Bab 18

2 0 0
                                    


Arkan duduk di belakang meja kerjanya yang besar, tampak lelah dan tegang. Di depannya, seorang anak buahnya, Dika, berdiri dengan ekspresi serius, tangan terlipat di depan dada. Ruangan itu diterangi oleh cahaya lampu kuning yang redup, memberikan kesan tegang yang menyelimuti suasana.

Dika berbicara dengan nada berat, "Bos, kami baru saja mendapat informasi tentang Sheina."

Arkan menatap Dika dengan waspada, jantungnya berdebar. Nama Sheina membuat hatinya bergetar. Meski sudah berusaha menjauhkan diri dari kenangan itu, ia tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.

"Apa yang terjadi padanya?" Tanya Arkan penasaran.

Dika mengeluarkan napas berat, tampak ragu-ragu. Setelah beberapa detik, ia memutuskan untuk melanjutkan.
"Dia... Dia mengalami pelecehan, Bos. Dan bukan hanya itu. Sepertinya ada beberapa orang yang ingin menyakitinya, tapi ada juga yang mencoba melindunginya."

Arkan tertegun, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Semua keputusan yang diambilnya untuk menjauh dari Sheina dan keluarganya seolah kembali menghantuinya.

"Apa maksudmu pelecehan? Siapa yang berani melakukannya?" Tanya Arkan dengan nada bergetar.

Dika menggelengkan kepala, tampak gelisah. Ia melanjutkan penjelasannya dengan hati-hati.

"Kami tidak tahu siapa pelakunya, tapi dia dikhianati oleh orang-orang terdekatnya. Dia merasa sendirian dan terluka. Kami mendengar juga bahwa ada seorang pria bernama Liam yang berusaha melindunginya."

Reaksi Arkan terasa semakin berat. Rasa sakit dan kemarahan bercampur aduk di dalam dirinya. Ia merasa seolah-olah dunia di sekitarnya runtuh. Kenangan masa lalu bersama Sheina muncul kembali, momen-momen manis yang kini terasa seperti ilusi. Ia ingin melindungi putrinya, tetapi rasa bersalah menggerogoti hatinya.

Arkan berbisik lirih, "Sheina..."

Dika menatap Arkan dengan cemas, menyadari betapa mendalamnya dampak berita ini bagi bosnya.

"Bos, mungkin sudah saatnya Anda berbicara dengan Sheina. Mungkin Anda bisa memperbaiki semuanya."

Arkan menggelengkan kepala, tidak yakin. Ia tahu bahwa kehadirannya hanya akan membuka luka lama.

"Bagaimana aku bisa melakukannya setelah semua yang terjadi? Dia pasti membenciku."

Dika melangkah maju, menempatkan tangan di bahu Arkan, memberikan dorongan moral.

"Anda tidak akan tahu sampai mencobanya. Sheina butuh perlindungan, dan siapa lagi yang bisa melindunginya selain ayahnya sendiri?"

Arkan menatap Dika, merasakan dorongan untuk melakukan sesuatu. Rasa takut akan penolakan berperang dengan rasa cinta yang mendalam untuk putrinya.

Arkan berkata dengan suara tegas, "Aku harus mencarinya. Dia tidak boleh merasa sendirian lagi."

Dika mengangguk setuju, merasa terinspirasi oleh tekad Arkan. Arkan berdiri dan mulai bergerak menuju pintu, hatinya dipenuhi harapan dan ketakutan. Ia tahu bahwa perjalanan untuk mendapatkan kembali kepercayaan Sheina tidak akan mudah, tetapi ia tidak bisa membiarkan putrinya berjuang sendirian.

Arkan bertekad dengan keyakinan, "Kita akan menemukan Sheina dan melindunginya. Apa pun yang terjadi, aku akan bersamanya."

Arkan menatap keluar jendela, menyaksikan dunia yang hampa di sekitarnya, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada harapan baru yang mulai tumbuh.

🐾

Malam itu, hutan di belakang sekolah terasa mencekam, diterangi cahaya bulan purnama yang menyinari jalan setapak. Sheina, Liam, dan Raka berjalan hati-hati, fokus pada tujuan mereka untuk melakukan perburuan hantu. Raka, yang cemas, terus menatap bayangan di antara pepohonan, sementara Sheina dengan penuh semangat memegang senter di tangan.

 I Find My Home [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang