Bab 21

5 0 0
                                    

Sheina pulang sebelum sore dan mendapati rumah dalam keadaan kosong. Mungkin Liam sedang pergi bekerja atau entah kemana, membuat seringai licik terbit di wajah gadis itu.
"Dia nggak di rumah, ya?" Pikir Sheina dan segera menyelinap ke halaman belakang rumah. Gadis itu memutuskan mengambil peralatan berkebun dan mulai membersihkan halaman belakang rumah Liam.
Dia juga membersihkan halaman depan rumah Liam yang dipenuhi dengan beberapa tumbuhan liar yang tak terawat. Gadis itu tersenyum puas saat melihat hasil karyanya.
"Akhirnya, halaman rumah ini terlihat hidup."
Sheina segera membersihkan diri. Beberapa saat kemudian, gadis itu keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang jauh lebih segar dan mendapati Liam duduk manis di ruang tamu. Terlihat raut bahagia di wajah pria bisu itu.
"Om Liam habis dari mana?" Tanya Sheina menghampiri Liam. Dia melompat kecil di sebelah pria itu da  menatapnya penasaran, "Hari ini Om terlihat bahagia banget. Ada apa, sih? Pasti dapat kejutan, ya? Atau jangan-jangan aku dapat hadiah, kan?"
Liam tersenyum tipis dan mengacak rambut Sheina seolah mengatakan terimakasih sekaligus rasa sayang yang dalam.
Namun Sheina mencium aroma lezat yang segera membuat perutnya keroncongan. Dia mendapati Liam memegang sebuah paperbag yang cukup besar. Mata pria itu bersinar saat melihat Sheina yang terdiam menatapnya dengan penuh harap.
Liam mengangkat paperbag itu dengan sedikit gaya, menunjukkan isinya pada Sheina. Di dalamnya ada makanan favorit mereka berdua: steak ikan salmon untuk Sheina dan seporsi besar salad dengan tambahan daging untuk Liam.
"Wah, Om Liam! Ini semua buat kita?!" seru Sheina sambil melompat kecil dengan penuh semangat.
Liam hanya tersenyum dan mengangguk sambil mengangkat dua jari, seolah berkata, "Sudah disiapkan dengan spesial untuk kita berdua."
Sheina segera mengambil piring dan mereka duduk di ruang makan, menikmati makanan mereka sambil sesekali tertawa—Sheina bercerita tentang hari-harinya mencari beberapa bibit bunga, sementara Liam mendengarkan dengan sabar. Meski Liam hanya bisa menanggapi dengan anggukan dan senyum, bagi Sheina, itu sudah lebih dari cukup. Malam itu suasana rumah terasa hangat, penuh kebahagiaan dan rasa syukur atas ikatan keluarga yang tulus di antara mereka.
🐾
"Gabut oh menggabut~"
Liam yang sedang duduk di ruang tamu dengan tenang langsung mengangkat wajah saat mendengar nyanyian malas Sheina yang menyeruak dari arah pintu. Ia melihat gadis itu berjalan keluar rumah sambil membawa tiga kaleng cat besar dengan semangat yang terkesan malas-malasan namun penuh rencana.
Dengan sedikit mengerutkan kening, Liam mengikuti Sheina keluar, penasaran dengan apa yang akan dilakukannya. Dia tersenyum tipis saat melihat Sheina bersenandung tanpa peduli pada dunia di sekitarnya, ekspresinya seperti anak kecil yang sedang menyusun rencana besar.
Sheina menangkap tatapan Liam dan langsung menyeringai lebar. "Om, aku bakal kasih warna baru buat halaman kita! Tenang aja, bakal keren banget!" katanya sambil mengangkat satu kaleng cat, lalu mengedipkan mata dengan gaya dramatis.
Liam hanya bisa menghela napas kecil sambil tersenyum. Meskipun sedikit cemas dengan rencana Sheina yang tak terduga, ia diam-diam menikmati momen itu—melihat Sheina yang penuh kreativitas dan semangat seperti itu selalu memberi kehangatan tersendiri bagi pria yang biasanya sunyi ini.
Sheina mulai mengecat pagar rumah Liam yang tampak membosankan. Lalu dikejauhan, gadis itu melihat dua buah pick up datang membawa tanaman hias miliknya. Agar rencananya tidak ketahuan, gadis itu memutuskan mengurung Liam di ruang tamu.
Sheina menyeringai licik saat mengintip Liam yang sedang asyik di ruang tamu, matanya berbinar penuh rencana jahil. Dengan hati-hati, ia menyalakan speaker dan mulai memutar lagu favorit Liam—musik instrumental yang lembut dan menenangkan. Tanpa suara langkah, ia segera keluar dari ruang tamu, memastikan Liam tak menyadari bahwa ini adalah ulahnya.
Saat musik mulai mengalun, Liam mengangkat kepala, bingung namun tampak terkejut sekaligus senang. Biasanya, ia mendengarkan musik itu di waktu-waktu tertentu saja, tapi kali ini rasanya tiba-tiba dan begitu menenangkan.
Sheina mengintip dari balik pintu, menahan tawa kecilnya saat melihat Liam mulai menikmati musiknya, bahkan tanpa tahu siapa yang memutarnya. Liam bersandar santai, memejamkan mata, membiarkan musik memenuhi ruang sunyi di dalam dirinya. Sheina merasa bangga, seperti seorang anak kecil yang berhasil membuat ayahnya tersenyum.
Dalam hati, Sheina berbisik dengan senyum puas, "Nikmati saja, Om Liam."
Mobil pick up itu akhirnya berhenti di depan rumah Liam.
Sheina dengan penuh semangat mengatur para pekerja dari pick-up itu, memberi instruksi di setiap sudut halaman depan rumah Liam. Ada beberapa pot bunga warna-warni, beberapa tanaman hias yang ia pesan khusus, dan bahkan sepasang pohon kecil yang ditempatkan di sisi kiri dan kanan pintu depan.
"Taruh pot besar ini di dekat pagar, ya, biar bisa langsung kelihatan kalau ada yang datang," ujar Sheina sambil mengangguk puas melihat susunan taman kecilnya mulai terbentuk.
Sementara itu, Liam masih berada di ruang tamu, tenggelam dalam alunan musik favoritnya, tidak menyadari hiruk-pikuk di luar. Sesekali, Sheina mengintip ke arah jendela, memastikan Liam tetap tidak tahu apa-apa. Dia tertawa pelan membayangkan reaksi pria itu nanti saat melihat kejutan ini.
Begitu semua tanaman sudah tertata, Sheina bertepuk tangan kecil, tersenyum lebar melihat halaman depan yang kini tampak lebih hidup dan asri. "Sempurna!" bisiknya puas, sudah tak sabar melihat ekspresi Liam saat akhirnya keluar dan melihat hasil kerjanya yang penuh kejutan.
Setelah memastikan semua tanaman telah diletakkan sesuai rencananya, Sheina menghela napas lega dan berdiri di tengah halaman, memandangi karya kecilnya dengan penuh kebanggaan. Halaman depan rumah Liam kini tampak segar dan asri dengan berbagai warna bunga yang mencolok namun harmonis.
Dia masuk kembali ke dalam rumah, melihat Liam yang masih terbenam dalam kursinya, mendengarkan musik tanpa menyadari kejutan di luar. Dengan senyuman penuh rencana, Sheina mendekat dan mematikan musiknya tiba-tiba.
Liam membuka mata, tampak bingung. Sebelum ia sempat protes, Sheina menarik lengannya, menyeretnya keluar dengan mata berbinar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 I Find My Home [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang