kediamanya untuk menjaga keselamatan gadis itu." Ujar Yuda.
"Siap, Kapten."
Di ruangan pribadi pak Wijaya, saat ini sedang ada dua orang pria parubaya yang tengah bersitegang dengan beliau.
"Saya tidak menyangka, jika pak Jerry mampu memanipulasi kasus ini dengan mudahnya." Ucap wakil presiden yang bernama Bambang Sudiotomo.
"Apa bapa akan melakukan apa yang di perintahkan Mr Jek kepada anda?" Tanya pak Samsul Aidin.
"Saya tidak akan melakukan apapun itu. karena saya percaya dengan adanya dukungan dari pihak saya, saya percaya mereka akan dapat dengan mudah menuntaskan kasus ini dan menutup kasus ilegal senjata api yang di kelola oleh Mr Jek." Jelas pak Wijaya.
"Sebaiknya, bapa menyerahkan kasus ini ke pihak yang berwajib! Agar pihak yang berwajib langsung turuntangan dan menuntaskan kasus ini. Tetapi menurut saya, sebaiknya bapak tidak perlu mengurusi urusan mafia kejam itu. Karena kekuasaanya ada di mana-mana. Dan demi kebaikan keluarga dan anda juga, saya harap bapak dapat berfikir dengan jernih, jangan hanya karena ingin menghancurkan mafia itu, anda menghilangkan beberapa nyawa prajurit negara ini." Dengan mencoba menjelaskan secara perlahan-lahan, Samsul menatap lekat manik mata seoramg pak Wijaya.
"Saya tidak setuju dengan jawaban anda, pak Samsul! Karena, menurut saya ini sudah tugas kita untuk memberantas mafia-mafia dan para koruptor yang melakukan kecurangan dalam pekerjaan ataupun usaha yang mereka lakukan. Apa anda tidak mengerti, dengan permasalahan segala perlengkapan senjata kita berkurang, dan harus mencari dan membeli bahan rakitanya dari orang yang berbuat curang. Saya tidak setuju dengan jawaban anda ini.
"Kita sama saja membiarkan negara kita di tipu, dan di bodohi oleh mafia penguasa penyelundupan barang ilegal. Dan beliau ini saya dengar-dengar juga menjalankan beberapa barang terlarang lainya seperti, Narkoba, Narkotika dan beberapa minuman keras lainya. Apa itu bisa kita diamkan? Sementara anakmuda bangsa kita akan hancur karena ulah seseorang seperti Jek itu." Lanjut pak Bambang lagi.
"Yang di katakan pak Bambang itu benar, pak Samsul! Jika kita membiarkan mafia itu merajalela maka anakmuda dan negara kita akan hancur dengan sekejap mata. Maka dari itu, saya akan menindak lanjuti kasus ini sampai ke akar-akarnya, apa anda paham pak Samsul?" Tanya pak Wijaya.
"Menurut saya, apa yang ada dipikiran anda itu sangat berbeda dengan pemikiran kami! Karena sangat terlihat jelas, jika pak Samsul ini tengah menutupi sesuatu yang melibatkan Mr Jek, apa itu benar pak Samsul?" Tanya pak Bambang.
"Apa maksud anda mengatakan seperti itu? Apa anda menuduh saya bekerjasama dengan mafia itu?" Sela Samsul dengan nada emosi dan sedikit menggebrak meja kerja ruangan pak Wijaya.
"Sabar pak, Samsul! Jangan terbawa emosi. Kalau anda tidak merasa bekerjasama dengan mafia yah sudah, anda jangan terbawa emosi?" Balas pak Bambang lagi.
"Maaf, maafkan saya pak Wijaya?" Ucap Samsul, saat menyadari tindakanya yang tidak baik di hadapan seorang Presiden.
Saya tau benar anda dalang di balik ini semua? Tetapi belum saatnya Naura membongkar kasus ini di depan umum." Batin pak Bambang.
"Jadi keputusan saya saat ini sudah tekad untuk memberantas mafia penyelundupan senjata api di negara kita ini! Setelah kasus ini selesai, saya akan memberantas kasus kurupsi, dan kasu lainya bersama pak Bambang dan pasukan khusus yang saya percayai." Ucap pak Wijaya dengan nada tegasnya.
"Diskusi ini saya anggap selesai! Saya berharap kepada pak Samsul, agar lebih bijak dalam menjalankan tugas sebagai seorang penasihat kePresidenan." Balas pak Wijaya lagi.
Setelah diskusi usai, pak Wijaya dan pak Bambang berbincang-bincang hangat di sebuah ruang tamu yang ada di istana kePresidenan dengan di temani segelas minuman hangat dan beberapa camilan.
"Bagaimana dengan keadaan putri anda Pak?" Tanya pak Bambang, sembari menyeruput segelas teh hangat buatan ibu Susi Kusuma.
"Sekarang putri saya sudah selamat dari sekapan Mr Jek, Pak! Dan sekarang dia sedang bersama pasukan yang di pimpin Kapten Yuda Pratama.
"Yuda Pratama?" Tanya heran pak Bambang.
"Bukannya Yuda Pratama itu anak dari seorang milyarder yang ada di negara kita ini ya pak? Namun, orang tuanya sangat jarang terekpos oleh awak media, karena sibuk dengan segala usahanya." Ujar pak Bambang lagi.
"Benar pak! Naura dan Yuda ini di pimpin dari kesatuanya Angkatan Darat Baret Merah yang di pimpin oleh Jenderal Rudi M Silalahi." Jelas pak Wijaya.
Vote.
Komen.
Follow akun Author ya gais. Terima kasih banyak, yang sudah singgah ke karya Author ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOWAD CANTIK AJUDAN PRESIDEN
ActionIngat, ini hanyalah karangan Author saja ya. cerita ini tidak nyata, dan hanya ada di imajinasi author saja. jangan salah untuk menyikapinya ya. Siapa tau bisa di jadikan film layar lebarkan, hehehehe. Menghalu dulu gais. Takdir hanya Tuhan yang tau...