32.Dendam

273 32 7
                                    

"Flora?" Ucap Gita.

Flora pun mendekati mereka, dengan raut wajah yang penuh emosi. Dendam lama yang ia simpan mulai berapi kembali, meronta-ronta untuk segera melakukan pembalasan kepada Kakak yang tak pernah mengakui Flora sebagai adik.

"Mana dia, akan ku pastikan dia mati malam ini!" Tegas Flora.

"Kamu tahukan emosi ga akan membantu kamu?" Tanya Gita.

"Ini urusanku ya Kak, Kakak jangan ikut campur!" Bentak Flora.

"Kamu jangan macam-macam ya? Kamu kira kami ga kesel?? Kamu kira dengan seenaknya kamu bisa membalaskan dendam kamu??" Kesal Gita.

Flora pun tak berkutik, emosi terlalu menguasainya membuat nalar dan logikanya mati.

"Maaf... Tapi itu emang urusanku!" Ucap Flora.

"Aku tau, tapi semuanya juga dipikir!" Tegur Gita keras.

Flora pun mengangguk, Chika segera mengambilkan kursi untuk Flora. Dengan wajah lesu ia pun duduk, sedikit menyesali perbuatannya membentak orang yang sudah merawatnya semenjak kabur dari rumahnya.

"Maaf Kak Gita." Ucap Flora.

"Aku tau, ada masanya pembalasan, tapi juga tak harus sampai memakai emosi." Jelas Gita.

"Adik Kak Ara ya? Emosinya meledak-ledak kayak kakaknya!" Ucap Lyn.

"Jaga mulut Lo ya!" Kesal Flora.

"Lyn cukup, nanti malam kita kumpul aja. Kita diskusikan semua ini, mau dipikirkan sampai jadi, kalo nggak ada persetujuan dari yang lain. Ini ga akan berhasil!" Jelas Chika.

Elin dan Nayla baru saja selesai mengganti kampas kopling pada mobil Escudo, gearbox pun sudah naik. Nafas mereka tersengal-sengal dengan keringat yang sudah membanjiri wajah mereka.

"Nay, pasang ass couple ya, ntar aku traktir minum deh!" Ucap Elin.

"Beneran? Siap!" Nayla pun segera kembali memasuki kolong mobil.

"Elin, kesini!" Perintah Tito.

Elin pun menghembuskan nafasnya, melepaskan penat sembari berjalan kearah Ayahnya yang tengah minum es teh.

"Kenapa Yah?" Tanya Elin.

"Duduk!" Elin pun segera duduk di sebuah bangku kecil yang lebih rendah daripada kursi ayahnya.

"Ayah, ada apa?" Tanya Elin.

"Ayah ada tugas, kamu, Alya sama Chakra pergi ke Puncak malam ini!" Perintah Tito.

"Ngapain Yah? Aku mau nyelesain project ku!" Ucap Elin.

"Udah pergi aja, lagian ini penting!" Jelas Tito.

Elin pun memiringkan kepalanya bingung.

Seusai makan malam, hanya ada Tito dan Gita di rumah, asap rokok mengepul di meja makan setelah kepergian anak-anak mereka dalam menyanggupi perintah Ayahnya.

"Anak-anak udah pergi?" Tanya Gita.

"Udah, mereka ku suruh ke Puncak." Jelas Tito.

"Oh... Mas, ayo Mas jalan-jalan!" Ajak Gita.

"Jalan-jalan ya? Nggak, capek!" Jawab Tito.

"Ih... Ayo, mumpung anak-anak ga ada." Rengek Gita.

"Haha... Iya-iya, kata Fauzi dia mau ke Ancol buat peresmian restoran baru." Jelas Tito.

"Yes, aku ganti pakaian dulu!" Ucap Gita.

Chakra, Deo, Cynthia, Greesel dan Lulu berada di Puncak, sambil membawa anak-anak yang tak lain adalah Elin dan Alya.

Generation Racer (Nachfolger)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang