Bab ke 18 ~Awak media.

13 6 1
                                    

Kabar tentang kehilangan seorang putri tunggal presiden kini sudah tersebar ke seluruh penjuru negara Indonesia. Di mana para awak media dan beberapa ratus reporter dan wartawan sudah memenuhi kawasan gerbang istana kePresidenan. Untuk menanyakan kelajutan tentang putri sang penguasa di indonesia itu.

 Untuk menanyakan kelajutan tentang putri sang penguasa di indonesia itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pak Wijaya tolonglah keluar sebentar. Kami ingin menanyakan kabar tentang putri anda yang hilang." Ucap salah seorang wartawan TV yang sudah menunggu kehadiran sang presiden untuk memberikan sebuah informasi mengenai putri tunggalnya itu.

"Tolong diamlah! Pak Wijaya sedang sibuk saat ini." Ucap salah seorang ajudan yang bernama Rehan.

"Bagaimana kami bisa diam, Pak! Kalau beliau saja tidak bisa memberi informasi kepada awak media dan seluruh warganya mengenai kehilangan sang putri. Sementara kami berharap penuh beliau menyampaikan sepatah kata untuk kami liput dan sebar ke seluruh penjuru, agar warga tidak cemas dengan berita ini." Ujar salah seorang wartawan wanita.

"Saya mohon tenanglah terlebih dahulu! Saya mohon untuk para wartawan dan awak media lainya tolong berhenti untuk meliput berita palsu ini. Karena ini semua tidak benar adanya." Jelas Rehan.

"Bagaimana kami bisa percayah jika berita ini palsu, Pak?" Sementara pak Wijaya sendiri tidak menentang berita yang telah tersiar ini, jika memang benar berita ini palsu, kami ingin pak Wijaya sendiri yang memberitahunya kepada semua awak media dan wartawan lainya jika putrinya tidak di culik oleh seseorang musuh dari pak Wijaya sendiri." Timpalnya lagi.

"Kopral! Sebaiknya mendiamkan mereka saja. Karena jawaban dan pertanyaan dari mereka itu tidak akan habis sampai mereka melihat secara nyata. Jadi Kopral tidak perlu untuk menjelaskan persolan ini, semuanya akan sia-sia saja. Karena mereka hanya ingin sebuah bukti, bukan ucapan yang tidak membuat mereka percayah." Jelas Serda lainya yang bertugas di kawasan gerbang.

"Kau benar! Untuk apa aku capek-capek menjelaskan, toh mereka tidak akan percayah jugakan." Timpal Rehan lagi.

"Kuharap, Mayor Naura dapat menyelesaikan semua permasalahan ini." Ucap Rehan secara berbisik di telinga rekan TNI yang berpangkat sebagai Serda.

"Bagaimana Kopral! Apa kami bisa bertemu dengan pak Presiden?" Tanya wartawan lainya.

"Maaf, pak presiden sedang sibuk! Sebaiknya kalian kembali lain kali saja." Ujar Rehan. Dan langsung menutup gerbang agar wartawan tidak bisa menerobos masuk ke dalam istanah.

"Ada apa ribut-ribut di luar sana?" Tanya seorang pria parubayah.

"Di luar banyak awak media pak! Untuk meliput berita tentang hilangnya putri pak Wijaya. Saya tidak tau dari mana mereka tau jika putri presiden sedang di culik." Ucap Rehan.

"Oh!" Apa kamu sudah mengusir mereka? Tanyanya lagi.

"Sudah pak! Tetapi mereka tidak mau mendengarkan saya."

"Hm!" Pergilah." Pinta pria parubaya itu sembari memberikan tatapan datarnya.

"Kalau begitu saya mohon izin pak?" Langkah seorang Kopral Rehan kini sudah membawanya memasuki kediaman pak Wijaya, yang di mana beliau ini sedang sibuk dengan beberapa pekerjaannya.

KOWAD CANTIK AJUDAN PRESIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang