Bab 13

1 0 0
                                    

'Brakh!'
Sheina memasuki rumah dengan langkah gontai, rambutnya acak-acakan dan sebagian pakaiannya robek. Matanya menyala penuh amarah dan kelelahan, namun di balik itu ada luka yang lebih dalam — penghinaan yang dia rasakan masih terasa membakar dadanya.

Liam, yang sedang duduk di ruang tamu sambil memeriksa catatan untuk ekspedisi paranormal, segera menoleh begitu mendengar pintu dibanting keras. Ketika melihat kondisi Sheina, ekspresinya langsung berubah serius. Dia berdiri dengan cepat dan menghampirinya.

Tanpa berkata apa-apa, Liam mengulurkan tangan dan menatap Sheina dengan penuh kekhawatiran. Tatapannya bertanya, “Apa yang terjadi?”

Sheina menggeleng, menggigit bibir bawahnya, dan berusaha menahan air mata yang menggenang di matanya. Dia tidak suka terlihat lemah, apalagi di depan Liam. Tapi kali ini, pertahanannya hancur. “Mereka... brengsek itu ngeremehin aku, Om...” suaranya bergetar, penuh kemarahan dan sakit hati. “Dia... dia cium aku. Ngeremasin aku kayak aku ini barang.”

Tanpa menunggu lebih lama, air mata akhirnya tumpah. Dia membuang tasnya ke lantai dan jatuh terduduk di sofa, menggigil marah dan frustasi. Liam berlutut di depannya, matanya tajam dan rahangnya mengeras, seolah menahan badai amarah yang mengguncang dadanya.

Dia menggenggam tangan Sheina dengan erat, telapak tangannya hangat dan kokoh. Tanpa kata-kata, dia menyampaikan rasa aman dan perlindungan. Kau aman di sini. Aku ada di sini.

Sheina menunduk, air matanya jatuh ke punggung tangan Liam. “Aku nggak bisa biarin mereka begitu aja, Om...” bisiknya di antara isak tangis. “Aku hajar mereka, tapi... tapi rasanya masih kotor.”

Liam mengusap kepala Sheina dengan lembut, jemarinya menyisir rambutnya yang kusut. Tak ada kata yang bisa menghapus kejadian itu, tetapi pelukan dan kehadiran Liam seolah menyampaikan bahwa dia tidak sendiri. Bahwa dia akan selalu memiliki tempat berlindung di sisinya.

Setelah beberapa saat, Liam berdiri dan menghilang ke dapur. Tak lama kemudian, dia kembali membawa handuk basah dan pakaian ganti untuk Sheina. Dia menuliskan pesan singkat di notes ponselnya dan menunjukkannya pada Sheina:
"Mandi dulu. Aku akan di sini, tunggu kamu."

Sheina mengangguk pelan, merasakan sedikit kelegaan karena Liam tidak menuntut penjelasan lebih lanjut. Hanya kehadirannya saja sudah cukup untuk membuatnya merasa lebih tenang.
Saat Sheina menuju kamar mandi, Liam duduk kembali di sofa, matanya menatap lurus ke depan. Wajahnya tetap tenang, tetapi di dalam dirinya, amarah bergejolak. Hatinya sudah memutuskan — orang yang berani menyakiti Sheina tidak akan dibiarkan begitu saja.
Setelah beberapa waktu, Sheina keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan pakaian bersih yang diberikan Liam. Wajahnya masih tampak lelah, tapi emosinya mulai mereda sedikit. Ia melihat Liam duduk di sofa dengan postur tenang seperti biasanya, namun ada sesuatu yang berbeda di matanya — sebuah ketenangan yang berbahaya, seperti badai yang tertahan.

Sheina duduk di samping Liam, tanpa bicara, dan menyandarkan kepalanya di bahunya. Seketika, kehangatan dan rasa aman itu kembali hadir. Liam tidak bergerak, tapi ia membiarkan Sheina beristirahat di sana. Dalam diam, keduanya menikmati kebersamaan yang sunyi namun penuh arti.

Beberapa menit berlalu sebelum Liam mengangkat ponselnya dan mengetik sesuatu. Dia menyodorkannya pada Sheina.
"Kamu nggak sendirian. Aku akan selalu ada buat kamu."

Sheina membaca pesan itu dan menggigit bibirnya, menahan emosi yang kembali datang. Tanpa sadar, tangannya meremas lengan Liam. “Om... Aku takut... tapi aku juga marah.”

Liam menatapnya dengan lembut, lalu mengetik pesan lagi:
"Kita hadapi ini. Tapi kamu nggak boleh biarkan mereka menang. Kamu lebih kuat dari itu."

Sheina terdiam, memproses kata-kata Liam. Di balik segala kelelahan dan rasa marahnya, dia tahu Liam benar. Dia tidak boleh tenggelam dalam rasa takut atau dendam. Ia harus tetap berdiri tegak, karena Liam percaya padanya — dan itu cukup untuk membuatnya merasa lebih kuat.

 I Find My Home [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang