Beberapa uang di serahkan kepada Lana, Regie membayar hutangnya kepada Lana senilai 5 juta setelah menang Gaple malam tadi.
"Ketutup!" Ucap Regie.
"Iya, mau minjam lagi?" Tawar Lana.
"Nggak, udah ga mau minjem aku!" Terang Regie.
"Oh iya Kak, jasa sewa debt colector mana ya?" Tanya Lana.
"Bajirut... Kamu lama-lama jadi rentenir!" Umpat Regie.
"Ih... Habisnya banyak yang nunggak, ini si Rudi ngutang 1 juta, udah nunggak 1 bulan, Yohan ngutang 500 ribu nunggak juga, si Via ngutang 2 juta buat beli hp iP kw nunggak juga." Jelas Lana.
"Asu... Kamu ini apa-apa bisa dijadiin duit." Umpat Regie.
"Lana, jadikan pulang sekolah nanti?" Tanya Elin.
"Eh... Elin, jadi dong. Aku udah ga sabar buat latihan." Terang Lana.
"Bibi, bisa bantu kan? Aku udah izin sama Ayah. Katanya boleh." Jelas Elin.
"Dengan senang hati." Ucap Regie.
Sementara itu di kafe para legenda tengah berdiskusi tentang balapan yang akan dijalani Lana nanti malam. Deo, Cynthia, Greesel benar-benar tak mengerti apa yang dibicarakan orang tua mereka, terlebih lagi saat membahas kendaraan Elin selanjutnya.
"Apa? Kamu bilang belum waktunya? Ayolah... Elin udah 16 tahun, Alya juga udah 17 tahun dan kamu bilang belum waktunya??" Ucap Fauzi heran.
"Bukan masalah apa, tapi mobil itu masih terlalu awal buat mereka, entah aku yang ragu atau memang mereka yang belum siap. Intinya masih belum." Jelas Tito.
"Mobil itu memang bekas WRC, tapi bukannya kontrolnya juga sama dengan Evo 3 mu?" Tanya Shani.
"Bisa dikatakan mirip, tapi mobil itu masih terlalu agresif. Tenaga diatas 300 daya kuda, mungkin sangat kecil bagiku, tapi mobilku dirancang berbeda dari milik Tommi Makinen, waktu itu regulasi grup A masih belum menyentuh ranah WRC, jadinya aku mentuning ulang mobil itu sampai menembus angka 500 daya kuda." Jelas Tito.
"Bukannya itu melebihi regulasi ya?" Tanya Fauzi.
"Bisa dibilang ya, tapi inspeksi waktu itu tak seketat sekarang. Asal aku bisa memberikan tontonan yang menarik untuk orang-orang aku bisa. Dulu kejuaraan hanya seperti hiburan untuk orang-orang, bukan sebuah hal kompetitif seperti jaman sekarang." Jelas Tito.
"Jadi, seagresif itukah?" Tanya Gracia.
"Ya, terlalu agresif. Mungkin Evo 3 ku memiliki tenaga diangka 600 daya kuda, tapi aku sedikit memberatkan mobilnya agak rasio daya dan beratnya bisa sedikit imbang." Jelas Tito.
Mendengar ucapan Tito semuanya pun mengangguk paham, namun mereka tahu betul Evo 3 yang dipakai Elin bukanlah sembarangan Evo. Evo yang pernah menjadi pertanda buruk bagi Tim lawan apabila Tito bertandang ke lintasan pegunungan.
"Sampai kapan kau membuat Elin mengendarai mobil pencabut nyawa itu?" Tanya Shani.
"Entahlah, ada sesuatu yang mengganjal pikiran ku." Terang Tito.
"Aku sarankan sebaiknya kau cepat-cepat memberikan Elin mobil itu!" Ujar Fauzi.
Tito pun menghembuskan nafasnya, merasa bingung dengan tekanan teman-temannya yang tampak khawatir akan Elin.
"Bapak, apa ada yang salah?" Batin Tito.
Elin, Lana dan Regie sudah ada di Puncak. Mereka melakukan sedikit introspeksi terhadap kemampuan Lana dalam balapan.
"Lana aku mau jujur, gaya balapan kamu masih kacau!" Jelas Elin.
"Hah? Tapi aku menang!" Sahut Lana.
"Aku tau, tapi balapan bukanlah soal menang atau kalah. Tapi juga tentang skill, aku ga memungkiri kalo skill kamu hebat. Tapi... Aku juga ga mau berbohong kalo kamu masih sangat kacau." Jelas Elin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Generation Racer (Nachfolger)
FanfictionPerjalanan DRT 20 tahun lalu menjadi legenda jalanan tak terlupakan, kemenangan setalah menghadapi KMS membuat DRT menjadi Tim paling sukses di Indonesia. Rata-rata semua anggotanya menduduki peringkat teratas dalam sebuah kategori balapan. Berimbas...